JaemRen (Oneshoot)

Start from the beginning
                                        

"Sejak saat itu?" Jeno bertanya penasaran.

Renjun memandang Jeno, "Yah , dulu dia pernah sangat menyukai seseorang dan mereka akhirnya bersama. Jaemin tidak pernah menceritakan detail kenapa dia putus, tapi sejak saat itu dia jadi menjaga jarak dengan orang-orang yang mencoba menyukainya."


~Tring~


"Aku harus pergi, Jaemin membutuhkanku," Renjun bergegas berdiri, setelah membaca pesan singkat di ponselnya.

"Renjun, Tung-" Jeno menghentikan perkataannya dan refleks menarik tangan Renjun lalu menariknya didekat dadanya saat dilihatnya Renjun hampir jatuh karena tersandung sesuatu. Jeno berhasil menangkap Renjun, hanya saja kacamata dan apa yang dibawa Renjun telah jatuh terlebih dulu.

Dengan jatuhnya kacamata Renjun, wajah itu kini terlihat lebih jelas. Apalagi saat ini wajah antara keduanya sangat dekat. Jeno bisa melihat wajah manis yang terpampang dihadapannya. Bibir plum kecil yang setengah terbuka, pipi halus, garis dagu dan hidung, benar-benar pemandangan yang indah. Ditambah lagi matanya yang kecil tapi tajam itu tampak polos dan suci. Renjun itu lebih dari sekedar keindahan.

"Lepaskan aku!" Renjun berteriak keras, melepaskan tangan Jeno dari bahunya dan buru-buru menjauh, yang membuat Jeno terpaksa keluar dari pikirannya untuk mengagumi orang dihadapannya.

"Mianhae Renjun-ah," Jeno buru-buru berkata, "Kau tak apa?"
Renjun mengangguk sambil memasang kacamatanya yang retak dibagian kanan, "Aku harus pergi, Jaemin membutuhkanku." ucapnya

"Tunggu!" Jeno, memberikan bingkisan yang tadi dikembalikan Renjun, "Kalau Jaemin tidak mau menerimanya, simpanlah. Tidak ada gunanya jika kau mengembalikannya padaku."
Renjun menatap bingkisan dihadapannya, "Tapi ini-"

"Jangan berkata tidak, aku sudah sedih Jaemin menolaknya, apa kau juga ingin menolaknya?" Jeno memberikan tatapan terluka yang membuat Renjun gelisah dan merasa bersalah.

"Baiklah, aku akan menyimpannya," jawab Renjun akhirnya menerima.
Jeno tetap berdiri disana beberapa saat memandang kepergian Renjun. "Renjun itu-," bisiknya tidak menyelesaikan kalimat yang berputar dalam kepalanya.
.
.
.
.
.

.

"Kacamatamu rusak!" Jaemin mengambil kacamata Renjun dan meraba retakannya.

"Maafkan aku," Renjun tertunduk menyesal disebelah Jaemin. "Aku merusak kacamata yang kauberikan lagi."

"Kenapa bisa rusak?" Jaemin menggeser tubuhnya untuk melihat Renjun.

"Saat aku mendapat pesan singkat darimu, aku terburu-buru dan hampir terjatuh." Jawab Renjun.
"Untungnya Jeno disana, dia menolongku, tapi kacamatanya terjatuh. Mianhae,"

"Injunie, katakan padaku. Apakah orang yang bernama Jeno itu memandangmu tanpa kacamata?" Jaemin tiba-tiba terlihat....gelisah?  dia menarik wajah Renjun agar bisa melihatnya dengan jelas.

"Se-bentar." Jawab Renjun sedikit gugup melihat perubahan sifat Jaemin, "Itu juga tidak sengaja."

"Bukankah sudah kubilang kau tidak boleh memperlihatkan wajah dan matamu pada orang lain." Jaemin melotot dan menggenggam lengan Renjun dengan keras, "Kau tahu apa yang dulu terjadi saat mereka melihat itu."

"Nana sakit!" Renjun menggoyangkan tangannya, berusaha melepas cengkraman erat dilengannya.

"JAWAB AKU HUANG RENJUN!" teriak Jaemin

"Aku tahu." Renjun menjawab, "Mereka semua akan menjauhiku karena takut melihat tatapanku yang mengerikan. Wajahku mengerikan," Renjun memandang Jaemin dengan ekspresi hampir menangis, dan seketika itu Jaemin mengangkat telapak tangannya untuk menutupi mata Renjun.

Uke Vs Uke? I Don't Think So//JAEMREN Ver//Where stories live. Discover now