Takdir 10

61 4 1
                                    

Tubuh Chandra seakan terdorong ke dalam pusaran gelap. Ia tak dapat menghindar kala Himeka dan Ratih bekerja sama membentuk sebuah pola dari darah, lalu mendorong Chandra ke tengahnya.

Chandra tak bisa melakukan apapun. Keputusan Himeka yang bulat sama sekali tidak bisa laki-laki itu hentikan. Ia tahu, semua ini karena Himeka begitu mencintainya.

Namun apakah ia tidak bisa berharap, jika perjuangannya selama ini akan berakhir bahagia? Berakhir menjadi sebuah keluarga kecil yang membahagiakan walau hanya sesaat saja?

Jika Tuhan mengizinkan
Aku ingin tetap mendekap tubuhmu erat
Menjagamu dalam diam
Dan bertambah usia bersama genggaman tangan yang terus terikat

Mengapa takdir seberat ini?
Ketika bahkan aku selalu berserah padaNya
Kenapa harus takdirnku yang terbentuk begitu memuakkan?

Chandra mencoba membuka matanya. Langit-langit kamar sebuah rumah sakit lah yang pertama kali ia lihat.

"Chandra, kamu bangun, Nak?"

Laki-laki itu menolehkan kepala. Melihat wajah khawatir ibunya yang begitu menyesakkan tengah menahan isak tangis. Chandra mengangguk pelan, lalu coba melepaskan alat bantu pernapasan yang terpasang.

Ia lalu teringat seseorang. Orang yang membawanya kembali melihat indahnya dunia.

"Hi.. Mekah...." ucapnya lirih.

Seakan mengerti pertanyaan Chandra, ibunya hanya tersenyum kecil. "Himeka baru aja pulang, Sayang. Dari tadi dia di sini nungguin kamu."

Chandra mengangguk pelan. Mungkin karena efek obat, membuat laki-laki itu akhirnya jatuh tertidur kembali.

***

Hari-hari yang ia lalui terasa begitu berbeda kala bertemu dengan Himeka kembali.

Gadis itu tak se ekspresif sebelumnya. Bahkan kemampuan melihat hantunya juga tidak sekuat dahulu ketika mereka baru saja bertemu. Semuanya seakan bukanlah kepribadian gadis itu. Walau dengan wajah dan raga yang sama.

Bahkan sekarang ibu Himeka melarang penuh kegemaran gadis itu dengan pahatan. Wanita yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu khawatir ketika melihat perubahan yang dialami oleh anak gadisnya. Dia begitu menyalahkan semua hal yang menjadi pusat dari roh-roh jahat yang membuat Himeka berubah.

Himeka hanya terdiam dan mengangguk samar ketika ibunya mengatakan hal itu. Dia lebih menurut, dan tak pernah lagi melakukan kenekatan seperti saat dahulu. Ketika gadis itu bahkan rela menitipkan karyanya ke beberapa teman.

Ya. Semuanya memang kembali. Himekanya, juga dengan sedikit ingatan yang terhapus. Namun apakah semuanya kembali seperti semula? Tidak.

Karena takdir yang sudah terpintal, akan terus membentuk semua hal yang sudah ditulis dengan apik oleh Sang Pencipta.

Tamat

Sekian dan terima gaji :'v


Takdirजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें