(Tugaskan pada mereka untuk mencari ke semua sudut desa)

"Iya mas." Ucap Kusumo.

"Bapak - bapak dan Ibu - ibu, monggo bantu mencari keluarga yang hilang. Jubungi konco utowo keluarga liane. Mengko sore kabeh ngumpul neng kene."

(Hubungi teman atau kerabat lainnya. Nanti sore, kita berkumpul lagi di sini)

"Maturnuwun Pak." Ucap Laksmi. Mereka pun pergi dari rumah Candra untuk melakukan pencarian bersama warga lainnya.

(Terima kasih Pak)

"Sebenere opo sing kedaden Pak?" Tanya Rasmini pada Candra setelah para warga pulang. Candra menoleh pada Dierja. Dierja mengerti arti tatapan Ayahnya.

(Sebenarnya apa yang terjadi?)

"Galuh, ajak Kenar ke kolam iwak neng mburi." Kata Dierja.

(Galuh, ajak Kenar ke kolam ikan di belakang rumah kita)

Galuh mengangguk. "Iya mas. Ayo mbak Kenar, di belakang rumah bagus lo pemandangannya." Ucap Galuh menarik tangan Kenar.

"Ta. Tapi ... Sari bagaimana?" Kata Kenar berusaha menahan Galuh yang tengah menarik tangannya.

"Nanti ku beritahu." Kata Dierja.

Kenar mau tidak mau mengikuti Galuh. Padahal Kenar ingin menanyakan kabar Sari, lalu siapa lagi yang menghilang?

Pemandangan di depannya membuat Kenar lupa akan pertanyaannya tadi. Di belakang rumah Dierja terdapat sebuah kolam ikan yang cukup luas. Ada pondok kayu terbuka, sebagai tempat beristirahat. Galuh mengajak Kenar ke pondok kayu.

"Dierja nggak pernah bilang, punya kolam ikan sebagus ini di rumahnya." Kata Kenar.

Galuh berdecak. "Mas Dierja memang ndhak suka pamer. Apalagi gadis - gadis di kelawangin ini dan desa sebelah banyak yang ngejer - ngejer mas Dierja." Ucap Galuh.

"Lalu, siapa ... di antara gadis - gadis itu yang di ... sukai Dierja?" Tanya Kenar hati - hati. Dadanya berdegub kencang. Takut dengan jawaban yang akan di berikan Galuh nanti akan menyakitinya.

"Ada sih," Galuh melirik ke arah Kenar. Ia melihat keterkejutan di wajah Kenar.

"Maksudmu, ada gadis yang di sukai Dierja?" Galuh megangguk membuat hati Kenar seakan di remas.

Perasaan apa ini?

"Dulu, mas Dierja suka sama seorang gadis dari desa sebelah." Kenar mendengar cerita Galuh dengan antusias.

"Gadis itu juga suka sama mas Dierja." Galuh mengambil makanan ikan kemudian menaburnya ke pinggir kolam. Nampak ikan - ikan berkumpul merebut makanan itu.

"Lalu," Kenar sudah tidak sabar menunggu cerita Galuh.

Galuh mengedikkan bahu. "Ndhak tahu kenapa, mas Dierja menghindari gadis itu. Dan gadis itu juga terlihat lelah mengejar mas Dierja." Ucap Galuh. Galuh memberi Kenar makanan ikan. Kenar meraihnya, kemudian menaburnya ke kolam.

"Aku terkejut, waktu Ibu bilang kalau mas Dierja ngajak seorang gadis ke rumah. Untuk pertama kalinya dan ... langsung menginap." Tatapan Galuh membuat Kenar salah tingkah.

***

"Ono opo Pak?" Tanya Dierja pada Ayahnya.

(Ada apa Pak?)

"Ini yang ku takutkan." Kata Candra.

"Apa?" Tanya Dierja lagi.

"Gadis itu. Prawan sing kowe gowo rene." Lanjut Rasmini.

(Gadis yang kamu bawa ke sini)

"Kenar? Ono opo karo Kenar tho Bu?" Kata Dierja tajam.

Candra memperingati istrinya melalui tatapannya. Melihat hal itu, Rasmini membuang napas kasar. "Sore iki, sak durunge latihan, Ratih karo sari kudune nglakoni ritual "adus" neng kali. Mbah Sarti uwis nyepakne kabeh, tapi Sari ngilang." Kata Candra dengan kemarahan di wajahnya.

(Sore ini, sebelum berlatih. Ratih dan Sari harusnya melakukan ritual "mandi" di sungai. Mbah Sarti sudah menyiapkan semuanya tapi, Sari menghilang)

"Sari karo kasman ngilang ning dino sing podo. Artine opo?" Rasmini bertanya pada suaminya.

(Sari dan Kasman menghilang di hari yang sama. Artinya apa)

Candra bersandar di sandaran kursi kayunya. "Aku ndhak tahu Bu. Yang jelas, sore iki ritual pembersihan para penari harus di laksanakan." Tekan Candra.

"Kudu pak. Tapi sopo ... sing arep gantikke sari?" Tanya Dierja.

(Harus Pak. Tapi siapa ... yang akan menggantikan Sari?)

Candra nampak berpikir. Tidak satupun anak gadis kelawangin yang dapat menggantikan Sari. Sebagian besar masih anak di bawah umur. Sebagian lagi tidak bisa menari. Lalu, Candra tersenyum.

"Sopo Pak?" Desak Rasmini.

Candra menatap Dierja, "Opo prawan kui iso nari?"

(Apa gadis itu bisa menari)

Dierja terkejut dengan ucapan Ayahnya. "Maksudte Bapak?"

(Maksud Bapak)

"Jawab wae." Tekan Candra.

(Jawab saja)

"I.iya." ucap Dierja ragu. Ia sempat menari bersama Kenar. Meski sebentar Dierja tahu bahwa Kenar memiliki bakat yang luar biasa.

Senyuman Candra semakin lebar. Dierja dan Rasmini menoleh ke arah pandangan Candra. Di sana, Kenar tengah berjalan bersama Galuh.

"Pak, ojo ngomong nek," Dierja menganga mendengar ucapan Ayahnya selanjutnya.

"Sari arep dugantekke karo prawan kui."

(Sari akan di gantikan oleh gadis itu)

***

Ganti deh ini kata2nya wkwkwkwk

Follow IG aku ya : Dewie_sofia

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Where stories live. Discover now