****

Alvin menggertakan giginya karena Arum yang saat ini ada di depannya tampak mengenaskan, tsk! Seharusnya Alvin mengabari Erlangga saja supaya pak tua itu yang menghantam kepala Arum agar normal lagi. Alvin mengira bahwa sepupu tersayangnya itu bakalan benar-benar bermain tembak apel di atas kepala manusia, tahunya malah menembak mangga tetangga, dan itu membuat Alvin harus minta maaf karena para tetangga malah terbangun di tengah malam begini. Arum memang gila, dan Alvin lebih gila karena mau menemani orang gila. Itu pemikiran Alvin saat kini mendapati topi marun Arum yang tergeletak di rerumputan pinggir empang jumbo entah siapa yang punya dan si pemilik malah asyik bermain di empang itu. Tsk! Benar-benar.

"Kamu sedang cari ikan?" Alvin menatap ngeri pada Arum yang ternyata memiliki cara ekstrim ketika galau begini, baru Alvin tahu kalau orang patah hati bukannya nangis malah menangkap ikan tengah malam begini. Alvin bersyukur malam ini bukan malam jumat atau selasa kliwon, bisa mati digantung si ghaib dong.

Arum menoleh dengan mimik muka malasnya. "Ngakunya barisan Datasemen Jala Mangkara, disuruh turun ke empang saja seperti mau ditebas alat area selangkangan. Cemen!" Arum menunjukan dua jempolnya yang dibalik ke bawah dan itu membuat Alvin geram di tempat.

"Status jangan dibawa. Sudah pensiun juga."

"Darah masih mengalir. Lupa kalau buyut kita itu mantan panglima, eh?"

Alvin mendesis. "Aku tidak bawa baju ganti."

Arum memutar bola matanya. "Banci dasar. Aku saja yang perempuan kuat kedinginan begini."

"Kamu 'kan perempuan perkasa."

Arum kesal dan meludah ke area empang yang membuat Alvin mendengus jijik.

"Turun, Alv! Aku butuh teman berenang."

"Berenang ekormu, aku tahu kamu sedang patah hati jadi jangan bawa-bawa aku jadi patah tulang karena kedinginan."

"Baru aku tahu seorang pengusaha selebay dirimu."

Alvin kesal. "Pokoknya aku tidak akan turun."

"Harusnya kamu pakai rok saja, ngakunya gentleman disuruh cari ikan di empang dangkal saja seperti disuruh memakaikan bra anjing."

"Berhenti berimajinasi, sepupu. Ini tengah malam."

"Memang kapan aku bilang ini siang bolong?"

Alvin kalah telak dan dengan kesal menghampiri Arum kemudian masuk ke empang, membuat sepupunya yang terkenal cukup – eh tidak tapi sangat menyebalkan itu bertepuk tangan seperti anak TK. Dan sialnya Arum memang tidak pernah TK, ini karena menurut Erlangga anak TK kerjanya Cuma nyanyi dan tepuk tangan, jadi buat apa sekolah mahal-mahal tapi cuma tahu lagu naik-naik ke puncak gunung. Turun-turun ke dasar lautnya kapan?

***

Evan benar-benar mengerjap kaget sekarang. Ini bukan masalah kalau saja dia benar-benar memiliki keahilan di bidang gulat, tapi pasangan aneh – Devon dan Nara – kini sedang melakukan eksekusi padanya. Bergulat dengan sumo? Siapa yang mau? Mending bergulat sama Arum. Pikir Evan dan cengar-cengir sendiri, tapi ketika sadar kalau dia tengah galau cengirannya hilang berganti helaan napas.

"Pikiranmu masih saja sekotor kotoran kuda padahal hatimu sudah seremuk sobekan kapas." Nara terbiasa menghina, Evan sadar dan sudah kebal akan itu.

"Biarkan saja, Sugar. Evan butuh pengeluaran yang bagus." Devon selalu manis pada istrinya, dan Evan benci karena dia belum menikah juga dengan Arum. Tsk! Jangankan menikah, mengikat perempuan itu jadi kekasihnya saja Evan belum yakin bisa.

(TGS 3) Oh! Liana!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang