Part 1

777 66 8
                                    

Jihyun benci kelas pagi karena jam tidurnya menjadi lebih pendek. Hal itu juga yang membuat matanya masih sering terpejam setiap beberapa menit sekali. Apalagi, sweater beludru tebal yang dikenakannya menggantikan peran selimut dalam ruangan berpendingin. Sekalipun mata kuliah saat ini adalah favoritnya, ia sudah tak mampu untuk mempertahankan kelopak matanya berkedip secara normal.

Ini belum tidur yang lelap. Tenang-tenang.

Ia meyakinkan dirinya sendiri, sebelum menutup matanya sekali lagi. Kali ini, jelas Jihyun memberi durasi 2 menit untuk mengistirahatkan tubuh. Melipat tangan di atas meja dan menyandarkan kepala di atasnya. Waktunya tidur.

"Semalam pulang jam berapa?"

Suara seseorang di sebelahnya mendistraksi mimpi singkatnya. Rasanya ia baru mulai mendaki tebing yang curam sebelum suara tadi menariknya ke dunia nyata.

"Aku tidak melihat ja—aam," jawab Jihyun sembari menguap.

"Kau menguap sangat lebar."

"Apakah Sonsaengnim melihat ke arahku?"

"Dia menghadap ke pintu," ujar temannya sembari menunjuk pintu di kanan papan tulis.

Jihyun mengelus dadanya lega. Sebenarnya, ia khawatir ulahnya pagi ini ketahuan lagi oleh dosennya. Bisa jadi indeks mata kuliah ini diturunkan satu grade.

"Karena kelas sudah selesai."

"Bercanda?"

"Sudah satu jam pelajaran kau tertidur."

Meskipun masih sedikit teler, Jihyun spontan menggebrak meja dan berdiri. Setidaknya, tidak sampai seisi ruangan memperhatikan. Namun, sang Ibu dosen sempat melirik tajam ke arahnya. Menyadari hal itu, Jihyun membungkukkan badan untuk meminta maaf atas ulahnya.

Dengan raut panik, gadis itu bertanya, "Sonsaengnim, tidak melihat ke arah tempat kita 'kan tadi?"

Maksudnya saat dia tertidur pulas.

Temannya yang bernama Sooyoung menggeleng sembari menggandeng lengan Jihyun dan berbisik, "Kalau di akhir semester kau mendapat AB berarti harusnya indeksmu A".

Jihyun bergidik ngeri. Semester kemarin, indeks Proses Manufaktur-nya adalah BC. Menurut pengakuan dosennya sendiri, ia pantas mendapatkan B tapi karena hobi tidurnya, ia harus menelan pil pahit turun satu grade. Apa harus ini terjadi lagi di mata kuliah kesukaannya?

***

Wajah tampan dan cool seorang Do Kyungsoo yang nyaris tanpa cela selalu membuat hati para penggemarnya berdebar-debar. Terlalu banyak wanita seantero kampus yang terpesona dengan ketampanan tersebut. Namanya juga anak muda. Kalau memuja pria mapan, berarti mereka sudah dewasa.

Sayangnya, banyak dari para penggemarnya terlihat khawatir hari ini. Apalagi kalau bukan karena luka goresan di ujung bibirnya. Luka kecil itu sudah menjadi trending topic gadis di grup chat ataupun gosip siang di kantin. Tak terkecuali untuk pria di basecamp IDOL, grup menyanyi ter-hits di sebuah kampus ternama Korea Selatan, yang anggotanya adalah pria pilihan setiap tahunnya.

"Kau sudah dewasa, ya, Kyungsoo," goda pria kurus bertubuh jenjang, dengan rambut agak gondrong.

Kyungsoo mengalihkan pandang ke pria tadi yang sedang bermain gitar di bangku depan ruang sekretariat— atau yang lebih sering mereka sebut basecamp. Hanya dibalas dengan satu cengiran tipis.

"Aku sudah dewasa? Terlihat begitu karena kau bergaul dengan anak-anak." tandas Kyungsoo santai. Bukan tipikal orang yang mudah segan. Jadi, tidak masalah buatnya menjawab balik pernyataan orang yang lebih tua, apalagi kalau hanya beberapa bulan.

DeadlockWhere stories live. Discover now