Bocah itu bukannya menjawab, namun malah berjalan mendekatiku.



"Woy, gila! Ngapain lo kesini???!!!"



Bocah sialan itu tetap tidak menjawab pertanyaanku.



Semakin langkahnya mendekat, aku semakin mundur, mundur, dan mundur sampai punggungku menabrak balkon. Dan pada saat yang sama, langkah kami sama-sama terhenti.



"Harusnya aku yang nanya, Kak. Ngapain Kakak disini?" tanya bocah sialan itu. Aku berdecak sebal.

"N-ngapain kek!!! Terserah gue!!!" jawabku.

"Yaudah kalo begitu jawaban aku sama," ucap bocah sialan itu.



Ia pun berpindah ke sampingku. Tangannya bersandar di balkon.



Apa-apaan ini?! Aku masih tidak mengerti!Mengapa dia disini?! Bagaimana dia tahu aku ada disini?! Siapa yang memberi tahu dia kalau aku ada disini?! Aishhh!!! Habis sudah waktu damai ku!!!



Ah, benar! Aku harus mengusirnya dari sini!



"M-masuk gih ke kelas lo! Bentar lagi guru masuk," perintahku.



"Kakak juga sama," balas bocah sialan itu.



What the hell?!



Bocah ini menyebalkan sekali, Ya Tuhan!!!



"Gausah ikut-ikut gue! Sana balik ke kelas!" bentakku.



"Tapi aku maunya disini. Sama kakak," ucap bocah sialan itu.



"Aishhh!!! Terserah dah!!!" ucapku. Sialan, ya. Bocah sialan itu terlalu mahir membuatku kalah saat berdebat dengannya.



Setelah itu, salah satu dari kami tidak ada yang membuka percakapan. Bocah sialan itu masih diam. Ekspresinya sulit sekali ditebak.



Kenapa sih dia??? Membuat repot saja!



"Kak, aku mau tanya."



Oh, jadi sekarang dia membuka percakapan.



"Apa?" tanyaku.



"Kakak kenapa bisa dihukum sama kepsek gaboleh ikut Seniority Program selama dua hari?"



Aku membelalakkan mataku.



DARI MANA DIA TAU???



"Tau dari mana lo?!" tanyaku.



"Kak Ten," jawab bocah sialan itu.



"Si anjing emang," umpatku.



Sudah kuduga!!! Ten itu memang tidak bisa dipercaya!!!



"Jadi... Kenapa bisa gitu, Kak?" tanyanya.



Aku membuang nafasku dengan berat. Apakah aku harus memberitahunya? Atau tidak?



Lebih baik tidak.



"Gue nggak bisa ngasih tau lo," ucapku.



"Why?" tanyanya lagi.



"Ya nggak bisa aja. Nggak mau nginget," jawabku.



"Oh..." ucapnya.



Setelah itu, kami terdiam untuk beberapa detik.



Dan dia membuka percakapan lagi.



[END] Seniority Program • MarkYongWhere stories live. Discover now