OPERATION CUBE E1-1 404 SQUAD

170 4 8
                                    

5 hari semenjak menghilnagnya AR15.

Seorang wanita berseragam merah memasuki ruangan yaang berada disalah satu zona pangkalan militer, didalamnya duduk seorang laki laki berjas putih yang tengah memeriksa beberapa lembar dokumen dimejanya. Laki laki itu adalah komandan pasukan dalam kelompok ini.

'Ada apa Helen?' Komandan sejenak berhenti memeriksa lembaran dokumen untuk sekedar menyapa tamu yang memasuki ruangannya.

Helen, wanita berseragam merah, dengan hati hati menyerahkan lembaran dokumen baru ke meja komandannya. Dia mencoba untuk tetap bersikap tenang meskipun itu tetap tak dapat menghilangkan rasa takut yang menyelimuti dirinya.

'Tenanglah Helen, aku tak akan menyakitimu..' Dengan sikap tenang dan penuh wibawa komandan menenangkan Helen yang begitu berbeda dari biasanya.

Mendengar kata kata komandan membuat diri Helen sedikit lebih tenang, ya, meskipun tak bisa dipungkiri bagaiaman rasa takut itu masih tetap melekat dalam didirnya. Bagaimanapun juga yang dia hadapi sekarang adalah komandan pasukan dengan kata lain atasannya sendiri.

'Jadi ada kabar apa Helen?' Komandan mencoba mencairkan suasana yang nampak begitu tegang.

Helen yang sedari tadi hanya berdiri mulai bicara meskipun dengan masih sedikit gemetar, 'Maaf... komandan.' Ucapnya dengan lirih.

Komandan hanya melihat Helen dengan tersenyum, dia tak mengerti dengan apa yang dipikirkan sekretarisnya cantiknya ini hingga dia begitu takut untuk mengutarakan maksud dan tujuannya menemuinya.

'Sudah 5 hari semenjak hilangnya AR15...' Helen dengan tertunduk membuang muka berusaha tetap berbicara pada Komandannya, dia begitu merasa bersalah atas kejadian yang menimpa salah satu rekannya itu yang dimana dia tidak bisa melakukan apapun untuk menolongnya, '...Sekali lagi maafkan saya yang tidak berguna ini..' Katanya lagi dengan menggenggam erat bajunya.

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut komandan, dia nampak seperti tak peduli dengan kata Helen yang sudah setengah mati mengucapkan hal itu padanya.

'Komandan...?' Helen yang masih gemetar nampak begitu kebingungan dengan sikap komandannya saat ini.

Tak ada bentakan, tak ada cacian ataupaun kekerasan fisik yang diberikan padanya saat ini, yang ada hanyalah komandannya tersenyum sembari memegang pundaknya. Dan dengan sebuah bisikan kecil perasaan Helen yang tadinya campur aduk berubah menjadi begitu tenang.

Komandan berbalik, berjalan menuju mejanya dan melihat lembaran dokumen yang baru saja diberikan oleh Helen kepadanya, 'Apa ini Helen?' Tanyanya.

Helen yang masih ternginag dengan bisiskan komandannya tadi membuatnya tak begitu memperhatikan pertanyaan yang diajukan padanya.

'Helen?' Komandan mencoba untuk menyadarkan Helen kembali, 'Helen!?' sekali lagi dia mencobanya dengan nada yang lebih tinggi.

Mendengar suara komandannya yang sudah meninggi membuat Helen kembali tersadar, 'Oh eh ng... siap komandan' Dengan tergagap Helen mencoba untuk tetap terlihat siap didepan mata komandannya itu.

Komadan hanya tertawa kecil melihat tingkah laku sekretarisnya itu, dia nampak tak menunjukan rasa kekesalan setelah beberapa kali diacuhkan oleh bawahnnya. Dia malah nampak terlihat begitu tenang berbeda dari bayangan Helen.

'Jadi apa ini Helen?' Tanya komadan sekali lagi sambil menunjukan dokumen yang diberikan padanya.

'Ya siap komadan, itu adalah salah satu informasai mengenai AR15.' Dengan kaku Helen menjelaskan isi dari dokumen yang dibawanya.

Sekali lagi komadan tertawa kecil melihat tingkah laku slah satu anak buahnya ini, 'Oh Helen santai saja.'

Helen tak begitu mengerti dengan sikap komandannya ini, tapi sikap inilah yang membuat Helen semakin tertarik dengan komandannya dan bisa membuatnya lebih santai dalam menjelaskan informasi.

Operation CubeWhere stories live. Discover now