Voorwoord (Prolog)

49K 3.7K 107
                                    

Aku baru menamatkan Dunia Anna karangan Jostein Gaarder. Bisa dikatakan, aku penikmat karya-karya Gaarder. Buku pertama yang kubaca ialah Gadis Jeruk. Gaarder memiliki cara unik mengenalkan dunianya padaku. Bahkan seringkali aku dibuat terkesima hingga merasuk ke dalam dunianya melalui fiksi.

Begitu mataku menyoroti jam dinding di kamarku yang jarumnya telah menunjuk angka satu, aku terkantuk-kantuk dengan mata menyipit dan menguap lebar. Buku itu kuletakkan di atas nakas, bersebelahan dengan ponselku. Kurapikan ranjang, naik ke atas, lantas menyusup di balik selimut bagaikan Kama, kucing kesayangan bibiku.

Aku ingin memperkenalkan diri padamu, tapi kurasa saat ini bukanlah waktu yang tepat. Ranjang, bantal, dan selimut hangat itu merayu-rayu memanggil namaku. Mereka memintaku segera beranjak tidur dengan mantra-mantra hebat. Seolah terperdaya oleh mantra mereka, kelopak mataku yang berat mengatup, membiarkan bunyi knalpot motor di bawah sana teredam bersama bunyi tetes air dari kamar mandi.

Dua detik.

Satu menit.

Limabelas menit.

Setengah jam.

Dan gulita menyambutku dengan ciuman mesra, merangkulku pada kenyamanan tiada tara. Aku seolah berada di ambang batas kesadaran, seperti terjungkal masuk ke dalam lubang pekat tanpa dasar, ditarik medan magnet dengan kekuatan dahsyat, menyeretku lebih ke dalam, menggelitikku hingga membuat tubuhku kaku, dan waktu bagaikan berhenti membawaku bermain-main.

Hal pertama yang kulihat begitu alam bawah sadar menyentakku pada ruang realita ialah dokar yang melintas di depanku membawa penumpang. Lagi, kesadaranku mengantarku pada titik fokus di depan sana; hiruk-pikuk orang di pelabuhan yang mengangkut barang-barang, tertawa cekikikan, melirikku berbisik-bisik, dan lain sebagainya. Selama sepersekian detik aku berdiri dalam kegemingan di tengah hiruk-pikuk orang berpakaian Eropa klasik di jaman Hindia-Belanda bersama pribumi yang menjadi pekerja di pelabuhan. Sampai suara seseorang menyentakku dari lamunan.

"Juffrouw Bregsma, mari kita lanjutkan perjalanan."

Kukerjapkan mataku satu kali. Seolah ruhku terhubung dengan mimpi ini. Aku bagaikan hidup di dimensi lain, di masa berbeda, dan kehidupan lain pula. Aku tak lagi berpiyama flanel dengan motif kelinci yang tengah memeluk guling. Kini aku bergaun putih layaknya bangsawan Belanda yang baru sampai di pelabuhan setelah melakukan pelayaran.

"Juffrouw Bregsma?" sekali lagi wanita Eropa di sebelahku memanggil namaku.

"Ya, mari."

Ia berjalan di sebelahku menghampiri sebuah kereta lengkap bersama kusirnya tengah menunggu kehadiran kami.

Aku sadar aku siapa saat ini. Otakku menelanku ke dalam potongan cerita di dalam alam mimpi. Di sini aku bukan lagi gadis penikmat karya Jostein Gaarder. Di sini aku menjelma menjadi seorang noni, yang kutahu bernama Helenina Bregsma. Entah siapa itu Helenina Bregsma, nama itu terbisikkan dengan sendirinya di telingaku, dan melekat di kepalaku seolah aku benar memiliki kehidupan sebagai Helenina Bregsma. Banyak hal yang sebelumnya tak terjamah oleh akal sehatku tengah bermain di kepalaku. Menjalin cerita dengan aku sebagai tokoh utamanya...

*

Aku, Helenina Bregsma. Papaku seorang pemilik pabrik gula di negeri ini, seorang bangsawan Belanda yang masih memiliki ikatan saudara jauh dengan Ratu Wilhelmina. Mamaku adalah satu dari sekian banyak gundik yang dimiliki Papaku untuk kesenangan pribadinya. Ia wanita Jawa dan seorang kembang desa. Beruntunglah aku menjadi putri kesayangan Papaku, meski berasal dari rahim pribumi dan tidak sah secara hukum. Lantaran menganggapku sebagai putrinya yang paling cantik di antara saudari-saudariku dari gundik lainnya, aku diperlakukan layaknya putrinya yang sah, dibesarkan dengan kasih sayang, dimanja, dan dikirimnya aku ke negeri Belanda untuk membikin aku pintar. Kiranya sejak aku berusia lima tahun aku tak lagi bersua dengan Mama. Ia memisahkanku dari Mama, menyekolahkanku sampai pandai benar.

Di sini aku bukan lagi penikmat buku Jostein Gaarder. Dan aku tak bisa menjamin. Entah apakah ini kesadaran mimpi (lucid dream) seperti yang terjadi dengan Anna Nyrud dalam Dunia Anna atau malah waktu yang berputar kembali mengingatkanku pada jati diriku sebelum aku terlahir kembali?

HELENINA (SELESAI)Where stories live. Discover now