"Mark, lo bisa agak pelan nggak? Gue pengen lepas tangan, plis," pintaku.



"Nggak bisa kak," jawabnya.



"Idih???!!!" sewotku. Bocah sialan itu terkekeh.



"Yaudah aku tambahin nih ngebutnya," ucap bocah sialan itu.



"MARK!!! GALUCU KALO KITA MATI DISINI, ANJENG!!!" bentakku hingga motor yang lewat disamping kami terkejut. Bukannya apa-apa, bocah ini tidak punya otak atau apa sih?!



"Iya, iya ampun ibu negara," balas bocah sialan itu. Aku berdecak kesal.



Saat di perjalanan, entah mengapa aku hafal dengan jalanan ini.



Ternyata, saat ia memberhentikan motornya...



"Kita ngapain ke sekolah anjir??? Hari ini kan libur?" tanyaku.



"Ada deh," jawabnya.



"Jawab nggak!" ancamku.



"Ikutin aku dulu baru aku kasih jawabannya," balasnya.



Aku mengumpat sebanyak-banyaknya di hati. Bocah sialan memang!



"Bener ya?! Kalo engga, gue pulang sendiri!" ancamku.



"Iye iye," balas bocah sialan itu.



Tiba-tiba, bocah sialan itu mendekat...



"Diem ya kak, aku copot helmnya."



Sumpah, belum diperintah dia saja aku sudah kaku duluan. Ya bagaimana tidak kaku badanku? Jarak wajah dia denganku dekat sekali, bung!!!



"Nah kan kalo diem gitu bagus," ucapnya.



"Kenapa emang?" tanyaku.



"Biar bisa aku cium tiba-tiba," jawabnya.



Aku reflek memukul pundaknya ( tidak terlalu kencang, kok ). Namun bocah sialan itu malah cengengesan.



"Ketawa lo!" sewotku.



"Iyalah. Mark cuma bisa ketawa kalo lagi sama kakak," ucapnya.


"Eleh, gausah kerdus! Kemaren gue liat lo ketawa ama temen lo yang namanya Donghyuck itu!" balasku.



"Oh? Jadi kakak cemburu?" tanyanya.



Sekali lagi, aku memukul pundaknya. Dan dia cengengesan lagi.



"Geer!" ucapku. Dia terkekeh.



"Yaudah ayo kak, ikutin aku," ucapnya.



Sesuai permintaannya, aku mengikutinya. Dan lagi-lagi, aku hafal arah tujuannya.



Kita ke atap sekolah.



Ngapain???



Saat sudah sampai di atap sekolah, aku bertanya padanya.



"Kita ke atap sekolah doang? Ngapain anjir?"



"Lho, kakak nggak inget?" tanyanya balik.



"Inget apaan?" tanyaku lagi.



"Yang kemaren aku bilang," jawabnya.



"Emang lo bilang apaan?" tanyaku.



"Coba inget baik-baik deh, Mark kasih waktu," jawabnya.



[END] Seniority Program • MarkYongWhere stories live. Discover now