6. Masa yang terlewati

Mulai dari awal
                                    

Sudah bukan rahasia jika Marshello Andika Halim adalah anak pungut keluarga Halim. Ironisnya, diantara sekian banyak orang, justru Luna yang paling tahu kebenaran yang di sembunyikan di rumah mewah milik generasi ketiga keluarga pendiri pabrik sigaret terbesar di Indonesia itu.

Bagaimanapun mereka masih satu keturunan, dan sudah sejak lama Luna mengetahui jika Marshello yang selama ini di duga orang lain sebagai anak pungut keluarga itu faktanya adalah anak hasil hubungan gelap Tuan Tanoto Halim dengan anak ART keluarga Halim sewaktu masih remaja.

“Kenapa kamu nggak ke rumah aku?”

Marshel menggeleng tapi tidak mengatakan apa-apa.

Luna menatap Mars dengan mata lebarnya yang penuh simpati, “Karena di sana ada El, jadi kamu lebih memilih untuk ke panti?”

“El sudah kayak sodara sama gue Lun. Gue juga ngerasa tenang kalo ada di dekat dia.”

Perlahan Luna menghembuskan nafas. Kedekatan Marshel dengan Ciel, anak ibu pemilik panti asuhan tempatnya di besarkan memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan ketika dipaksa masuk ke sekolah elit tempat mereka berada sekarang, Marshel menolak mentah-mentah dan baru bersedia ketika Tuan Tanoto Halim mengatakan jika dia juga akan membiayai pendidikan El di tempat yang sama.

Perlahan Luna mengangguk, “Tapi kamu nggak perlu sungkan buat mencari aku jika kamu butuh temen selain El.”

Marshel tersenyum dan balas memandang gadis di depannya dengan mata yang menyiratkan rasa terima kasih mendalam. “Thanks ya Lun,” diulurkan tangannya untuk mengelus puncak kepala Luna perlahan, tindakan yang tidak berarti bagi cowok itu, tapi bagi Luna… kebalikannya.

“Tapi kamu yakin kamu enggak pergi ke Senen kemarin?” Luna kembali bertanya.

“Nggak! Yang kemarin ke sana itu pas Shubuh... mungkin, El.”

Nafas Luna terhenti. “El! Ciel Alferro?”

Marshell mengangguk. “Lo pasti lihat motor gue ya? El tuh yang pinjem buat nganter pengurus panti yang mau belanja kue jajanan pasar untuk anak-anak.”

Penjelasan itu harusnya bisa menenangkan hati Luna yang gelisah sejak kemarin. Tapi nyatanya tidak. Di benaknya kini kemungkinan lain yang sangat mustahil berputar-putar, menggoda untuk di cari tahu. Dan Luna sadar memang itulah yang harus dia lakukan, meski entah kejutan macam apa yang akan dia hadapi sebagai jawaban.

Mengingat siapa El, rasanya sukar untuk dipercaya oleh Luna jika apa yang dilihatnya tanpa sengaja sewaktu mengantar pengurus rumahnya berbelanja adalah ulah pemuda itu.

Tak butuh waktu lama bagi Luna untuk menemukan El.

Bukan saja karena El terkenal di sekolah, melainkan karena ada satu ruang khusus di sekolah mereka yang seakan di kultuskan khusus untuk kepentingan lelaki itu.

Ruangan OSIS berada diantara perpustakaan dan ruang guru. Tidak terlalu mencolok, tertutup, dan memiliki kesan elegan namun suram yang selalu berhasil membuat Luna gelisah tiap kali lewat di depannya. Karena itu pula, Luna tidak pernah bisa tahan berada di dekat El meski pemuda itu teman baik Mars.

Ketika Luna tiba di koridor yang menuju ke ruang OSIS dia melihat El tengah mendorong pintu berdaun ganda itu dengan sisi kiri tubuhnya.

Luna pernah beberapa kali menyaksikan El membuka pintu ruangan, dan sepertinya mendorong dengan sisi tubuh adalah salah satu dari sekian banyak kebiasaan El yang dianggap keren oleh sebagian besar siswi sekolah mereka.

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang