Kemana dia? batin Kenar. Kenar menghembuskan napasnya pelan. Dierja meninggalkannya. Kenar memejamkan mata. Ia lelah, sangat lelah.

"Minum dulu." Suara berat itu akhirnya terdengar.

Kenar membuka mata. Ia menatap botol minuman di depannya. Kenar meraih botol itu kemudian meminumnya.

Dierja duduk di sebelahnya. Sekian menit terlewati dalam diam sampai akhirnya Dierja membuka suara. "Merasa lebih baik?" tanyanya.

Kenar meremas kedua tangannya. "Iya." jawabnya pelan. Kenar merasa sangat asing sekarang. Sikap Dierja yang berubah, Ayu yang terbaring sakit di dalam dan kedua orang tua Ayu. Kenar merasa semua ini terjadi karenanya.

Seandainya saja ia tidak memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Seandainya saja ia hanya pergi seorang diri.

Prastomo keluar dari ruang perawatan, bersamaan dengan hal itu beberapa perawat masuk ke dalam.

"Ada apa Paklek?" tanya Dierja berdiri.

"Ayu akan di pindah ke ruang perawatan." ucap Prastomo.

"Ayu ndhak pa-pa Paklek?" tanya Dierja lagi.

"Ayu terkena gegar otak ringan. Kata dokter, dengan perawatan yang baik akan segera sembuh." jelas Prastomo. Kenar menghela napas lega.

"Malam ini, kami akan menjaga Ayu. Kamu ndhak pa-pa mengantar Kenar pulang dulu?" tanya Prastomo pada Dierja.

"Saya antar ke mana ya Paklek? Apa saya harus mengantarnya ke bandara?" ucap Dierja.

Kenar terkesiap dengan ucapan Dierja. Dierja menyindirnya, apa pria itu mendiamkannya karena hal ini?

"Kondisinya sedang tidak baik untuk melanjutkan perjalanan. Nak Kenar, apa ndhak apa-apa perjalananmu di tunda dulu sampai besok?" tanya Prastomo.

Percakapan terhenti karena beberapa perawat yang membawa Ayu ke ruang rawat melewatinya.

Tidak mungkin Kenar pulang dalam keadaan seperti ini. Tidak mungkin ia meninggalkan Ayu.

"Gak pa-pa Paklek." hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Kenar. Padahal sebenarnya ia ingin berkata bahwa ia akan menunda kepulangannya.

Prastomo mengangguk. "Malam ini kamu pulang dulu, Dierja akan mengantarmu."

"Apa?" ucap Kenar.

"Kamu istirahat di rumah saja. Ndhak baik kalau kamu juga menginap di sini. Saya mau melihat Ayu dulu, permisi." ucap Prastomo.

Kenar duduk kembali, pikirannya berkecamuk. Bagaimana ini? Ia tidak mungkin tinggal di rumah Ayu sendirian.

"Ayo." ucap Dierja.

Kenar menatap Dierja. "Kamu marah?" tanya Kenar.

Dengan tatapan datar Dierja membalas ucapan Kenar. "Marah karena apa?"

Iya. Marah karena apa? Tidak mungkin Dierja marah padanya karena ia akan pulang ke Jakarta. Tidak mungkin Dierja marah karena ia tidak......

Kenar membuang napasnya kasar. Ia tidak mengatakan apa-apa pada Dierja akan kepergiannya. Bahkan ia tidak pamit.

"Tidak ada. Maafkan aku." ucap Kenar berdiri. Ia berlalu dari hadapan Dierja. Berjalan sendirian di koridor rumah sakit yang ramai.

Kenar duduk di taman rumah sakit. Beberapa orang terlihat berjalan di sana. Ponsel Kenar berdering.

"Halo."

"Halo sister, apa kabar?"

"Kakak baik-baik saja Do. Ada apa?" tanya Kenar.

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Where stories live. Discover now