Hari Pertama Sekolah

En başından başla
                                    

"Iya gue tau, lo KETAN, hahaha," dan si empunya nama hanya memicingkan matanya sambil menatap gue.

Acara baris-berbaris pun selesei. Gue buru-buru naik ke atas biar dapat bangku yang enak di kelas. Ketika gue menaiki tangga, langkah gue sempat terhenti karena ada sosok Jingga yang sedang berbicara dengan dua orang panitia MOS di koridor.

Wuah, Kak Jingga ini benar-benar karismatik.

Gue pun kembali naik ke kelas dan langsung memilih tempat duduk yang strategis. Enak buat tidur, enak untuk nyontek, pokoknya enak buat segala-galanya deh.

Tania kemudian memasuki kelas, dan gue memanggilnya untuk duduk di sebelah gue. Sepertinya gue akan berteman baik dengan si Ketan.

Kami pun mengobrol santai sambil menunggu panita masuk ke kelas untuk memberikan penjelasan rundown hari ini. Si Ketan terus bertanya kenapa gue bisa tahu nama Jingga. Ah, dia ini gak peka atau memang gak peduli sih. Kan kita bisa lihat nama-nama senior dari badge name di seragam mereka.

Jam pertama yang diisi hanya dengan sesi perkenalan akhirnya selesei juga. Kami boleh istirahat dan membawa bekal bawaan yang diminta panitia. Namun sialnya, kami disuruh membawa potongan timun sesuai dengan tanggal lahir kami. Berhubung gue lahir di tanggal 20, jadilah gue bawa timun sebanyak itu.

Gue melihat ke bekalnya si Ketan, dengan santai gue kasih dia 6 potongan timun ke tempat makannya yang ia terima tanpa menggerutu. Dia juga menjelaskan kalau hari ini adalah ulang tahunnya, jadi sekalian saja gue kasih hadiah timun.

Setelah selesei makan, gue, Ketan, bersama beberapa teman baru kami duduk-duduk di depan kelas sambil mengobrol untuk mengenal satu sama lain. Ada Ruben yang namanya laki banget tapi kelakuan lebih feminim daripada gue. Ada Indira dan Sassya yang udah kayak anak kembar. Mereka berdua sepertinya paling gak bisa lihat senior ganteng karena daritadi yang diomongin cowok terus. Dan Ketan, hemmm anak satu ini sih biasa aja tapi memang dia punya paras cantik dan imut, pasti si Ketan bakal banyak ditaksir senior di sekolah ini.

Gak lama berselang, bel tanda masuk pun berbunyi. Tiba-tiba saja si Ketan mengajakku menemaninya ke toilet.

"Dhe, gue kebelet pipis. Temenin dong," ucapnya kayak cacing kepanasan yang gak diam. Mungkin karena dia lagi menahan pipis.

"Ah males ah, lagian bukannya daritadi. Udah bel masuk kan," sahut gue.

"Yailah, sebentar doang. Ayo Dheee, gue udah gak tahan," ucapnya lagi.

"Sana gih lari, buruan, gue masuk kelas, hehehe."

Ketan menatapku sejenak sambil memanyunkan bibirnya. "Gak setia kawan, huh!"

Lalu ia berlari ke toilet cewek yang berada di dekat tangga di ujung koridor.

Gue dan yang lainnya kembali masuk ke kelas, lalu tidak lama kemudian 3 orang senior memasuki ruang kelas ini dan salah satunya ada Kak Jingga. Duh, kenapa dia karismatik banget ya?

Kak Jingga berdiri di tengah sambil menjelaskan kegiatan MOS dua hari ke depan. Sedangakn dua orang lainnya membagikan selebaran kertas pendaftaran untuk memilih ekstrakulikuler.

"Jadi kalian nanti bisa kumpulin kertas ini ke Shinta dan Arya..." penjelasan Kak Jingga terhenti karena tiba-tiba saja Ketan mengetuk pintu kelas untuk masuk.

Ketika Ketan melangkah ke tempat duduk, Kak Jingga memanggilnya. Haha, kena lagi aja si Tania.

"Ketan, sini dulu. Lo abis dari mana?" tanya Kak Jingga jutek.

"Saya abis dari toilet Kak," jawab Ketan menundukkan kepalanya.

"Lo kali lagi ngomong sama orang lain tuh lihat matanya dong, gak sopan banget sih," gertak Kak Jingga.

"Ii-iya Kak, maaf," gumam Ketan.

"Hemm, gue denger-denger hari ini tuh ulang tahun lo?" tanya Kak Jingga lagi.

"Ii-iya, Kak," jawab Ketan terbata-bata. Haha lucu sekali lihat muka si Tania, anak-anak lain juga pada menahan tawa.

Dan habislah Tania dikerjai oleh Kak Jingga. Dia diminta jadi pemimpin kelas ini untuk yel-yel yang akan dipertunjukkan nanti di hari terakhir MOS. Tania pun gak bisa menolaknya, dan aku tidak berhenti menertawainya.

Kami meneruskan kegiatan kami hari ini. Sampai di jam ketiga, semua peserta MOS diminta untuk memasuki gedung aula untuk mendengarkan kata sambutan dari Bapak Kepala Sekolah dan Ketua Panita.

"Terima kasih Pak Sutrisno atas sambutannya. Dan sekarang akan ada sambutan lagi dari Ketua Panita MOS tahun ajaran 2015-2016. Mari kita sambut Adeeva Jingg Myesha," ucap sang MC semangat yang disambut oleh riuh tepuk tangan, termasuk gue.

Kak Jingga naik ke atas panggung sambil tersenyum lalu memberikan kata-kata selamat datang kepada kami. Gue terpaku memerhatikan wajahnya yang putih itu, rambut panjangnya yang sengaja ia digerai, dan kedua mata serta bentuk alisnya, ah dia benar-benar cantik.

Ketika gue tengah memerhatikan Kak Jingga, Tania justru memutar bola matanya malas.

Gue menyenggol lengannya. "Ketan, lo kenapa sih diem aja? Tepuk tangan dong."

"Males ah ngapain, udah banyak ini yang pada tepuk tangan," dumelnya.

"Deeuuuhh, susah deh ah yang udah benci mah," sahut gue.

Lalu gue kembali memerhatikan Kak Jingga yang ada di depan sana.

Hari ini semuanya berjalan lancar. Teman-teman di kelas baru gue juga asik, ditambah ada senior secantik Kak Jingga. Dan Tania, kayaknya dia kesemsem deh sama Kak Retta yang tadi ketemu di kantin.

Apa Tania sama juga kayak gue yang sukanya sama perempuan? Hemmm.

Gue gak mau memikirkan itu terlalu jauh, toh kalaupun Tania juga kayak gitu kan itu haknya dia. Lagipula di umuran kami yang masih sangat muda ini, gue yakin pasti akan banyak perubahan yang bakal terjadi nanti.

Kegiatan MOS kembali berjalan biasa. Sesaat setelah bel pulang berbunyi, Tania langsung buru-buru mau pulang katanya gak mau ketemu sama senior jutek, alias Kak Jingga. Haha dasar Ketan, kayaknya gak bakal akur nih sama Kak Jingga.

Gue pun berjalan santai menuruni anak tangga. Ketika gue mau turun ke lantai 1, di depan mading ada Kak Jingga dengan dua orang senior.

"Lun, Shel, list barang untuk demo ekskul udah ada semua?" tanya Kak Jingga pada mereka, dan gue berjalan pelan biar bisa menguping.

"Tinggal kamera analog sih yang belum ada. Kata si Fandry, punya dia lagi dipinjem sama abangnya," sahut salah seorang temannya Kak Jingga.

"Oh gitu, yaudah gue yang bawa aja kalau gitu," ucap Kak Jingga.

"Oke Jingga. Gue sama Shella mau ke perpus dulu ya," ucap temannya lagi.

Kemudian Kak Jingga berbalik badan dan berjalan ke arah tangga tempat gue berdiri daritadi.

Kak Jingga berjalan lalu tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat di depan gue. Ia kemudian mendongakkan kepalanya sambil melihat gue.

Deg...

Ia berkedip kemudian melemparkan senyum yang tipis banget.

Gue merespon senyumnya. "Pulang Kak," ucap gue.

"Iya, hati-hati ya," sahutnya agak sedikit terdengar ramah sambil berjalan di samping gue menaiki tangga ke lantai dua.

Oke, mulai hari ini gue udah putusin kalau gue akan ikut ekskul mading biar bisa terus bareng Kak Jingga!

Reminisce 1.5Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin