Part 1

9 0 0
                                    

"Letha sayang, Fero hanya menganggapmu sebatas sahabat, nggak lebih" rasa segar dari teh mint menyergap tenggorokan Kanya yang sedari tadi terasa kering "Jangan sampai persahabatanmu rusak hanya karena masalah ini Letha, pikirkan itu baik-baik"

"Masih ada Bima yang akan selalu mendampingimu, kau tau kan kalau Bima sangat mencintaimu, kenapa kau tak coba membalas perasaannya Bima saja ketimbang menggangguku dengan Fero" lanjutnya sembari menatap mata Letha yang sudah memerah menahan amarah serta airmata

"Kau beraninya" geram Letha sembari mengambil pecahan gelas yang tadi ia lempar dan ia arahkan ke Kanya yang masih menatapnya tenang

"Gila ya, kalo gue jadi si Kanya mungkin udah gue jambak kali rambutnya si Letha" ujar Ara kesal, dirinya sangat kesal dengan Letha sosok perempuan antagonis dalam cerita novel yang tengah ia baca.

"Berisik dah lo, baca ya baca aja gak usah pake mulut" sahut Rey yang merasa terganggu dengan mulut Ara yang sedari tadi tak henti-hentinya mengomentari novelnya

"Bodo, mulut juga mulut gue jadi suka-suka gue mau baca sambil ngomong atau nggak" serunya kesal "Lagian gue heran sama zaman sekarang masih ada aja cewek yang dibutakan oleh cinta, kalo emang tuh cowok jodohnya dia ya pasti gak bakal kemana-manalah" Ara masih tidak terima dengan sikap Letha yang menurutnya terlalu egois.

"Lalu urusan dengan lo apa coba, lagian itu kan cuma cerita fiksi Ara sayang" Rey gemas sendiri melihat adiknya yang selalu saja mengomentari setiap novel yang ia baca

"Tapi kan..."

"Ara..." panggil sang mama

"Kamu mau sampai kapan di sana, sekarang sudah hampir jam 9, bukannya jam 10 kamu ada kelas" lanjutnya dari arah dapur

"MAMPUS!!! gue lupa kalo ada kelas si pak botak" di simpannya novel tersebut ke dalam rak buku yang telah disiapkan oleh keluarganya untuk menyimpan seluruh novel milik dirinya, lalu segera berlari ke dalam kamar untuk mengambil tas ransel dan jaket denim kesayangannya

"Mangkanya jangan larut sama cerita KaFer –Kanya Fero-nya lo, telat kan" ejek sang kakak yang kembali sibuk dengan stik PSnya

"Diam lo kak, dasar kakak durhaka yang senang di atas penderitaan adeknya sendiri" ucap Ara kesal

Ara melirik arloji di tangannya yang menunjukkan jam 9 lewat 5, segera ia berlari menuju dapur untuk berpamitan dengan sang mama

"Ma, Ara berangkat dulu ya, udah hampir telat soalnya" ia segera pamit dan mencium kedua pipi mamanya

Rizky -mama Ara- hanya menggeleng melihat sikap putri semata wayangnya "Kamu hampir tiap hari selalu saja begini Ra, kapan berubahnya sih" ujar sang mama melihat perilaku anak gadisnya yang sama sekali tak ada perubahan.

"Seorang Ara bisa berubah kalo ada sebuah keajaiban yang terjadi ma, mustahil banget dia bisa berubah" ejek Rey saat mendengar ucapan sang mama

Ara tak menggubris kata-kata sang kakak, segera diraihnya kunci motor yang berada di gantungan dekat pintu masuk "Ara berangkat dulu ya" teriaknya menghampiri motor mio putih kesayangannya

"Jangan ngebut di jalan" teriak sang mama saat Ara telah melajukan motornya cepat meninggalkan perkarangan rumah

●°●°●

"Zahra! Woi malah bengong dia" panggil Vio sahabat terbaik yang pernah dimiliki Ara, mereka telah bersahabat sejak mereka memakai seragam putih merah

Ara menoleh kearah Vio yang duduk di sebelahnya yang menatapnya sebal

"Daritadi lo sebenarnya dengerin gue gak sih" tanyanya sebal

"Gue denger Vio sayang, tentang Dika yang gak balas pesan dan panggilan lo dari kemarinkan" ujar Ara mengenai perihal perilaku Dika yang tidak mengubris pesan Vio beberapa hari ini, sekedar informasi Dika Pramudijaja merupakan pacar dari sahabatnya ini, mereka telah berpacaran semenjak kelas dua SMA sampai sekarang yang saat ini tengah kuliah di semester 5

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A&AWhere stories live. Discover now