Chapter 7 - Rival

Mulai dari awal
                                    

*** 

"Bagaimana?" Gamal Ardiwinata mengetuk-ngetukan pena yang tengah ia pegang pada meja kerjanya sambil menatap Sang Sekretaris. 

"Dari informasi yang saya dapat, Tuan Nirva Arjun Alifiano akan datang pada undangan makan malam itu," sekeretaris Gamal melaporkan apa yang diminta oleh atasannya. 

"Kalau begitu konfirmasikan kalau aku akan datang. Kau boleh kembali." 

"Baik," sekretaris Gamal mengangguk dengan patuh dan hormat sebelum keluar dari ruangan kerja mewah Gamal, meninggalkan atasannya sendirian. 

Sepeninggalan sekretarisnya, sebuah seringaian tercetak jelas di bibir Gamal, "Ini akan semakin menarik." 

"Kau ingin aku ikut?" tanya suara tanpa wujud. 

"Tentu." 

*** 

Nirva memandang Damian yang sudah tertidur di dalam gendongannya, dan kini dirinya sendiri juga ikut merasa mengantuk. Sudah dua jam ia menunggu Sangguni didandani di salon sekaligus butik langganan mendiang istrinya. "Hoaam..." Nirva menguap untuk kesekian kalinya. Kelopak matanya sudah terasa sangat berat. Menunggu itu membosankan, apalagi menunggu wanita memanjakan dirinya di salon atau belanja. Baiklah, itu hanya rahasia para pria, jangan sampai para wanita mengetahuinya. 

"Maaf sudah membuat anda menunggu lama, nona Sangguni sudah selesai," baru saja Nirva akan jatuh tertidur, namun suara pegawai salon membangunkannya. 

Nirva kembali membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Rasa kantuk yang sedari tadi menggelayuti Nirva hilang seketika saat Nirva memandang gadis yang sangat cantik yang kini berdiri di hadapannya. Mata Nirva menatap tak percaya tanpa berkedip, rahangnya seolah jatuh, pria tampan bermata emerald itu yakin kalau saat ini wajahnya terlihat sangat bodoh, "Sangguni?"

"Iya. Ini aku," Sangguni mengerutkan keningnya melihat reaksi Nirva, "apa aku terlihat aneh?" 

"Kau..." Nirva menggelengkan kepalanya, mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri dari ketertegunan, "...kau menakjubkan. cantik." Puji Nirva tanpa ragu. Di mata Nirva sekarang, Sangguni benar-benar terlihat cantik dengan tampilan yang berbeda. Rambut hitam panjangnya tetap tergerai dan hanya dihiasi sebuah jepitan yang terlihat klasik, namun elegan. Wajahnya dirias dengan full make-up, tetapi tetap terlihat natural. Gaun hitam membalut tubuh rampingnya, memberi kesan seksi dan misterius yang menggoda. Dari keseluruhannya, penampilan Sangguni benar-benar memesona.  

Pegawai salon yang menyaksikan reaksi keduanya hanya bisa tersenyum. 

*** 

Nirva melangkah bergandengan bersama Sangguni ke dalam restauran bintang lima dimana acara makan malam akan diadakan. Semua mata memandang kearah keduanya. Nirva terlihat sangat tampan dengan jas mahal yang membalut tubuh tinggi dan tegapnya, aura maskulin memancar kuat dari pria tampan bermata emerald itu. Terlebih lagi yang paling menyedot perhatian adalah gadis yang datang bersama Nirva. Sangguni terlihat sangat cantik, anggun, murni, namun seksi disaat yang bersamaan. 

Damian sudah Nirva titipkan pada Yama dan istrinya. Nirva lebih percaya Yama kalau dibandingkan harus menitipkan Damian di tempat penitipan anak atau menyewa babysitter

Nirva duduk berdampingan bersama Sangguni disebuah meja bundar besar, para bos perusahaan saingannya dalam memperebutkan tender pembangunan apartemen mewah juga sudah berada di sana kecuali satu orang, Gamal Ardiwinata. Orang yang paling diwaspadai keberadaanya oleh Nirva. 

Gamal datang tepat sebelum pemimpin Wivo Corp. datang. Pria itu duduk tepat di seberang dimana Nirva duduk. Hingga kini Gamal dan Nirva duduk saling berhadapan dengan meja sebagai pemisah. Gamal tersenyum pada Nirva, namun Nirva tidak suka senyuman itu, terlihat sangat licik. 

Begitu pemimpin Wivo Corp. Imanuel Pratama hadir, makan malam pun akhirnya dimulai. Mereka semua yang ada di sana memang saingan, namun di atas meja makan, mereka harus bisa beramah-tamah sekalipun itu palsu. "Saya turut berduka cita atas meninggalnya istri anda pak Nirva," Imanuel menyampaikan bela sungkawanya, "maaf ketika acara pemakaman istri anda, saya tidak bisa hadir karena sedang perjalanan bisnis ke luar negeri." 

"Terima kasih pak Imanuel," Nirva mengangguk, "Iya, tidak apa-apa. Saya mengerti dengan kesibukan anda." 

