Bab. 1 Pertemuan.

4.8K 511 57
                                    

Rayya memandang nelangsa pada deretan angka yang tertera di layar Atm. Uang tabungannya perlahan menipis menjadi setipis kulit ari. Padahal dia sudah bertekad tidak akan membelanjakan uang tabungannya lagi untuk membeli buku secara online. Bonus kantor masih enam bulan mendatang baru akan muncul hilalnya, kadang lewat dari enam bulan. Kalau saat itu tiba, sudah di pastikan dompetnya akan setebal bibir plastik Lucinta Luna.

Rayya menghela napas panjang, dia tidak tahu berapa lama lagi tabungannya akan bisa bertahan kalau terus begini. PO-an buku yang di tawarkan menggiurkan hati serta mengempiskan dompetnya dalam sekejap. Bagaimana tidak, semua cerita keren yang dia baca lewat platform Watwat.com dibukukan. Sang kakak sering mengomeli karena paket buku yang datang hampir tiap hari. Kurir paket saja sampai hapal dengan alamatnya, seperti biasa akan di antar kalau seluruh paket sudah terkumpul dalam seminggu. Daripada mas kurir mondar-mandir tiap hari. Begitu pun dengan kamar tidurnya, dia rela berbagi ruangan dengan buku-buku tercintanya. Buku yang tersusun rapi di rak merupakan hiburan jiwa sepinya. Halah!

Hidung Rayya sekilas mencium harum musk nan segar bercampur wangi jeruk menguar dari arah sebelah kanan. Jeruk asli ya jangan berpikir bau pengharum ruangan yang menyengat itu. Hidung sensitif Raya membuatnya mendadak kepo. Di sampingnya seseorang lelaki sedang bertransaksi di mesin atm yang berbeda. Harum lelaki ini enak banget, Rayya membatin seraya menoleh sebentar untuk melihat. Dia terpaku. Profil dari samping, lelaki tersebut terlihat tampan, rahang yang dihiasi bulu-bulu yang habis di cukur berwarna kehijauan, hidung mancung juga benar-benar tegak. Usianya dia perkirakan akhir tiga puluhan atau malah awal empat puluhan. Om-om ternyata, Raya menggelengkan kepalanya, membuatnya kembali konsentrasi menekan tombol pengambilan uang.

Tidak lama kemudian lelaki itu berlalu dengan tergesa melewatinya. Rayya hanya menyayangkan bau harum itu kenapa cepat berlalu. Dia suka bau parfumnya. Ya sudahlah. Rayya bergegas memasukkan uang ke dalam tas selempang ungu hadiah dari sahabatnya. Dita. Tapi, sejenak dia tertegun ketika mata tajamnya melihat pada lubang tempat uang atm keluar, yang di tinggalkan lelaki asing itu. Ada setumpuk uang yang keluar dari sana, banyak. Kok ada uang?

Astaga! Si Om ganteng tadi lupa mengambil uangnya. Waduh! Rayya panik bukan main. Untung tidak ada orang lain di sini selain dirinya. Segera dia mengambil uang itu. Lembaran yang terdiri dari warna merah, warna uang favoritnya. Rayya tergoda untuk mengambil uang itu dan segera kabur. Tapi dosa bakalan, akhirnya Rayya memutuskan menunggu lelaki itu kembali lagi. Atm corner ini mulai penuh, sebaiknya dia menunggu di luar saja.

Rayya mengisap bubble drink yang sempat dia beli dekat gerai Atm, sudah setengah jam dia menunggu, mengawasi orang yang keluar masuk atm corner ini. Waktunya terbuang percuma, padahal antrian cheese cake yang baru buka hari ini pasti sudah ramai. Rayya sudah menantikan pembukaan gerai itu untuk mendapatkan harga murah. Sekarang sia-sia karena tanggung jawab pada uang ini. Rayya berdiri sampai kakinya terasa pegal, sembari menunduk memainkan ponselnya.

