2

116K 1.6K 54
                                    

Semula kehidupan pernikahan Evandra dan Elvira baik-baik saja. Yah, setidaknya Elvira menganggapnya begitu tanpa ia ketahui apa yang telah Evan lakukan dibelakangnya. Evan membuat semua terlihat sempurna dimata istrinya. Cinta dan perhatiannya seolah-olah hanya untuk Elvira seorang.

"Pagi sayang. CUP" Evan menghadiahi satu kecupan kecil di pipi istrinya yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya.

"Mas Evan apaan sih. Nanti kalau Indra lihat gimana?" Protes Elvira yang tak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Biarin aja, sama istri sendiri ini. Lagian kan udah gedhe juga dia. Siapa tau kalau udah punya pacar juga disekolah." Evan terkekeh pelan.

"Idihh. Dia itu masih kecil mas, masih SMP. Mana boleh pacar-pacaran." Omel Elvira menanggapi ucapan suaminya.

"Kamu lama-lama bisa jadi mamanya Indra loh kalau kamu ngomel-ngomel kayak gitu." Ucap Evan.

Indra yang berdiri di ujung tangga mendengar percakapan kedua kakaknya itu hanya bisa tersenyum dari kejauhan."pasangan yang bahagia" pikirnya. Lalu ia berjalan menuju meja makan.

"Pagi Mas, Mbak."

"Hmmm, Ini dia yang diomongin dari tadi udah dateng." Ucap Evan sambil terkikik.

"Maksud mas?" Indra yang sedari tadi sudah mendengar semuanya pura-pura tidak mengerti dengan ucapan kakaknya.

"Udah-udah jangan dengerin mas Evan, nih sarapan aja. Mbak udah bikin nasi goreng kesukaan kamu." Ucap Elvira sembari menyodorkan sepiring nasi goreng di hadapan Indra.

"Makasih mbak." Ucap Indra dengan ekspresi datarnya.

"Tuh kan, kamu itu lebih inget apa kesukaan Indra daripada aku." Ucap Evan pura-pura kesal.

"Maaasss, jangan mulai deh."

"Bercanda sayaang." Untuk sejenak Evan merasa beruntung memiliki Istri sebaik dan sepengertian Elvira yang mau dengan senang hati selalu mencintainya. Sekaligus merasa bersalah karena ia telah bermain curang dibelakang istrinya itu. Tapi apalah daya Evan hanya manusia biasa yang tak lepas dari setiap godaan yang datang menyapanya.

Pagi yang indah dan hari yang sempurna. Begitulah gambaran hari dimana mereka bertiga berkumpul meskipun hanya sekedar sarapan pagi tapi ketiganya bisa tersenyum bahagia saat itu.

Sampai suatu hari badai rumah tangga yang tak pernah disangka-sangka Elvira menimpa pasangan itu. Ya... karena orang ketigalah penyebabnya. Evan berselingkuh dengan Chintya yang notabene adalah sekretarisnya sendiri hingga perempuan itu mengandung benih dari suami Elvira tersebut.

Pada saat Elvira mengetahui kelakuan bejat suaminya, ia memilih bercerai dan pergi meninggalkan Evan. Itu adalah opsi terbaik bagi Elvira saat ini.

Saat Elvira sedang mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi, tiba-tiba Evan masuk kamar dengan wajah lesu penuh penyesalan. "Sayang, tidak bisakah kamu mengubah keputusanmu? Aku mencintaimu, Vira. Jangan pergi." Ucap Evan sambil berlutut di hadapan sang istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu.

"Dia mengandung anakmu, Mas. Benih darimu. Bertanggungjawablah, ceraikan aku dan nikahi dia. Anak itu membutuhkan ayahnya." Airmata Elvira tidak bisa di bendung lagi. Sakit hati dan kecewa itu jelas yang dirasakan Elvira saat ini.

"Maafkan aku, Vira. Aku mohon tetaplah disini. Aku akan bertanggung jawab tapi hanya sampai anak itu lahir, Vira." Ucap Evan yang juga menangis.

"Tidak mas. Ini pilihan terbaik untuk kita. Ceraikan aku dan berbahagialah dengan keluarga barumu yang lengkap."

Evan menghela nafas berat, ia mengerti bagaimana sakit hatinya Elvira akibat ulahnya sendiri. Yang Evan bisa lakukan hanyalah merelakan istrinya pergi karena kebodohannya.

"Baiklah,Vira. Aku akan menceraikanmu dan membiarkanmu pergi tapi satu yang harus kau ingat, aku akan tetap mencintaimu dan hanya kamu Vira, tidak ada orang lain." Evan keluar kamar dengan berat hati.

Indra yang sedari tadi berada disamping pintu kamar Elvira memberanikan diri untuk masuk setelah melihat kepergian Evan dan bertanya pada kakak iparnya tersebut, "Mbak Via beneran mau pergi? Mbak mau kemana?" Entah apa yang ada di pikiran Indra tapi seperti ada  sesuatu yang mengganjal dihatinya seperti tidak merelakan Elvira pergi.

"Ya... Mbak akan pergi"

"Tapi kemana Mbak?"

"Entahlah, Mungkin ke Paris melanjutkan Kuliah yang sempat terhenti" ucap Elvira dengan memaksakan senyum di bibirnya.

"Jujur saja aku lebih suka Mbak Via yang disini daripada perempuan itu", ucap Indra dengan nada dingin.

"Tidak bisa seperti itu Ndra, mungkin ini yang terbaik untukku dan juga Mas Evan", Elvira tersenyum sedih lalu melanjutkan kata-katanya "Suatu saat kamu akan mengerti, lagipula keluarga juga sudah membenci Mbak, mungkin karena mbak belum bisa memberi keturunan".

Ganindra terdiam. Sekali lagi dia masih terlalu muda untuk mengerti situasi apa yang sebenarnya terjadi dirumahnya.

Elvira kembali tersenyum sekali lagi dan berkata untuk yang terakhir kalinya kepada Indra "Mbak pergi, jaga dirimu baik-baik" ucap Elvira sambil mengelus puncak kepala Indra.

Tanpa sadar Indrapun mengepalkan tangannya dan bersumpah dalam hatinya jika Ia dewasa nanti dia akan mencari Elvira walaupun sampai keujung dunia sekalipun.

####

Part 2.

Asli ini jalan ceritanya tetep sama. Cuman dipanjangin dikit aja sama Author. 😘

Adik Ipar (TAMAT/UNPUBLISH)Where stories live. Discover now