Bocah itu terkekeh. Karena malas menghiraukannya, aku pergi ke lantai atas untuk mandi.


































Satu jam kemudian...



"Mark, maaf nungguin lama," ucapku, sembari menuruni anak tangga dengan hati-hati.



Saat kulihat dia, matanya terpaku ke arahku.



Langkahku terhenti di hadapannya.



"Kenapa lo?" tanyaku. Bocah sialan itu masih menatapku.



"N-nggak... I-itu c-cuma..." jawabnya terbata-bata.



"Apa?" tanyaku.



"Rapi banget, kak," ucapnya.



What the hell, aku kira apaan.



"Iya. Emang kenapa?" tanyaku.



"Cantik, sumpah," ucapnya.



Aku membelalakkan mataku.



Dengan reflek, aku memalingkan wajahku. Entah mengapa seketika aku tidak punya keberanian untuk menatap wajah bocah sialan itu. Mulutnya itu! Kampret!



"Apaan sih elah?! Udah ah ayo berangkat! Emang kita mau kemana?!" tanyaku dengan kesal.



Bocah sialan itu tersenyum.



"Ikut aja dulu. Ayo, kak," ajaknya.



Ia membukakan pintu rumahku. Lalu kami berdua berjalan ke motornya.



Saat sudah sampai di depan motornya, ia mengambil helm.



"Nih kak, helmnya," ucapnya sembari memasangkan helm itu padaku.



"G-gue bisa make sendiri woi..." ucapku.



"Nggak, kemaren kakak udah dua kali nggak bisa masang helm," balasnya.



Aku diam seribu bahasa. Memang benar, helm ini susah sekali dikaitkan.



Tunggu, apa dia sengaja memberiku helm ini supaya bisa modus memasangkan helm???



Au ah!!! Pusing!!!



"Tuh udah. Ayo naik kak," ucap bocah sialan itu. Ia memasang helmnya, menaiki motornya dan menyalakannya. Aku pun melakukan apa yang ia suruh; menaiki motornya.



"Peluk yang erat ya kak. Nanti jatoh," ucapnya.



"Ngapain? Gue bisa pegangan jok motorㅡ AAAAAAAAAAH!!!!"



Aku reflek memeluknya erat.



Ya bagaimana tidak reflek?! Dia tiba-tiba mengegas motornya!!!



"SEKALI LAGI LO ISENG, GUE BISA MATI WOY!!!" omelku. Bocah sialan itu malah tertawa.



"Ya biar nggak mati, pegangan yang erat atuh kak," ucapnya.



"Gamau!!!" rengekku.



"Yaudah aku ngebut nih," balasnya.



"MARK!!!" teriakku.



Mau tidak mau, aku reflek memeluknya dengan erat. Bocah sialan ini memang gila!!!



Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa mendeskripsikan betapa ngebutnya ia mengendarai motornya. Merinding!!!



[END] Seniority Program • MarkYongWhere stories live. Discover now