Tiga Ksatria Pengelana

51 0 0
                                    

Pada zaman dahulu kala, ada 3 orang ksatria gagah berani. Raja memilih mereka untuk sebuah perjalanan mencari harta ajaib. Mereka berangkat dari istana dengan perlengkapan dan kuda, tempat yang mereka tuju adalah sebuah gua misterius yang ada di selatan. 3 ksatria bersumpah setia akan menjaga satu sama lain selama perjalanan.

Mereka tiba di sebuah hutan yang lebat, pepohonan nampak seperti tiang tiang raksasa dibandingkan dengan mereka bertiga. Hingga hari mulai gelap, mereka masih berada di tengah hutan, dan mereka pun bermalam. Suara lolongan serigala membangunkan mereka. Para ksatria menghunuskan senjata mereka dan menunggang kuda. Dari kejauhan sekelebat bayangan bergerak sangat cepat di antara pepohonan. Mereka berlari menuju tempat terbuka sedang di belakang sekumpulan serigala raksasa berlari mengejar. Mereka lebih besar 2 kali dari serigala biasa. Dan pertarungan tak dapat dihindari. 3 ksatria melawan kawanan serigala dengan senjata ditangan mereka hingga salah satu serigala menerkam leher kuda tepat dipinggir jurang. Serigala, kuda dan ksatria terpental hingga jatuh ke jurang yang dalam.

2 ksatria kemudian berkuda dengan kencang meninggalkan kawanan serigala dibelakang. Mereka tiba di sebuah sungai yang sangat lebar, mereka tidak tahu apakah sungainya dalam atau tidak. Yang terpenting adalah lari dari kejaran serigala lapar. Arus semakin deras dan juga semakin dalam di tengah sungai hingga merendam setengah badan kuda. Di belakang kawanan serigala mencoba untuk menyebrang tetapi banyak yang hanyut terseret arus. Kuda ksatria kedua tergelincir di sebuah batu yang licin hingga ia terjatuh dan terseret arus. Beratnya zirah membuatnya tak bisa berenang dengan baik. Ksatria ketiga ingin menyelamatkan temannya tetapi beberapa serigala berada dekat dengannya. Ia memacu kudanya hingga sampai ke seberang.

Perjalanan harus tetap berlanjut, hingga ia mencapai gua di sisi sebuah gunung. Ia memegangi tombaknya dan sebuah obor. Gua itu begitu dalam dan gelap, dan ia sampai pada sebuah sisi gua yang lebih lebar. Langit-langit dipenuhi bebatuan runcing dan berkelap-kelip dari cahaya obor. Sebuah langkah kaki yang besar membuatnya bersiaga. Sebuah raungan terdengar di balik bayangan sisi gua. Seekor naga yang besar muncul dengan mulut berapi dan sebuah draugr raksasa muncul dengan sebilah pedang besar.

Ia berlari menerjang sang naga dan mencoba menusuk dadanya. Sisik naga begitu keras untuk ditembus tombaknya. Draugr mengayunkan pedangnya dan beradu dengan tombak ksatria hingga patah. Ia berlari menghindari hembusan api naga dan menebas kaki draugr dengan pedang, tulangnya pun sama kerasnya dengan besi.Ekor naga menghempaskannya ke dinding gua, dan beberapa detik kemudian ayunan pedang datang memaksanya untuk berguling menghindar. Ia menyeka darah dari mulutnya, ia melihat sebuah pedang hitam tertancap di dinding gua. Sang ksatria mencoba mencabutnya dan membuat pedang itu menyala merah terang membentuk tulisan yang tak ia kenali.

Kemudian pedang barunya berpijar merah hingga berubah bentuk menjadi sebatang tombak. Ia kembali menerjang tubuh naga setelah menghindari sebuah semburan api dari kepalanya. Ia menusuk tubuh sang naga dan berhasil, naga meraung sangat keras. Ia menebaskan tombaknya ke leher naga berkali-kali. Ksatria melompat menghindari tebasan pedang draugr, ia menebas kaki belulang itu hingga patah dan membuatnya ambruk ke tanah. Sebuah suara terdengar entah dari mana, suara itu memanggil dirinya, "selamatkan aku!". Ia memukul tengkorak draugr raksasa dengan tombaknya hingga hancur, seluruh tubuh raksasa itu membatu dan hancur menjadi kepingan kecil. Perhatiannya beralih ke sang naga yang sekarat, suara kembali terdengar di telinganya. "Ilya! Bebaskan aku!". Ia menghujamkan mata tombaknya ke jantung naga hingga ia terbakar apinya sendiri.

Dua sosok abu-abu dan berpendar muncul di hadapan ksatria. Mereka adalah teman temannya yang mati selama perjalanan.

"Dobrynya? Alyosha? Kalian?"

"Ilya, terima kasih telah menyelamatkan kami, selesaikanlah misimu! Bawa harta itu ke tangan kita!"

Dan kemudian dua sosok temannya menghilang perlahan. Sang ksatria menangisi kepergian dua sahabat baiknya dan memungut tombak sakti, kemudian kembali pulang ke negerinya.

Kisah Tiga Ksatria PengelanaWhere stories live. Discover now