_ _ _

Malam ini Irene melembur di rumah untuk membuat laporan hasil penyelidikan hari ini agar bisa di serahkan ke bagian dokumentasi. Tak lama ponselnya berdering karena mendapat pesan.
Seperti biasa siapa lagi kalau bukan Sehun yang mengiriminya pesan tengah malam. Namun kali ini pesannya berbeda, tidak berhubungan dengan pekerjaan. Pria tersebut mengirim pesan bila ia berada di depan rumahnya.

Malam ini sedang hujan deras dan Sehun mengunjunginya tengah malam? Sungguh, pria itu gila dan tidak punya jam ya? Pikir Irene.

Irene membuka pintu dan melihat Sehun yang agak jauh dari pintu rumahnya, tanpa payung sehingga basah kehujanan dan menatap Irene dingin, Irene sudah biasa dengan tatapan Sehun.
Sehun dengan setelan jas yang sama seperti tadi pagi, sepertinya ia tidak pulang ke rumahnya. Dan teringat tadi secara tak langsung Sehun berisyarat akan lembur juga.

"Kenapㅡ" 

Belum selesai Irene bertanya, Sehun  menarik Irene keluar. Di bawah guyuran hujan, Sehun mengunci pinggang dan tengkuk kemudian mencium Irene dengan menuntut dan ganas. Tanpa ampun. Irene diam tidak membalas.

Tidak ada balasan dari Irene, Sehun menggeram dan melepaskan ciuman. Lalu pergi meninggalkan Irene dengan derasnya hujan.

Tiba-tiba Irene mengingat siapa yang ada di kantor malam ini selain Sehun. Oh sial! Irene melupakannya. Ia bergegas masuk rumah untuk mengejar Sehun.

                               _ _ _

Pria dengan hoodie hitam dan cutter di tangannya tersenyum puas di balik masker hitam yang ia kenakan. Ia puas dan bangga melihat karyanya malam ini, ia tidak merasa kasihan sama sekali dan bahkan merasa bahagia karena baru saja menciptakan bentuk luka yang baru.

Mayat yang baru saja mati di depan lelaki itu yang ia siksa dengan keji setelah menusuk tepat di jantung dan memukul kepala korbannya, matanya membulat begitu juga mulutnya, telapak tangannya penuh dengan sayatan dengan kuku tangan hilang yang semua karena di cabut, kulit kepala sekaligus rambut yang hilang, kulit bagian perutnya terkikis seperti di kuliti dan bagian dalam perut yang tidak berbentuk lagi.
Ia kemudian menggantung korbannya di pohon tak jauh dari lokasi.

"Membusuklah kau di neraka, brengsek"

Setelah hatinya puas menyiksa korban, lelaki itu pergi meninggalkan mayat dengan tidak peduli dan sunggingan senyum liciknya. Lelaki tersebut persis seperti anak raja iblis yang tidak kenal kasihan.

                               _ _ _

Di perjalan Irene memaki tidak tenang karena rumah rekannya yang cukup jauh dan takut terlambat.
Begitu sampai ia membuka pintu mobil dengan tergesa dan berlari kencang ke arah rumah rekannya yang terakhir ia ingat lembur bersama Sehun di kantor, tidak peduli lagi dengan mobilnya. Ia hanya memikirkan Sehun, takut Sehun melakukan hal yang tidak-tidak.

Saat Irene mengetuk pintu, jawaban langsung ia dapatkan. Rekannya membuka pintu dan melihat Irene seperti orang yang kesetanan, ia menyeritkan dahi

"Ada apa malam-malam begini bu?"

Sial! Dugaan Irene salah. Tak menjawab pertanyaan rekannya, Irene segera meninggalkan rumah rekannya yang melihatnya aneh dan menancap gas penuh ke rumah Sehun.

                                _ _ _

Jarak rumah Sehun juga jauh sekali, Irene cemas. Sampai di rumah Sehun, Irene menggedor pintu dengan brutal. Tidak dapat jawaban Irene mengeluarkan kunci cadangan dan bergegas masuk ke dalam rumah Sehun yang besar bak istana tersebut.

Irene berteriak memanggil nama Sehun, namun tidak ada jawaban. Ia mengarahkan kaki ke arah belakang rumah Sehun, tampat dimana Sehun sering memikirkan sesuatu. Taman belakang rumah.

Dan benar saja di sana Sehun sedang duduk menikmati hujan. Irene mendekati Sehun yang tampak tenang dengan diamnya meski hujan mengguyurnya dan petir menyambar di atas sana.

Bau anyir langsung menyapa indera penciuman Irene, dugaan Irene benar ia terlambat meski bukan rekannya yang menjadi korban. Irene membuka kupluk hoodie Sehun, melihat wajah Sehun yang penuh cipratan darah dan perlahan hilang karena hujan. Sehun menatapnya tetap dengan dingin.

"Sehun, kau kan sudah janji kemarin yang terakhir!"

Sehun langsung menarik Irene hingga terduduk di pangkuannya, dan membelai pipi lembut Irene.

"Hmm"

Irene geram.

"Hmmm? Sehun! Kau akan membuat kita banyak pekerjaan dan aku lelah menyembunyikan ini"

"Salahkan mulut kotor mereka yang berani menjelekkanmu dengan hinaan murahan mereka"  Irene langsung diam, bila sudah begini Irene lebih baik diam.

Kali ini Sehun mengeluarkan kata panjang. Berbeda ketika hanya berdua dengan Irene, Sehun akan menunjukkan sifat aslinya meskipun tetap dingin namun ia sangat mencintai Irene.

Sehun memang seorang kepala detektif muda di kepolisian, sengaja tidak membeberkan hubungan dan statusnya dengan Irene meskipun cincin yang menjadi mata kalung mereka kenakan sama.
Tapi sekali berani mengusik Irene, ia tidak akan susah payah menyeret orang tersebut dengan pasal hukum. Namun langsung menghabisi dengan tangannya sendiri, inilah sisi Sehun yang lain, tidak ada yang tau selain Irene. Ia psikopat yang terobsesi dengan Irene dan tentu mencintai Irene melebihi apapun.

"Tapi kali ini janjimu harus di tepati!" 

Sehun tersenyum tipis.

"Tentu, apa yang tidak untuk istriku?"

Pipi Irene merona.

"Aku merindukanmu" lirih Sehun, Irene mengerti apa yang di inginkan Sehun. Ia lebih dulu mencium Sehun.

"Di sini?" Tanya Irene di sela ciuman panas mereka.

Tak perlu jawaban, buktinya Sehun langsung merubah posisi dengan menindih Irene di bangku taman dan menghentak Irene dalam. Menghabiskan malam di temani hujan deras dan petir yang menggelegar. 

                                _ fin _

Last night i got nightmare, i attend Irene wedding with other guy, not Sehun. And Sehun was there, just for a momment and leave immediately from location.
Gila, bangun2 gue udah nangis dong :"(

Shoots!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin