Bagian 1: Mudik

4.1K 691 102
                                    


Seongwoo menatap mata Daniel.

Daniel menatap mata Seongwoo.

Seongwoo masih menatap tajam mata Daniel walau mulutnya sibuk mengunyah.

Daniel terus membalas tatapa-- oh enggak ding! Mata Daniel sekarang menyipit membentuk dua garis tipis. Sementara bibirnya terbuka lebar sekali, mengeluarkan kekeh sunyi.

Seongwoo tersenyum penuh kemenangan. Tapi irisnya tetap terhujam menusuk ke arah wajah sang kekasih. Penuh dengan rasa penasaran.

"Jadi gimana sih?" tembaknya begitu tawa Daniel agak reda.

"Hah? Apanya yang gimana?" respons Daniel. Senyum lebar gak pernah bisa benar-benar hilang dari bibirnya. "Aku gak ngomong apa-apa dari tadi."

Seongwoo menggumamkan "hmmm" bernada skeptis sembari menyuapkan samosa ke mulut kekasihnya.

"Kamu lagi mikir, aku bisa tahu. Kelihatan banget" lanjutnya.

"Uuu, kamu bisa baca pikiranku? Pacarku ternyata reinkarnasi Profesor X?" Daniel menganga minta disuapi rogan josh domba pesanan Seongwoo "Kaya judul opera sabun."

Seongwoo menghela napas kesal, badannya dihempaskan ke sandaran kursinya. Mereka sedang lunch date di daerah Broadway, dekat dari kampusnya. Hari ini Jumat, waktunya quality time bagi mereka berdua. Tapi kalau Daniel mau merusaknya dengan main rahasia-rahasiaan gini, Seongwoo juga bisa main curang.

Benar saja, ekspresi Daniel langsung berubah kecut melihat gestur kekasihnya. Mulutnya yang gak kunjung disuapi mengatup cepat. Ujung-ujung bibirnya menukik ke bawah.

"Woo, jangan ngambek." rajuknya sambil menyambar lengan Seongwoo. Tapi yang dirayu malah pura-pura melihat keluar jendela, seolah pemandangan rush hour New York lebih menarik dari wajah panik kekasihnya.

Ini hal yang sulit lho! Ong Seongwoo sangat menyukai fakta kalau ia punya pengaruh besar terhadap Daniel Hartowidjojo. Terhadap sang lulusan cum laude The Sloan, MIT yang belum wisuda saja sudah dapat kursi di Simon Group. Terhadap pria yang sehari-harinya selalu menguarkan wibawa, tapi langsung meleleh di bawah belaian tangan Seongwoo.

Ya seperti sekarang ini, wajahnya yang ceria bak anjing lucu langsung merengut dan kalut. Wah sayang banget Seongwoo tidak bisa merekam pemandangan berharga itu dengan matanya karena lagi perang mental.

"Aku cuma lagi mikirin plan buat anniversary kita..." lirih Daniel sejurus kemudian. Kepala pacarnya langsung menoleh cepat seolah dipecut. "Ah, jadi gak surprise lagi..."

Setelah memandang Daniel datar selama tiga detik, wajah Seongwoo kembali meluluh dan dihiasi senyuman manis lagi. Senyum khas yang hanya Seongwoo yang bisa (menurut Daniel sih).

Di situ hati Daniel yang tadi terasa anjlok, pelan-pelan kembali hangat. Hawa kehidupan seolah kembali ke setiap ujung syarafnya. Ah gawat Daniel jatuh lebih dalam dari Palung Mariana nih. Sudah 11 bulan pacaran, tapi malah makin tergila-gila saja. Bukannya mulai terbiasa.

"Gak penting surprise apa enggak. Yang penting kan kita ada untuk satu sama lain." Seongwoo kembali meraih sendoknya dan menyuapkan rogan josh-nya ke bibir Daniel. "Malah, mending kita rencanakan bersama, Niel."

"Nyem nyem, nah soal itu," mata Daniel kembali melirik ke kiri, indikasi yang membuat Seongwoo tahu pacarnya lagi mikir keras sedari tadi. "Ya bener se aku lagi nimbang-nimbang mau bilang ke kamu kapan and gimana."

Dialeknya keluar, Daniel beneran lagi pusing nih, batin Seongwoo. Si pacar hanya mengeluarkan ciri khas bawaan lahirnya ini saat sedang rapuh atau bingung.

"Aku mau ngajak kamu pulang, Woo"

"Eh? Kan belum selesai makanny-"

"Bukan pulang ke apartemen, tapi ke rumahku. Di Indonesia."

Seongwoo sih gak bilang apa-apa, tapi kepalanya menoleh dramatis ke arah Daniel. Matanya pun membelalak perlahan tapi pasti.

Dia bukannya gak suka, ini murni beneran kaget aja. Soalnya selama ini Daniel jarang ngomongin perihal rumahnya. Eh tahu-tahu dia mau diajak 'pulang'.

"Ko Minhyun mau tunangan ambek Doyeon. Pas banget deket sama anniversary kita. Ntik di sana keluarga besarku juga lagi pada ngumpul."

Bentar yaaa, Seongwoo kudu memproses dialek Daniel dulu. Ia pun berusaha mengulanginya dalam bahasa Inggris, hanya untuk memastikan apa yang dipahaminya benar. Setelah cowoknya mengangguk mantap, baru deh Seongwoo mikir yang lain. Seperti...

"Kamu yakin, Niel?"

Daniel mengangguk lagi, lebih mantap.

"Tapi, aku... Kamu mau bawa aku ketemu orang tuamu?"

Dijawab anggukan lagi. Kali ini kepala Daniel sampai mau menabrak gelas lassi stroberi di hadapannya.

Gantian Seongwoo yang matanya sekarang menerawang. Berbagai skenario berkecamuk di kepalanya. Demi Tuhan, dia cinta banget sama Daniel. Ayah ibunya juga sudah menganggap si bongsor itu sebagai anak kedua mereka.

Namun posisinya beda. Daniel sudah beradaptasi di sini, tapi berasal dari belahan dunia lain yang belum Ong kenali. Okelah moyangnya sendiri berasal dari sana; tapi kan Seongwoo lahir dan besar di Amerika yang pasti sangat berbeda dengan Asia. Asia Tenggara pula, yang paling ujung.

"Kamu gak usah takut, Woo. Aku gak akan membiarkan satu pun hal buruk terjadi sama kamu." Daniel meraih jemari Seongwoo yang dari tadi sibuk meremas serbet di meja.

"Aku pengen cepat-cepat nunjukin pacarku yang cakep, pinter, sempurna ini ke Papa Mama dan Ama Akung. Takut pas kutinggal ke Indo kamu ditikung orang juga."

"Apa sih."

"Lho cek beneran, ada temenku ninggal pacare libur Thanksgiving. Cuma ke Montreal! Balik sini udah ditinggal nikah ambek ceweke... "

"Albert? Eish, itukan cewek kenalan di Vegas. Ya kali, Niel" disentilnya hidung bangir sang pacar yang cuma semakin cengar-cengir.

"Hehe. Indonesia gak seserem di berita-berita kok Bae," lanjut Daniel lagi "gak ada malaria sama rabies lagi. Kalok di tempatku."

"Bukan itunya hei--"

"Yakin aku, orang tuaku gak akan bisa menemukan cela seorang Ong Seonwoo. Aku saja sampai detik ini gak bisa-bisa nemuin kurangmu."

"Bisa ajya lo, Malinggg"

"Yang bener itu 'Malih.' Kamu belajar prokem Indo dari Jaehwan lagi ya? Nah itu! Kamu bisa ketemu sama temen zaman undergrad-mu lagi lho kalau ikut pulang sama aku." rayuan Daniel gak ada putusnya.

Gini nih kalau business developer yang sudah terbiasa bernegosiasi sama klien merayu pacarnya. Maut banget, susah mikir jernih deh Seongwoo. Dari tadi kupingnya sudah merah membara dengar kata-kata Daniel yang manis.

Bibirnya mencebik manyun-manyun, sebelum akhirnya merekah tersenyum tanda setuju. Aduuuh Daniel jatuh cinta lagi.

Author note: Nah jadi, dalam fanfic ini bakal ada bahasa campur-campur. Basically, mereka selalu ngomong bahasa Inggris. Tapi akan ada beberapa juga yang terjadi dalam Indonesia atau Mandarin.

Aku belum tahu nih gimana cara bedainnya, soalnya ternyata gak bisa ubah warna text ya? 😂 yang pasti untuk bab ini, tiap ada basa Cino Suroboyo/Jawa Timuran berarti Daniel lagi maksa ngomong Indo ke Ong yang lumayan paham tapi sulit ngomongnya. Harap maklum!

Crazy Rich Surabayan: ONGNIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang