11. Between Camouflage and Allegation

Start from the beginning
                                    

“Seorang professor dari Israel berhasil menciptakan replika kolagen manusia dari tanaman tembakau,” sikap diam Kilau membuat Luna dengan santai meneruskan penjelasannya.

“Tahun lalu Amore, saingan Loreal dari Korea Selatan sudah membeli paten-nya dan memiliki ijin untuk membangun laboratorium transfer tekhnologinya di Gyeonggi Selatan. Bisa ditebak bukan dalam beberapa tahun kedepan … trend skincare kolagen tembakau kemungkinan bisa menggeser trend skincare berbahan dasar fermentasi ragi dan Aloe vera yang lagi booming sekarang.”

Kilau terlihat ragu sesaat sebelum menjawab, “Kurasa pikiran seperti itu terlalu idealis untuk industri ini.”

“Kosmetik adalah salah satu industri yang sangat peka dengan trend, kita tidak bisa maju tanpa terus menerus berusaha memikirkan inovasi produk setiap saatnya.”

Luna mengambil alih botol cleansing oil dari tangan Kilau. “Ini adalah inovasi tapi apa kamu hanya akan berhenti sampai disini?”

Kilau menggeleng perlahan. “Tapi tembakau sebagai bahan baku … itu terlalu banyak membawa kontroversi.”

“Karena rokok?” dugaan Luna diangguki Kilau dengan ekspresi tak enak hati. Biar bagaimanapun Kilau tahu teman dihadapannya ini adalah pemilik industri rokok terbesar kedua di Indonesia.

“Karena itu tugas kita lah untuk mengubah persepsi yang sudah terlanjur salah selama ini … tembakau adalah tanaman, dan rokok adalah produk olahannya jika kolagen berbahan dasar tembakau menjadi trend kosmetik baru atau diproduksi untuk kebutuhan farmasi apa kira-kira orang masih akan berpikiran negatif terhadap tanaman tembakau?”

Kilau terdiam dengan dahi berkerut memikirkan kata-kata Luna. Setelah berdiam cukup lama gadis berparas ayu khas kaum ningrat itu balik menatap Luna. “Jadi sebenarnya apa yang Lo ingin dengan mengatakan ini padaku?”

“Kerja sama,” Luna mengatakan itu tanpa keraguan sedikitpun.

*****

Saat Luna meninggalkan gerai Essenza Botanica matahari tengah beranjak turun ke ufuk barat. Di sisinya Risa mengikuti sambil menjinjing belanjaan mereka.

“Apa menurut Mbak Luna, Mbak Kilau akan setuju?” Risa adalah cucu dari Mbok Lasti pengasuh  senior yang merawat Luna sejak masih bayi. Dan meski berhasil meraih gelar sebagai lulusan terbaik di jurusan hubungan masyarakat Unpad, seusai kuliah Risa justru memilih mengikuti jejak nenek dan orangtuanya untuk bekerja pada keluarga Tejakusuma, tepat disaat kembalinya Luna ke Indonesia untuk mengambil alih TIV dirinya terpilih sebagai PA untuk Luna.

“Kalau dia menolak, terpaksa kita harus bergerak sendiri, kamu persiapkan saja bahan-bahan yang saya butuhkan untuk membuat rencana kedua seperti yang sudah saya atur sebelumnya.” 

Risa mengangguk paham, “Baik Mbak!”

“Oh ya, apa Dery dan Ikhsan sudah kasih kabar terbaru?” Dery dan Ikhsan adalah anak dan keponakan Pak Lukman, mantan guard Luna yang sudah pensiun sejak Luna melanjutkan kuliah ke Groningen.

Seperti halnya Risa, mereka menjadi penerus orangtua mereka untuk bekerja dengan Luna. Dalam keluarga Tejakusuma memang kebanyakan anak dan cucu para pegawai sebelumnya lebih memilih bergabung untuk bekerja sebagai staf keluarga Tejakusuma.

“Dery sudah memastikan Tuan dan Nyonya Khemkhaeng juga Nona kecil dalam posisi aman.”

“Bagus,” Luna menggurat senyuman tipis sambil menatap lurus ke depan. Sepertinya pertemuannya dengan El hanyalah kebetulan saja.

Pikiran itu baru saja melintas di benak Luna saat seseorang yang baru keluar dari sebuah kafe memblokir langkahnya.

Untuk sesaat Luna mengira itu hanya orang asing yang tidak sengaja melakukannya, tapi saat orang itu sama sekali tidak berusaha menunjukkan itikad untuk bergeser Luna mulai berusaha menatapnya untuk menegur kelakuan manusia tidak sopan itu.

Pelangi Tengah MalamWhere stories live. Discover now