.001

7.2K 793 44
                                    

SCENE ONE
BLACK STAIN


telapak tangan kiri jeongin berwarna hitam.

hitam yang pekat, legam, sewarna dengan langit di malam hari. meruyak dari atas pergelangan nadi, membentang sampai ke ujung-ujung jemari. wilayahnya begitu mencolok. kontras dengan telapak tangan kanan yang memiliki rona seperti kulit kebanyakan.

jeongin membenci telapak tangan kirinya. noda gelap di bagian tubuh adalah sebuah indikasi bahwa seseorang belum pernah menyentuh belahan jiwa. ketika permukaan kulit saling bersinggungan, maka hitam itu akan memudar, berganti dengan warna lain yang lembut dipandang mata. perubahan yang begitu drastis dan terbilang konyol—bagi jeongin.

pemuda itu tak menyukai konsep belahan jiwa yang begitu diagung-agungkan keluarganya.

lucu. cinta yang instan tanpa proses. diikat secara paksa oleh sesuatu bertajuk belahan jiwa. jeongin hanya bisa tergelak ketika ditanya apa alasannya terus mengepalkan tangan demi menutupi noda hitam yang besar di sana.

"aku ingin mencari pasanganku sendiri. masa bodoh belahan jiwa. dasar manusia kuno."

━━━━.⋅ ❈ ⋅.━━━━

haseul, kakak jeongin, sangat menghormati bagaimana takdir menyatukan dua insan. setiap hari ia tak henti-hentinya mengemukakan kekaguman bagaimana noda hitam itu kemudian berganti warna dengan cara menakjubkan ketika disentuh seseorang.

"kau mungkin akan kembali mencemooh. tetapi, percayalah, ketika takdir sudah bertindak, kau tak akan bisa apa-apa." gadis itu memberi wejangan tepat saat mereka berdua terdampar di sofa ruang keluarga, menonton berita dengan mata setengah mengantuk.

tentu saja jeongin tak mau kalah. dia segera membalas, "di dunia modern seperti ini, banyak yang meninggalkan belahan jiwa demi seseorang atau sesuatu yang lebih baik."

"coba pikirkan, apakah mereka bahagia setelahnya?"

kemudian jeongin dibuat bungkam oleh pertanyaan haseul. tangan kiri dicekau kuat-kuat, seolah ingin melenyapkan kenyataan yang semakin menyudutkannya pada ketidakmungkinan. sudah terlalu sering ia mendengar kisah orang menentang takdir. dan sudah berkali-kali ia mendengar bahwa tak ada satu pun yang berakhir baik-baik saja—mulai dari sedih yang berkepanjangan hingga jatuh sakit.

kedua orangtuanya adalah contoh nyata dari cerita itu. sang ayah lebih memilih fokus pada karir, sedang ibunya mencintai orang lain. mereka menyetujui gagasan berpisah dan sibuk dengan mengurus hidup masing-masing.

akan tetapi, selang tiga bulan kemudian, mereka mengatur janji untuk bertemu di sebuah kedai kopi. di sana, semua terungkap. ayah mengaku dilanda nelangsa saban hari meski uang mengalir deras ke rekeningnya. ibu juga mengutarakan hal serupa, ia tak bisa berhenti meresahkan ayah ketika matanya bersibobrok dengan noda hitam di punggung tangan yang sudah berganti warna. lalu mereka memutuskan untuk kembali.

karena kejadian itu, jeongin tak pernah bertanya-tanya penyebab di balik sikap orangtuanya yang begitu menghargai belahan jiwa. mereka belajar dari pengalaman.

"selain konyol, apa alasanmu untuk tidak menyukai konsep soulmate, jeongin?" haseul menoleh pada adiknya yang terkantuk-kantuk memandangi televisi. dia mengambil tangan kiri jeongin, kemudian memandangi torehan hitam yang lebar seperti dicat. "apa karena kau sudah menyukai seseorang, seperti ibu dulu?"

tak ada jawaban. haseul tahu benar adiknya hanya sekadar menutup mata, belum sepenuhnya tidur.

━━━━.⋅ ❈ ⋅.━━━━

seungmin adalah salah satu teman jeongin yang bodoh.

pemuda itu begitu abu-abu untuk ditanyai pendapat mengenai belahan jiwa. dulu dia punya noda hitam tepat di tulang pipi, membuat repot karena harus menutupinya dengan masker setiap pergi keluar rumah. noda itu aneh dan jelek dilihat. seungmin berupaya menyembunyikannya dari banyak orang.

lalu, ketika perayaan kelulusan smp selesai, seungmin berlari ke toilet untuk membersihkan bedak di sekitar pipinya—karena mulai hari itu ia memutuskan untuk meninggalkan masker—dan menemukan semu oranye pudar di bawah mata. warna arang yang sebelumnya ada di sana sudah pergi. seungmin tentu bertanya-tanya siapa belahan jiwanya karena ia memeluk banyak orang sebagai ucap perpisahan.

"aku tidak terlalu memikirkannya, sih. lagipula, kalau benar soulmate disatukan oleh takdir, seharusnya kami akan bertemu lagi nanti, kan?" seungmin menutup pembahasan dengan senyum lebar. "bagaimana denganmu, jeongin?"

jeongin membalas dengan tawa getir. cengkeramannya mengetat, menahan diri untuk tak terlihat menyedihkan di mata kawannya itu. "kak haseul mengira aku menyukai orang lain."

tangan seungmin yang awalnya lincah memantul-mantulkan bola basket, kini terhenti di udara. dia menangkap bola kemudian menoleh pada jeongin yang merunduk di kursi penonton. satu, dua, tiga langkah membawanya mendekat. seungmin menatap jeongin lamat-lamat.

"bukannya memang benar?" katanya pelan, "kau menyukai bang chan."

seungmin memang teman jeongin yang bodoh.

────✧

kenalin, kakaknya jeongin alias
mbak haseul alias bias baruqu unc.

kenalin, kakaknya jeongin aliasmbak haseul alias bias baruqu unc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
tingeWhere stories live. Discover now