"Tapi bukankah sekarang pak Nirva sudah mendapatkan pendamping baru yang begitu cantik? Saya sangat iri," Gamal berucap dengan tersenyum, namun semua orang tahu perkataannya seperti duri terutama untuk Nirva. Semua orang tahu juga merasa jika omongan Gamal terlalu berlebihan kalau dihadapkan dengan keadaan Nirva, namun orang-orang juga tidak cukup perduli untuk menegurnya. 

Nirva mengepalkan tangannya di bawah meja, mencoba mengendalikan emosinya. Ia ingin sekali berteriak bahwa Gamal Ardiwinata lah pembunuh Maura, namun Nirva ingat kalau dirinya tidak punya bukti yang kuat, jadi Nirva merasa kalau dirinya harus bisa lebih bersabar dan menggunakan otaknya untuk menghadapi orang selicik Gamal Ardiwinata, "Ah, saya hampir lupa. Perkenalkan, ini Sangguni," dengan gaya maskulinnya, Nirva memperkenalkan Sangguni pada kolega bisnisnya setelah berhasil sedikit meredam emosinya. 

"Saya Sangguni. Senang bertemu dengan anda sekalian," menyambung ucapan Nirva, kini Sangguni memperkenalkan dirinya sendiri. Gadis cantik itu tersenyum dengan manis dan gestur tubuhnya begitu anggun sehingga menambah pesona sosoknya, dan memang semua orang terlah terpesona oleh Sangguni, tanpa terkecuali. 

Nirva tercengang. Ia tidak menyangka sama sekali kalau Sangguni yang notabene adalah siluman yang tinggal di gunung bisa bersikap seanggun itu. 

Gamal Ardiwinata untuk pertama kalinya dalam hidup, melihat seorang wanita yang bisa memesona dirinya. Sangguni begitu cantik, anggun, namun misterius di mata Gamal. Pria itu terus menatap Sangguni tanpa merasa sungkan pada Nirva.  

Pandangan Sangguni tiba-tiba tertuju pada Gamal --yang masih menatapnya--, bukan! Lebih tepatnya pandangan Sangguni tertuju pada sosok yang kini muncul di belakang Gamal Ardiwinata. Sangguni yakin kalau sosok itu adalah makhluk yang pernah diceritakan oleh Nirva. 

Makhluk yang berdiri di belakang Gamal itu membalas tatapan Sangguni lalu menyeringai, "Ah... rupanya ada siluman rendah disini." 

Sangguni tahu bahwa jin itu tengah menunjukan wujudnya pada Gamal, terbukti dengan perubahan ekspresi Gamal setelah jin wanita itu berbicara. Sekalipun ekpresinya berubah sangat sedikit, tapi Sangguni bisa menyadarinya dan yakin kalau Gamal bisa mendengar suara jin wanita yang berdiri di belakangnya. Tidak salah lagi, mereka --Gamal dan jin wanita-- terikat dalam perjanjian. Sangguni sejujurnya merasa kesal dengan ucapan jin wanita itu, namun ia menjaga ekspresinya agar tetap tidak berubah sedikit pun. Sangguni mencondongkan tubuhnya pada Nirva lalu berbisik dengan lembut, "Aku ke kamar mandi dulu," sebenarnya saat ini Sangguni dan Nirva terlihat Sangat serasi hingga membuat orang-orang yang melihatnya merasa iri. Setelah mendapatkan jawaban sebuah anggukan dari Nirva, Sangguni segera pergi ke toilet dan tanpa diminta secara langsung pun, jin wanita itu segera mengikuti Sangguni. 

Sangguni menggunakan kekuatannya, ketika ia membuka pintu toilet, dan melangkah ke dalamnya, langkah berikutnya ia sudah keluar dari pintu yang ada di atap gedung. Manusia zaman sekarang menyebutnya teleportasi[1]. 

[1. Teleportasi adalah proses, cara, perbuatan memindahkan orang atau barang dengan psikokinesis.] 

"Jin wanita jalang, jaga mulut jelekmu itu," nada bicara Sangguni tidak meninggi, justru terdengar dingin. Gadis cantik itu kini dalam mode siluman sehingga mata manusia biasa tidak akan melihat sosoknya. 

"Beraninya kau! Kau hanya siluman rendahan!" sosok jin wanita yang berdiri dibelakang Gamal beberapa waktu lalu kini sudah berdiri di hadapan Sangguni, hingga Sangguni kini bisa melihat dengan jelas wujudnya yang memang setengah ular. Jin itu terlihat mengendus udara, "setengah jin, setengah manusia. Cih!" cemoohnya untuk merendahkan Sangguni. 

Sangguni mendengus. Ini memang bukan pertama kalinya ia direndahkan karena dirinya yang setengah manusia dan setengah siluman, namun hal itu tetap saja terasa sangat menjengkelkan. Perlahan wujud cantik Sangguni berubah menjadi wujud gadis setengah ular. Memakai wujud silumannya, wujud warisan dari Sang Ayah. 

"Kau..."

Mind to voment? ^^

SangguniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang