Eric terus menangis, tak berniat sedikit pun untuk kembali terlelap. Air matanya tak bisa ia hentikan. Mimpi itu selalu muncul di tidurnya beberapa hari belakangan, sejak berawalnya kejadian aneh ini. Tangisannya makin kencang, dan rupanya itu membangunkan Changmin dari mimpinya. Changmin mengusap matanya dan mengambil posisi duduk di tempat tidur. Changmin kemudian menoleh ke asal suara yang tadi membangunkannya. Ia terkejut dan mulai panik melihat Eric menangis sembari meneringkup di atas tempat tidur.

"Eric? Ada apa? Kenapa kau menangis?" Changmin terdengar sangat panik. Ia mendekatkan diri dengan tubuh sang maknae.

"Changmin hyung?" Eric terkejut. Dengan cepat, ia menghapus air matanya. "Tidak ada apa-apa, hyung... Ah, maaf aku jadi membangunkanmu."

"Eric," Changmin menahan tangan Eric . "Jangan hapus air matamu. Menangislah kalau memang itu membuatmu tenang."

Eric hanya mengangguk. Kemudian kembali menangis. Changmin di sampingnya bersedia mengusap punggung sang maknae sembari menunggu sampai Eric merasa tenang dan akhirnya bersedia berhenti menangis dengan sendirinya.

"Sudah merasa lebih tenang?" Kembali Eric hanya menjawab dengan sebuah anggukan. "Sekarang jelaskan alasanmu menangis."

"Mimpi itu," Gumam Eric tanpa menatap Changmin. Matanya masih setia fokus pada jari-jari kakinya. Changmin masih mengusap punggung sang maknae. "Mimpi buruk itu selalu muncul dalam tidurku. Aku tak mau tidur lagi, hyung. Aku takut..."

"Mimpi apa? Katakan padaku."

"Aku berjalan di sebuah tempat yang gelap. Tiba-tiba muncul seorang wanita cantik, tapi menyeramkan dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya. Dia bilang, dia akan mengutukku karena membaca diarinya. Katanya, semua kejadian yang tertulis di buku itu akan menimpaku. Kemudian dia mengucapkan kata-kata yang aku tidak mengerti."

"Apa itu?"

"UG, 16, Inside, Door, Alone..." Jawab Eric. Changmin kebingungan.

"Apa maksud kata-kata itu?"

"A- aku juga tidak mengerti..." Eric lalu menatap Changmin. "Hyung, aku benar-benar takut."

"Tenanglah," Changmin membawa sang maknae ke dalam pelukan. "Aku dan yang lain selalu ada di sampingmu. Kami akan menjagamu. Sekarang kembalilah tidur, kau butuh istirahat."

"Tidak!" Eric menarik tubuhnya dari dekapan Ken. "Aku tak mau tidur lagi! Aku takut mimpi itu akan datang lagi. Aku tak mau bertemu wanita itu lagi!"

Eric kembali menangis. Changmin menatap iba pada dongsaeng-nya itu. Digenggamnya tangan sang maknae. "Genggam tanganku dan kembali tidur. Dengan begitu, aku akan muncul dalam mimpimu. Jangan takut, Eric. Aku bersamamu, okay? Kau butuh istirahat. Kau sendiri tahu kondisi tubuhmu belakangan ini sedang tidak baik, kan?"

"Tapi, hyung—" Eric berniat menolak, namun melihat senyuman di wajah hyung-nya itu, ia urung. "Baiklah, aku akan tidur. Tapi janji, kau tak akan melepaskan genggamanmu. Kumohon, hyung~"

Changmin menjawab hanya dengan sebuah senyuman dan anggukan. Kemudian Eric merebahkan tubuhnya ke kasur, dan kembali menutup mata. Changmin melakukan hal yang sama di sampingnya. Tangannya terus menggenggam erat tangan Eric. Ditatapnya wajah sang maknae. "Sampai kapan ini semua akan menimpanya?"



{~The Cursed Diary~} 




Jacob's POV

Aku duduk di samping Sangyeon hyung, sambil menatap Juyeon yang tengah menunuduk dan duduk di ruang tengah. Saat ini ia pasti sangat bingung dan khawatir tentang apa yang terjadi pada kekasihnya itu. Dan aku yakin, ia tengah memikirkan tentang bagaimana semua ini bisa berakhir.

The Cursed Diary [ JuRic | SangCob | BbangQ ]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum