Aku mengecup bibirnya. Hanya sebuah kecupan, tidak lebih.



Aku tersenyum melihat reaksi kagetnya.



"Gue juga suka sama lo. Bukan sebagai adek kelas. Tapi sebagai cowok," ucapku.



Aku tersenyum sembari memandang mawar merah yang ada di genggamanku itu.



Tiba-tiba, Mark menarik tanganku.



Ia memelukku. Sangat erat. Sampai aku bisa merasakan deru nafasnya di leherku. 



Rasanya hangat dan nyaman.



Aku membalas pelukannya. Aku memejamkan mataku, menikmati nyamannya pelukan dia.



Tinggi kami memang sama, namun aku tidak perduli. Bukannya justru itu bagus? Jadi tidak ada yang harus jinjit, kan?



Tiba-tiba, Mark melepas pelukannya.



Dan dia menciumku lagi. Kali ini hanya sebuah kecupan.



Mark mengelus bibirku dengan perlahan sembari berkata,



"Bibir manis ini, punya Mark seorang. Oke?"



Aku tersenyum mendengarnya.



"Yang boleh nyium bibir manis ini... Cuma Mark sama Mamanya kakak, Oke?" ucapnya.



"Mama udah nggak nyium bibir aku lagi, Mark. Aku bukan bocah lagi," ucapku.



"Eh?? Mulai pake 'Aku' tuh. Ea," celetuk Mark.



Aku memukul bahunya dengan kesal.



"Terserah aku dong!" rengek ku sembari memanyunkan bibirku.



Mark meringis kesakitan sembari memegang pundaknya.



"Buset dah tenaga kakak," keluhnya.

[END] Seniority Program • MarkYongWhere stories live. Discover now