Sepintas Rayya mencium wangi yang sama melintas di belakangnya. Orang tadi! Rayya mengamati sebentar sebelum menyusul masuk. Lelaki bertubuh tinggi, dengan punggung lebar, Kemeja slim fit biru malam begitu pas di tubunnya yang tegap. Raya terus memerhatikan. Lelaki itu terlihat panik dan gelisah sambil menggaruk kepalanya. Dia terlihat mengecek mesin atm-nya sambil berkacak pinggang.

Rayya memutuskan masuk, terdengar decakan kesal sempat tertangkap telinga. Rayya memutuskan l menegur lelaki itu, "Om... "

Lelaki itu memutar tubuhnya langsung berhadapan dengan Raya.

Dan, Raya langsung ternganga. Demi kutu kucing! Profil lelaki ini dari samping tadi sudah  me-erghh  hati Rayya dan kini tampak depan. Bule, Man! Ah tidak sepertinya lelaki ini campuran deh, Rayya sibuk sendiri dengan pikirannya.

"Ehemm... ada apa?" Suara dalam dan berat menginterupsi Rayya.

Emakkkk! suaranya... Ya ara, suaranya bisa langsung membuat Raya terpesona,  terkena voicegasme. Jadi ini rasanya kalau orang kena hipnotis suara langsung klepek. Dia mendadak cengok. Rayya memandang tanpa berkedip.

" Ada perlu apa dengan saya?" si lelaki menegur.

"Anu... anu... Om tertinggal," Raya sangat gugup, tangannya dingin sekali. Njirrr Rayya kamu seperti adik kelas yang naksir senior sekolah, ejek batinnya.

"Anu saya? Anu apa maksudmu?" ada nada geli bercampur tawa kecil dari bibir itu.

Plak! Rayya menampar bibirnya sendiri." Ma... maksud saya apa ini uang anda, Om?" Stupid Rayya!

Rayya membuka tas dan mengangsurkan uang yang sudah dia ikat dengan karet gelang, nemu di tas. "Ini anu anda... maafff.... uang milik anda?"

Lelaki itu terbeliak tidak percaya memandang Rayya dan uang itu bergantian. Di zaman seperti ini masih ada yang jujur mengembalikan barang yang bukan miliknya. "Iya, ini uang saya. Syukurlah tidak hilang," ucapnya. Raut wajahnya terlihat lega. "Saya tadi panik sekali, ada keperluan urusan mendadak jadi terburu-buru hingga lupa mengambilnya. Saya sungguh pelupa. Terima kasih banyak."

"Sama-sama. Saya permisi dulu, Om" Rayya berniat angkat kaki segera. Dia tidak percaya dengan dirinya sendiri, bisa-bisa dia menerkam lelaki yummy ini.

"Tunggu!"

Pergelangan tangan Rayya di tahan lelaki itu. Seketika segala macam bulu di tubuh Raya meremang, bukan berdiri. Maaak, anakmu mau pengsannn!

Tapi, Rayya memandang dengan wajah datar, menekan suaranya supaya tidak teriak histeries. "Ehemm... Ya?"

"Apa anda sudah lama menunggu di sini?" mata onix itu menyelidik.

"Lumayan lama, Om. Satu jam-an. Maaf saya buru-buru, mau ikut antri gerai cheese cake yang baru buka. Permisi."

"Sebentar, ini untukmu. Terima kasih sudah menolong saya." Lelaki itu mengulurkan lima lembar uang bergambar presiden pertama Indonesia itu kepada Rayya.

Rayya terdiam sejenak, "Maaf, saya hanya sekedar membantu, tidak butuh imbalan." tolaknya. Pembohong, hardik batinnya. Padahal kalau kakaknya yang memberi uang segitu akan langsung di sambar, lumayan buat bayar PO bukunya di online seller langganan.

Rayya tanpa berkata apa-apa lagi langsung segera kabur meninggalkan lelaki yang terperangah bingung . Gadis yang lucu.

Sampai di tikungan lorong Rayya berhenti lari, mengelus dadanya. Jantungnya tadi habis kesetrum. Kesetrum cinta. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Kalian percaya?

Taraaaa new story hahaha yang lain belum tamat padahal. Ini di update suka2 ya very slowwwww bgt. Jadi jgn nulis next or gedor2 lapak ya. Saya masih konsen sama Pengantin Rajendra.

Cinta RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang