Pemuda berpakaian kemeja putih bersih dan celana panjang hitam itu terdiam di tempat. Berita tentang seorang manusia yang mempunyai aroma jiwa semanis denoir sudah ia dengar dari rekan-rekannya. Jujur, dia sendiri sebenarnya penasaran. Namun karena ia ditugaskan jauh dari wilayah dimana Linus berada, Avram hanya bisa menunggu kabar saja.

Keheningan merajalela di tempat kedua sosok itu berdiri. Hingga akhirnya sebuah teriakan samar terdengar di telinga dua Fallen Angel tersebut.

"Apa itu?" tanya Avram heran dengan suara tadi. Berbanding terbalik dengan Linus yang wajahnya menjadi sepucat mayat. Ia mengenali suara itu. Suara Attila!

Pemuda berambut hitam pendek itu segera mengembangkan sayapnya dan mengepakkannya agar terbang menuju kediamannya.

Di angkasa, pikiran negatif terus menerus muncul di pikiran Linus. Apa seorang dexter berhasil menembus pertahanannya? Tidak mungkin! Kekuatan Linus bahkan terlalu kuat hanya untuk ditembus oleh fallen angel.

Lalu, kenapa Attila berteriak? Teriakan yang mampu mengguncang jiwa pemuda itu seketika.

Apa ada yang salah dalam dirinya? Dia hanya berniat melindungi gadis manusia itu dari ancaman kematian. Kenapa Linus bisa begitu perduli? Entahlah ....

Apa yang sebenarnya terjadi ....

***

"Nak, apa kau ingin kuceritakan sebuah cerita?"

Attila menatap netra kelam laki-laki tua di depannya dengan bingung. Entah kenapa netra itu mengingatkannya dengan pemuda yang beberapa hari lalu pergi untuk menunaikan tugasnya.

"Cerita?" tanyanya ragu-ragu. "Tentang apa?"

Senyum terbit di sudut bibir Azazel. "Tentang Fallen Angel dan seorang gadis manusia," jawab Azazel. Tangannya terangkat ke atas meja memainkan gelas kaca kecil yang isinya tinggal sedikit.

"Malaikat jatuh?" Attila mengutarakan keheranannya.

"Bukan. Sebutannya memang Malaikat Jatuh, tapi mereka bukanlah seperti itu." Azazel menatap nanar gelas di tangannya. "Mereka bertujuh adalah ksatria neraka terpilih yang meminum darah kegelapan milik seorang Raja Kegelapan, raja dari segala kegelapan tiga dunia utama. Mereka mempunyai kekuatan yang hebatnya bisa disamakan dengan para malaikat di dunia atas sana," jelas Azazel mulai menceritakan kisah pendek karangannya.

"Ketujuh ksatria itu sangat setia dan loyal pada pemimpin mereka. Hingga akhirnya seseorang dari mereka mulai membangkang," jeda sebentar karena laki-laki tua berjubah cokelat itu mengambil napasnya. "Dia juga jatuh cinta pada manusia," lanjut Azazel menatap langsung mata jade Attila. "Nak, jika pemimpin itu adalah dirimu, apa yang akan kau lakukan?"

Attila mengedipkan matanya beberapa kali. Jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri. "Menurutku?" tanyanya memastikan dan dijawab anggukan oleh Azazel. "Em...," gadis itu menaruh telunjuk di dagunya dengan netranya yang menatap pojok ruangan dapur. "Mungkin aku akan membiarkan dia bersatu dengan kekasihnya. Bukankah memisahkan pasangan yang saling mencintai adalah dosa? Setidaknya itu pandanganku, walau mereka adalah makhluk neraka," sambung gadis itu mengutarakan pendapatnya.

Wajah pemimpin dunia bawah itu seolah tidak puas. Tubuhnya maju agar lebih condong ke Attila. "Begini saja. Kita buat kalau ketujuh Fallen Angel itu adalah kehidupanmu. Kau tidak bisa menjalankan hari-hari dan tugasmu kalau dia tidak ada," ujar laki-laki itu.

Setelah terdiam beberapa lama, akhirnya Attila bersuara. Walaupun nada yang dikeluarkan agak berat. "Kalau begitu .., dengan egois aku akan memisahkan mereka," ucap Attila lemah. "Karena tanpa dia aku tidak bisa menjalankan tugasku, tidak ada cara lain selain...," Attila terhenti. "Kakek, bisakah kita hentikan cerita ini? Ini terlalu menyedihkan. Kakek mendengar cerita ini dari siapa?" dengkus gadis itu akhirnya, menyerah dengan cerita---yang menurutnya menyedihkan, karena harus memisahkan sebuah pasangan.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang