Contohnya seperti sekarang ini, gadis itu mengomel panjang lebar karena Shimizu tidak memilih dua benda yang Athala pilih, padahal Shimizu sendiri yang bertanya pada gadis itu mana yang sekiranya cocok untuk hadiah dari empat benda yang Shimizu tunjukkan. Sama dengan saat Attila memarahi Samuel karena salah mengira pupuk untuh sayuran dan pupuk untuk membunuh tanaman liar.

Lamunan Linus buyar saat menyadari kalau gadis yang datang bersama Athala meminta izin untuk sesuatu hingga mengharuskannya meninggalkan Athala sebentar.

Di tengah keramaian orang lalu lalang itu, Athala menyibukkan diri dengan memperhatikan satu-persatu model barang antik di toko tersebut.

Dalam hati, Linus meyakinkan diri untuk mendekati Athala.

"Sumimasen," tegur Linus menggunakan bahasa Jepang yang fasih saat ia sudah ada di belakang tubuh Athala.

Tubuh itu terlonjak pelan, lalu berbalik. Sepasang netra jade menatap penasaran yang tiba-tiba membuat tubuh ksatria neraka itu merasakan perasaan menggigil yang membuatnya ingin tersenyum.

"Ya?" tanya Athala bingung.

Linus tersadar dari lamunan sekejapnya karena menatap gadis yang sangat sangat sangat mirip dengan Attila. "A-aku hanya ingin bertanya jalan," ucap pemuda berambut hitam itu gugup. "Taiyou Garden. Apa kau bisa menunjukkan jalan menuju ke sana?"

"Taiyou Garden? Em ..," gadis itu bergumam pelan sembari menggosok dagunya. Tatapan gadis itu tertuju pada ujung sepatunya. Tiba-tiba gadis itu menjentikkan jarinya saat mengingat jalan menuju Taman Matahari atau sebuah taman yang banyak ditanami bunga matahari. Athala menunjuk ke arah kirinya. "Kau lewat saja ke sini, memang agak jauh, tapi cuma itu jalan satu-satunya yang kutahu. Setelah kau menemukan sebuah gang dengan lampu jalan yang tiangnya ada coretan car abstrak, kau belok saja ke kanan. Dari sana, kau lurus saja dan akan bertemu dengan sebuah minimarket. Ke kiri, jalan lurus, beberapa meter kemudian kau akan menemukan taman itu," jelas gadis berambut cokelat itu panjang lebar. Sementara itu di sampingnya, Linus terlihat memahami apa yang dijelaskan gadis itu, tapi sebenarnya tatapan serta pikirannya hanya terfokus pada Athala.

"Ha'i. Arigatou gozaimasu," ucap Linus setelahnya. Senyuman terukir di wajah pemuda itu dan saat Athala melihatnya, gadis itu hanya mengalihkan pandangan dengan tawa canggung.

Teringat sesuatu, gadis itu kembali menatap langsung mata Linus. "Ano.... Sebelumnya, aku minta maaf. Kalau boleh tahu, kenapa kau pergi ke sana? Bukannya musim dingin ini, di sana salju menumpuk dan bunga matahari pun tidak tumbuh," tanya Athala heran, namun masih hati-hati.

Linus terdiam, sebelum akhirnya pemuda itu terkekeh pelan. Sebelah tangannya terangkat untuk menutupi depan mulut dengan punggung tangan. Sementara itu, Athala hanya menatap bingung dengan respon sang pemuda yang belum ia kenal.

"Aku ... tidak tahu dimana tempat yang banyak ditumbuhi bunga krisan, jadi ... sebagai gantinya aku mendatangi taman bunga matahari saja. Bukankah mereka sama saja?" ujar Linus menatap gadis berjaket tebal di depannya dengan tatapan hangat.

Hanya decakan yang dikeluarkan Athala sebagai jawaban. "Tentu saja berbeda!" ketusnya. "Dari maknanya saja sudah berbeda. Tatoebba, bunga matahari melambangkan keceriaan, kebahagiaan dan kesetiaan. Makna kesetiaan yang didapat oleh bunga matahari dikarenakan bunga matahari selalu menghadap ke arah matahari.

"Sementara itu, bunga krisan melambangkan kesempurnaan atau keabadian sebuah hubungan yang---"

"Wakatta, wakatta," potong Linus sebelum penjelasan dari gadis di depannya menjadi sepanjang lingkaran, alias tidak ada akhirnya.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now