Bolamata di balik kelopak mata itu bergerak-gerak sebelum akhirnya perlahan membuka ....

Menampakkan sosok berambut hitam yang berdiri sembari mendekatkan wajahnya di depan wajah Athala. 

"Hai, Nona. Kita bertemu lagi," ucap Linus dengan senyum tipis yang menghias di wajahnya.

Athala membelalakkan matanya. Gadis itu menarik napas untuk pasokan paru-parunya, setelah itu lengkingan keras keluar dari mulut gadis bersurai cokelat tersebut.

***

Bukan. Bukan maksud Linus menertawakan reaksi Athala saat membuka matanya dan menemukan wajah pemuda itu berada tepat di depannya.

Melihat wajah Athala yang memerah menahan kesal dan amarah membuat Linus tak kunjung menghentikan kekehannya.

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi halus sang laki-laki berjuluk Fallen Angel tersebut. Membuat si empunya terdiam, namun masih menatapi gadis di depannya dengan sorot jenaka.

"Kau! Apa maksudmu melakukannya padaku, hah?!" seru Athala kesal. "Kau pikir aku tidak takut, hah! Aku kira tadi hantu, sialan!" telunjuk gadis itu bahkan teracung di depan wajah Linus yang kini menaikkan alisnya. Merasa tertantang karena gadis setengah denoir di depannya berani menunjuk wajahnya.

"Aku hanya kebetulan lewat, setelah mencari seseorang tentunya," sahut Linus. Sementara itu gadis di depannya malah mengacak rambut frustrasi.

Jantung Athala masih belum ternetralkan sepenuhnya setelah kejadian tadi. "Terserah apa alasanmu, tapi sungguh hal itu tidak lucu, Tuan," tekan gadis itu.

Linus terdiam. Secercah perasaan bersalah menerpa hatinya. "Maaf," ucapnya pelan. "Aku hanya penasaran melihatmu sendirian di tempat ini." pemuda itu ikut mengedarkan pandangannya. "Ah ya, namaku ..," jeda laki-laki setinggi 189 cm tersebut. "Linus."

"Tsukishima," sahut Athala menyebut marganya. Netra jade tersebut menatapi lawan jenis di depannya sebelum embusan napas keras dari gadis itu muncul. "Maaf juga, seharusnya aku tidak menamparmu. Salahmu sendiri mengagetkanku." tatapan sinis perempuan tersebut membuat Linus terkekeh.

"Baiklah, kita impas." tubuh Linus terdiam setelah mengucapkan kalimat itu. Lebih tepatnya dia mencoba berkonsentrasi dengan sesuatu yang tiba-tiba memunculkan wujudnya di kegelapan gang dekat toilet umum yang harusnya sedikit ramai.

"Nona ... Tsukishima, boleh aku meminjam tanganmu?" tanya Linus sembari mengulurkan sebelah tangannya pada sang gadis. Sementara itu, Athala menatap sangar laki-laki di depannya.

"Tidak mau!" seru gadis itu sembari menarik tangannya menjauh.

Jangan-jangan, orang ini ... hentai ..., batin gadis berambut cokelat tersebut panik.

Linus merasakan beberapa hawa dexter dari jauh, tengah mengarah kemari. Sepertinya aroma harum jiwa denoir di depannya sudah bisa tercium hingga wilayah lain. Tidak ada waktu lagi selain membawa kabur gadis itu dari bahaya.

Netra hitam Linus menatap Athala tajam. "Maaf, Nona, tapi sepertinya aku harus memaksa," ucapnya lalu meraih kedua tangan gadis beriris jade dan dibawanya melompat ke depan dalam sekali hentakan. Bertepatan dengan sebuah tangan besar bercakar hitam milik monster neraka tiba-tiba menyerang tempat Athala berdiri.

Teriakan kencang keluar dari mulut gadis yang dipeluk oleh Linus saat keduanya berguling di tanah untuk menghindari serangan.

Geraman keras keluar dari mulut bulat penuh gigi tajam yang meneteskan liur.

A-apa ... itu ...? Batin gadis setinggi 160 cm itu menutup mulutnya tepat setelah tubuhnya terlepas dari pelukan pemuda yang baru dikenalnya.  Athala menoleh cepat pada Linus, pemuda lancang yang berani menariknya, walau sejujurnya ia harus berterimakasih karena telah diselamatkan. "Apa itu?" pekik sang gadis manusia tertahan menatapi tubuh tujuh ekor dexter yang masing-masing setinggi dua kaki.

"Dexter," jawab Linus tanpa menoleh. "mereka kemari mengincarmu. Sudah kubilang padamu untuk menjauhi daerah gelap," tekannya dengan nada dingin.

Sinar matahari yang terhalangi oleh tembok dan atap dari beberapa gedung tak terpakai membuat suasana menjadi remang. Baru gadis itu sadari akan kemiripan suara pemuda di depannya dengan kemunculan orang misterius di hari hilangnya Irimi.

Kapan dia mengatakannya?!

Sebelah tangan Linus terangkat, lalu muncullah sebilah pedang hitam tipis yang ujungnya bersinar bagai terpantul cahaya matahari.

Dia! Athala kini ingat dengan kejadian malam itu tepat saat kilatan pedang milik Linus menyilaukan mata, membuatnya juga teringat saat pemuda itu mengacungkan pedang padanya.

Gadis manusia itu menutup mulutnya tidak percaya. Netranya menatapi Linus yang kini terlihat dengan mudahnya mengalahkan satu-persatu monster mengerikan itu. Monster yang wujudnya sama dengan makhluk yang membunuh Irimi Sina.

Perlahan Athala mengambil langkah mundur. Baru beberapa langkah sampai punggung gadis itu tiba-tiba menyentuh sesuatu yang keras.

Geraman keras disusul embusan napas panas menerpa bagian belakang tubuhnya. Athala menoleh perlahan dan menemukan sosok serupa monster tengah membuka mulutnya hendak melahap kepala gadis itu.

Gadis manusia itu menghirup napas panjang hingga akhirnya teriakan kencang keluar dari mulutnya. Bertepatan dengan sebilah pedang yang meluncur lurus melewati tubuh Athala dan menusuk tepat di jantung monster setinggi dua kaki tersebut.

Tubuh dexter tersebut memuncratkan darah yang berhasil membasahi jaket tebal sang gadis.

"Jauhi dexter, jauhi kegelapan. Aku sudah mengatakannya tepat saat pertemuan pertama kita," ujar dingin pemuda Fallen Angel tersebut menatapi potongan tubuh dexter yang makin lama makin mengering hingga menjadi abu.

Baru saja Athala mencoba untuk melupakan bayangan menakutkan yang menghantuinya setiap malam, kini gadis itu harus menerima kedatangan makhluk yang lebih mengerikan dalam kehidupannya. Siapa lagi kalau bukan Linus?

Perlahan kegelapan merayapi kesadaran gadis manusia yang menjadi calon reankarnasi dari Imanuella.

***

Homenhahai~~😭 makin lama kumakin yakin kalau ceritaku makin gaje dan makin jelek dan makin makin makin makin makin nyasar jauh dari outline😭😭😭

Trivia :

*Hentai : orang mesum

😂😂😂😂

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now