P.5// Plans

74 8 1
                                    

Berhari-hari aku berlatih pedang, berkuda, mempelajari tak-tik musuh serta memanah. Harry yang mengajariku semuanya. Entah apa yang ia pikirkan ketika mengajariku semuanya.

Aku bukan tipe orang yang menurut ketika diajari, terkadang aku membantah hal-hal yang Harry ajarkan padaku. Entah karena aku tak mengerti ataupun karena menurutku apa yang ia ajarkan tidak masuk akal. Mungkin bukan tidak masuk akal, tapi aku yang tak terlalu mengerti strategi serta cara yang ia ajari dalam berpedang dan memanah.

Sekarang, kami sedang menyusun rencana untuk mencapai ke puncak gunung Black Witch.

Kami membutuhkan obat yang akan membangunkan sang Raja. Namun, obat itu sangatlah sulit untuk ditemukan di dataran rendah. Kami perlu menghabiskan waktu setidaknya 3 hari untuk mencapai puncak gunung. Kami membutuhkan bunga Edelweiss dan sedikit ramuan seorang penyihir untuk mengembalikan sang Raja.

Awalnya aku tidak yakin atas apa yang diucapkan oleh Harry. Jadi aku bertanya pagi tadi ketika kami sedang beristirahat setelah berlatih pedang. "Bukannya Edelweiss hanya tumbuh di pegunungan Timur?" Kemudian ia menolehkan kepalanya kepadaku, tadinya ia sedang mengelap wajahnya setelah kami berlatih.

"Umm.. tidak juga, nyatanya di gunung milik penyihir itu ada," Ia menata kembali letak botol minum dan sapu tangannya. Ia menoleh menghadapku yang sedang mengigit punggung jempolku, khawatir. "Dengar Yang Mulia, jika kau tak yakin dengan semua ini, kau akan mati diperjalanan. Maaf saja jika kau berpikir aku akan berkata 'jika kau tak yakin kau tak perlu pergi' nyatanya aku sudah melatihmu dan kupikir kau siap untuk perjalanan ini. Mereka menyebut Edelweiss sebagai bunga abadi, dan kami membutuhkan itu untuk raja. Yah, setidaknya tidak membuatnya abadi, tetapi membuatnya mempin kami kembali,"

Sebenarnya itu bukanlah masalah jika hanya memakan waktu berhari-hari. Tapi, dalam perjalanan menuju gunung itu banyak rintangan yang harus kami hadapi. Rintangan-rintangan itulah yang menyebabkanku berlatih dan akan pergi bersama 6 orang lainnya.

Seperti namanya, gunung Black Witch ditinggali oleh sang penyihir yang mempunyai sangkut pautnya dengan kejadian ini. Ia menyimpan banyak jebakan disepanjang jalan menuju tempat yang ia tinggali.

Jadi disinilah aku, diruangan serba emas yang pengap dan memperhatikan bulir-bulir keringat Harry mengahiasi wajahnya yang sedang menyusun rencana bersama kami, keseriusan diwajahnya sangat terlihat. Ia pasti mempunyai alasan yang membuatnya bersusah-payah melakukan ini semua.

Strategi demi strategi kami susun berdasarkan hal yang kami duga akan kami hadapi disana.

"Jika salah satu dari kalian terinjak duri beracun maka jangan diam saja. Duri itu dapat membunuh kalian dalam 3 hari jika tidak segera diobati." Harry lagi-lagi memperingatkan kami tentang jebakan yang dibuat oleh penyihir.

Aku hanya terdiam dan berusaha agar tidak melupakan semua yang dicegah. Mulai dari air sungai beracun, kayu bakar yang bisa meledak jika kita beri api dan lain sebagainya.

"Baiklah. Kita akan memulai perjalanan besok. Kita bertujuh akan berangkat lusa," ia menarik nafasnya kemudian mengembuskannya. "Rin dan Dan kalian adalah team Medical yang masuk ke team ini. Jadi aku mau kau berhati-hati. Jangan maju jika tidak terdesak!" Rin hanya menangguk.

"Cam dan Jen kau yang ambil long-range combat. Teruslah berada di belakangku dan Chloe!"

"Aku akan melindungi kalian, tenang saja," Cam menepuk bahu Harry dan berjalan menuju pintu keluar dengan tampak malas "Aku akan kembali mengecek kudaku. Da-ah!"

"Woi! Selalu saja begitu. Cam tunggu!" Jen kemudian berlari menuju Cam dengan lambaian tangannya.

"Aku tidak tahu jika ini akan berhasi atau tidak dengan adanya mereka berdua." Memijit pelipisnya dengan ibu jari, Harry terus menggeleng.

"Yah, mau bagaimana lagi mereka berdua paling lihai dalam memanah. Kupikir, pergi sebelum rapat ditutup bukanlah masalah besar. Lagi pula, kau sudah selesai kan?"

Harry hanya mengangguk kepada Rin dan memberi izin mereka untuk bubar. Tapi aku tidak berkutik di kursiku dengan pikiran entah kemana.

"Apa ada yang salah?" Alisnya naik satu, lucu.

"Tidak, Harry. Aku hanya tidak yakin jika aku akan selamat dengan hanya beberapa hari latihan."

"Kau harusnya percaya diri dulu. Yakin sajalah, kau berbakat dalam berpedang. Walaupun kau sudah lama tidak menyentuh pedang," Harry berjalan ke arahku dan menepuk pundakku seperti yang dilakukan Cam kepadanya.

Aku sadar jika ia percaya dengan sepenuh hati jika aku adalah ratu itu. Dan aku takut jika ia mengetahuinya.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Apr 09, 2015 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

I Am Not// Z.MOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz