Sentuhan pertamanya pada kulit Luna setelah sembilan tahun berlalu adalah ungkapan cinta yang telah menyiksa batin pria itu selama belasan tahun.

Untuk mendapat sentuhan sederhana itu El rela menukar dengan apapun. 
Andai bisa semudah itu.

Tapi setelah bertahun-tahun memantaskan diri pun, El tahu jika Keluarga Tejakusuma tidak akan sudi memberi apa yang paling dia inginkan, karena sampai menjelang penghujung hidupnya sekalipun Handoko Tejakusuma sudah membuat rencana untuk bersatu dengan keluarga Rembaka demi menutup pintu takdir yang dengan susah payah El cari di mana celahnya.

Tapi tentu saja itu tidak akan terjadi. El tidak sudi dihalang-halangi. Luna miliknya dari awal sampai akhir.

Karenanya dia akan selalu berusaha untuk menghancurkan apa saja yang menjadi penghalangnya … dan yang pertama tentu saja adalah tempat gadis itu bertahta, TIV.

Pada kenyataannya hari ini, saat El melihat tangan Luna yang terbentang lebar untuk menyambut seorang gadis kecil yang berlari menyongsongnya, El membeku dalam amarah, mendadak sadar jika TIV bukanlah satu-satunya penghalang.

Tepukan keras dibahunya membawa kembali kesadaran El yang sempat terdistraksi adegan yang tidak pernah dia harap akan dilihatnya.

“Itu yang katanya haholongannya kau, kan!” Tygo terlihat antusias saat menyadari siapa yang sedang dipandangi sahabatnya. “Anaknya kah itu?”

El mendengus tak suka.“Menurutmu?”

“Kalau aku lihat-lihat mukaknya mirip si Ana jugak … cuma matanya yang nggak.”

El tersenyum sekilas saat dilihatnya Luna tampak waspada menyadari kehadirannya, tapi tanpa mengatakan apapun lelaki itu berlalu menuju tempat lain yang letaknya paling jauh dari meja Luna. Jauh tapi tetap bisa membuatnya mengawasi Luna dan rombongannya.

Begitu dia duduk Tygo ikut menyusul.
“Kau belum jawab aku, itu anaknya apa bukan?”

“Mana aku tahu!” sahut El ketus. Meski begitu pikirannya justru menyuarakan hal yang lain.

“Setahuku dia belum nikah … tapi kalok dia sampai punya anak,”

“Orang nggak perlu nikah untuk punya anak,” potong El cepat. Entah kenapa rasanya tidak rela membiarkan sahabatnya berasumsi buruk tentang Luna apapun alasannya. “Kurasa kamu juga tahu sebabnya kan!?”

“Bah, kau ini … aku main aman lah, lontong medanku aku bungkus pakai karet biar gak jamuran, kalaupun ada yang kubuat bunting palingan jugak tikus-tikus sama kecoak betina yang ikut nyicipin jus aku di tong sampah.”

Mau tak mau El tertawa mendengar jokes garing khas Tygo.

“Kayak gitu lah harusnya mukak kau Lae, banyak ketawa, banyak senyum, jangan mukak kayak mau makan orang terus yang kau pasang yang ada calon kau lari lah ketakutan.”

El mengabaikan kata-kata Tygo, tatapannya terfokus pada Luna yang duduk memunggunginya. Gadis kecil yang tadi dibantunya saat terjatuh ada dalam pangkuan Luna, tampak bermanja-manja dengan bahagia terlebih saat Luna mendaratkan kecupan ringan di dahi dan pipinya.

Sementara lelaki yang tadinya El kita ayah si gadis kecil justru menghampiri wanita lain di seberang sofa yang Luna duduki, memeluknya erat dipinggang sebelum mendaratkan kecupan singkat di bibir wanita itu. Interaksi yang entah kenapa memberi sedikit kelegaan sekaligus banyak dugaan baru dalam benaknya.

“Kayaknya itu benar anaknya si Ana, dan kayaknya laki yang tadi itu mantannya,” komentar Tygo pelan. “Kalau kau  masih niat maju artinya kau harus sudi jadi bapak sambung anak itu.”

El merasa jijik dengan ide itu. Dia bukan jenis manusia yang mudah memberikan rasa empati untuk orang lain. Meski anak kecil sekalipun. Anak itu justru dihitungnya sebagai penghalang lain yang harus dia singkirkan.

Dia mencintai Luna, tapi tak cukup baik hati untuk menerima pengkhianatan gadis itu. 

Ya, di mata El si gadis kecil yang kemungkinan besar adalah anak Luna adalah bentuk lain dari pengkhianatan yang sudah Luna lakukan padanya, terlebih mata gadis kecil itu mengingatkannya pada satu orang … cinta pertama Luna.

tbc

Ish ... Ish ... Ish ... nethink aja lu Bang. Posesif ampe segitunya. Lagian kalo Vale anak Luna sama Marshel masalah buat Lo!!
--kemudian Emak dihadiahi death glare dari si jambret--

Demi kelancaran update kita bikin pendek2 aja yah, gak apa kan. Gak apa dooong ... Mau apa2 juga ya gimana kan serah2 yang unggah (ketawa jahatz) 🤣🤣🤣

Btw ... Percaya gak kalo Vale anak Marshel 😁😁??

Pelangi Tengah MalamWhere stories live. Discover now