JaemRen (Oneshoot)

Start from the beginning
                                        

Renjun mengernyitkan alisnya, tapi tidak berkomentar apapun menunggu namja dihadapannya itu untuk melanjutkan kata-kata nya.

"Saat itu kukira Jaemin adalah orang yang arogan dan dingin karena seperti itulah pandangannya pada orang lain,  saat pertama kali aku melihatnya. Dia selalu berucap acuh tak acuh pada orang-orang disekelilingnya. Tapi apa yang pertama tampak diluar sepertinya berbeda." Jeno menghentikan ucapannya sebentar untuk melirik Renjun yang saat ini tengah memperhatikannya dengan serius.

"Dia itu walau terlihat kasar pada orang lain, tapi dia orang yang sangat baik. Dia rela berkorban bahkan membela orang lain didepan para senior. Dan dia orang yang selalu melindungi orang-orang didekatnya..."


Flashback End.



Sangat sering Renjun mendengarkan alasan bagaimana seseorang jatuh untuk Jaemin, menyatakan bahwa mereka benar-benar serius untuk membuat Renjun membantu mereka. Tapi semua alasan-alasan itu hanya menunjukkan betapa indahnya Jaemin, betapa sempurna sikap Jaemin, dan Jaemin adalah pasangan yang tepat untuk mereka.

Dan Jeno, namja  tampan itu berbeda dari mereka. Renjun pikir dia tulus, ada beberapa sisi yang bisa Jeno tangkap tentang Jaemin dan orang lain tidak bisa menangkap itu. Mungkin saja, jika Renjun bisa mendekatkan keduanya, Jaemin akan bahagia dan bisa melupakan tentang Mark.

Sebuah perasaan aneh tiba-tiba melilit perutnya, saat memikirkan Jaemin dan Jeno keduanya bersama sebagai pasangan serasi. Apakah itu semacam firasat buruk atau apa? Tapi kebingungan itu tak bertahan lama saat tiba-tiba suara Jaemin kembali masuk pendengaranya

".......hadiah itu." Renjun hanya menangkap baris terakhir dari kalimat Jaemin.

"Apa?" Tanya Renjun lemah.

Jaemin memandangnya kesal, "Sudahlah! Kita sudah sampai rumahmu." Ucapnya berhenti dan memandang rumah kecil Renjun, "Aku akan menjemputmu besok, jangan bangun terlambat dan cobalah untuk tidak selalu berpikir serius."

Jaemin menusuk-nusuk tempat kerutan didahi Renjun dengan telunjuknya,"Kalau kau selalu sepeti ini, dahimu benar-benar akan berkerut secara permanen dan kau akan tampak seperti kakek-kakek."

Renjun tak menjawab hanya memandang Jaemin sambil mengangguk sedikit yang membuat Jaemin memutar matanya. "Cepat masuk sana!" perintahnya setelah mengacak-acak rambut Renjun, menumpahkan rasa gemasnya. "Jangan lupa nanti malam aku meneleponmu!" setelah itu dia pergi tidak menunggu Renjun benar-benar masuk dalam rumahnya.

"Harus kuapakan hadiah ini? Aku jadi merasa bersalah kalau Nana sampai tidak menerimanya." Renjun berbisik pelan sambil memandang hadiah yang masih dia pegang.
.
.
.
.
.
.

.

"Dia tidak menerimanya."Jeno menatap kecewa pada hadiah yang kini berpindah tangan lagi padanya.

"Lebih baik kau mendekatinya secara biasa saja, tidak sebagai pengangum." Jawab Renjun.

"Kau adalah temannya Jaemin sejak kecil kan?" tanya Jeno, memandang Renjun yang kini duduk agak jauh darinya,dan lebih suka menatap tanah daripada wajah tampannya.

Renjun mengangguk, "Sejak masih TK." Jawabnya.

"Menurutmu, orang yang disukai Jaemin itu seperti apa?"

Renjun menggeleng lemah, "Entahlah,"ucapnya ragu, "Jaemin  tidak pernah memilih untuk dekat dengan siapapun, bahkan dia masih tetap bersikap baik dengan orang seperti ku. Hanya sejak saat itu dia mulai berubah, dia mulai menutup dirinya, mungkin dia sedikit trauma untuk memberikan kepercayaannya pada orang lain."

Uke Vs Uke? I Don't Think So//JAEMREN Ver//Where stories live. Discover now