7. Yang lebih baik

Mulai dari awal
                                    

“Apa ini berarti penolakan?”

El tersenyum samar. “Tepat!”

“Oke. Setidaknya aku sudah mencoba,” sesuatu dari cara Luna mengatakan hal itu nyatanya membuat El gelisah.

“Jadi, aku bukan satu-satunya yang mendapat tawaran untuk jadi pendampingmu?”

“Sebenarnya … kamu pilihan kedua.”

"Ah ... Itu benar-benar penghinaan untuk egoku.” keluh El sinis.“Jadi siapa kandidat lainnya?”

“Raja.”

“Lalu kenapa kamu tidak bermain aman dengan menerima pilihan yang sudah pasti?”

“Aku tuan atas diriku sendiri El. Dan aku punya rencana sendiri yang jelas berbeda dengan apa yang sudah dirancang Papi.”

“Dan dalam rencana itu aku harus jadi bayanganmu! Hebat sekali.”

“Dalam rencanaku, akulah yang akan jadi bayangannya.” El terdiam mendengar apa yang Luna katakan.
“Aku butuh nama keluarga baru untuk menghapus citra yang dibangun oleh leluhurku dengan menggunakan nama keluarga Tejakusuma.”

Kalimat itu membawa pencerahan baru dalam benak El. Meski begitu …. “Kita berdua tahu itu berdua mustahil untuk diwujudkan Luna.” bahkan jauh sejak mereka berdua belum lahir nama Tejakusuma seakan sudah identik dengan merek sigaret kretek terkenal yang mereka produksi.

Luna mengangkat dagunya saat balas menatap El. “Untuk mengubah imej Tejan memang benar, tapi untuk lepas dari apa yang sudah keluargaku lakukan itu sama sekali tidak mustahil.”

“Jadi ini ada kaitannya dengan ambisimu untuk lepas dari bayang-bayang Tejan? Untuk lepas dari apa yang kamu anggap sebagai bisnis buruk? Kalau memang itu yang kamu inginkan, ada cara yang lebih mudah untuk di tempuh.”

“Aku ulangi sekali lagi El, aku tidak berniat menjual TIV pada APT ataupun yang lain.”

“Masih keras kepala rupanya! Baiklah kalau begitu kita akan memainkan permainan kita masing-masing.”    

Luna menatap muram pemandangan kota dikejauhan. Sebelum pertemuannya dengan El hari ini harapannya untuk mewujudkan idealismenya demikian tinggi. Tapi seharusnya Luna tahu kalau El tidak akan semudah itu memahami dan mau mengerti jalan pikirannya tanpa ada prasangka.

Salahnya juga karena tidak mampu berterus terang tentang apa yang dirinya upayakan, namun membagi rahasianya sedini ini pada lelaki yang notabene adalah saingan bisnis sama halnya seperti menyerahkan belati ditangan musuh yang selalu menunggu untuk menikam jantungnya.

“Aku benar-benar berharap banyak darimu El,” ucap Luna pelan.

Ciel Alferro tersenyum dengan cara yang menawan. “Kalau begitu bujuk aku lebih keras lagi. Mungkin aku akan berubah pikiran.”

Luna tersenyum lelah, “Untuk apa aku masih membiarkanmu ada disini El … tidakkah kamu menyadari kalau aku sedang mengemis padamu?”

“Kamu tahu! Aku tidak merasa sedang menghadapi pengemis,” jika bisa El ingin mengatakan dengan jujur kalau dia benci sikap Luna yang selalu tenang saat berhadapan dengannya. Ketenangan Luna, bahkan disaat perempuan itu mengajukan permintaan tetap terasa seperti seorang ratu yang memberi perintah pada bawahannya.  

Pria itu kini berbalik menghadap kearahnya, menatap langsung dengan jenis tatapan yang tak dapat ditebak.

“Kamu berkata ingin memberi apa yang paling aku inginkan?” tanya El satu kali lagi. Ketika dilihatnya Luna menganggukkan kepala dirinya baru lanjut bicara.

“Asal kamu tahu, TIV bukanlah satu-satunya yang aku inginkan.” Bagian diantara sepasang alis Luna berkerut dalam mendengar kata-kata itu.

“Kalau kamu benar-benar menginginkan aku berpihak padamu, berikan penawaran yang lebih bagus selain dari memiliki Tejan Investama.”

“Apa yang lebih menggiurkan dari memiliki TIV?”

El melangkah maju, mempersempit jarak diantara dirinya dengan Luna. “Kamu.”

“Aku!” ulang Luna tidak mengerti.

El tersenyum, matanya melembut saat balas memandang Luna, “Dan dibanding TIV, aku lebih tertarik pada pernikahan seperti apa yang akan kita miliki nantinya.”

Luna mengerjabkan mata, sementara otaknya berusaha mencerna ke mana arah pembicaraan ini menuju. ‘Pernikahan seperti apa yang akan kita miliki nantinya’, kata-kata itu terngiang kembali ditelinga Luna. Jika saja hubungannya dengan El tidak seperti ini, rasa-rasanya Luna ingin percaya kalau apa yang El ingin ketahui ada hubungannya dengan romantisme, rumah bercat putih dikelilingi halaman rumput yang luas, sepasang anjing Labrador, dan …, Luna langsung menghentikan imajinasi  liar yang berkelebatan dalam benaknya. Tatapannya kembali terangkat ke El yang masih menanti jawaban.

“El selain TIV tidak ada yang bisa aku tawarkan lagi.”

“Kalau tidak salah yang kau tawarkan adalah menikah denganmu, bukan dengan warisanmu. Jadi apa fungsi dan tujuan pernikahan yang sesungguhnya tidak akan dibahas di sini?”

“Kamu sangat tahu hubungan macam apa yang kita miliki, bukan? Apa memungkinkan untuk kita memiliki hubungan lebih dari sekedar mitra?”

El menggedigkan bahu tak acuh, “Kenapa tidak? Aku bersedia membahas negosiasinya kalau kamu mau.”

“Kita hanya akan jadi mitra yang menikah, karena tanpa pernikahan aku tidak mungkin mengalihkan saham milikku tanpa ada proses jual beli. Tapi kesepakatan kita hanya sampai di sana.”

“Sayangnya itu tidak cukup menarik bagiku,” komentar El datar, meski ekspresi El tetap tidak terbaca, Luna tahu kalau laki-laki itu tidak senang dengan apa yang baru saja dia katakan.

“El!”

“Wanita lain  mungkin bisa memberiku penawaran yang lebih baik.”

Kalimat itu bagai tamparan tak kasat mata. Berdengung dalam benak Luna dan menyakiti hingga ketiap bagian terkecil jiwanya. 

“Apa yang kau tawarkan adalah kepalsuan… dan itu  bahkan lebih buruk dari mainan plastik yang diberikan orang pada anak kecil,” El memberi Luna satu senyuman tipisnya sebelum berlalu dari hadapan gadis itu.

Lama setelahnya Luna menjatuhkan lutut ke lantai mauloseum masih dengan kedua tangan memegangi tepian pagar. “Andai bisa,” lirihnya diantara sesak dan tangis yang ditahan. Mata berkabut itu lalu menatap keatas, kearah langit cerah tak berbatas yang tidak mampu memahami lukanya. 

TBC

Balik lagiii
Luna galau ... El banyak maunya yak. Coba deh nurut aja gak usah pake tawar2an 😋

Masih samar2 yah apa yg sebenernya jadi tujuan dua orang ini, tapi yah mau gimana lagi ... PTM emang cerita yg alurnya lamban, kadang bolak balik, n surem sesurem masalalunya babang El, dan perih seperih hidupnya Luna yang bukan lucinta.

Sampe ketemu lagi yah, semoga lancar update mulai Minggu ini.

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang