"Kamu kenapa tho? Muka wis kayak nabrak kebo." ejek Warman.

"Ayu masih menyalahkanku tentang kecelakaan dulu itu." ujar Satta.

"Bukannya masalah itu sudah beres? Ndhak ada yang salah, itu murni kecelakaan." ucap Warman.

"Ayu ndhak berpikir seperti itu. Ayu masih menyalahkanku." ujar Satta.

"Sabar. Ayu pasti akan mengerti nanti." ucap Dierja.

"Ayu pasti ingin seperti Ratih dan Sari, bisa menari dengan leluasa. Dan Ayu merasa bisa jauh lebih baik dari itu. Apalagi saat-saat menjelang perayaan. Sejak kejadian waktu itu Ayi ndhak pernah ada di sini." ucap Dierja.

"Perayaan kali ini, Ayu.pasti ada disini." ucap Warman.

"Aku harus bagaimana? Ayu ndhak pernah bersikap baik lagi padaku." ucap Satta.

"Kamu harus meyakinkan Ayu, bagaiamanapun caranya, kamu harus bisa merebut hatinya sebelum ia kembali ke kota." saran Dierja.

Satta menatap Dierja dengan pandangan mengejek. "Apa kamu juga bakal begitu sama temennya Ayu itu?" ucap Satta.

"Kowe ngomong opo sih?" ucap Dierja.

"Ndhak usah pura-pura ndhak ngerti. Lha wong keliatan sekali, mas Dierja ini kesengsem sama Kenar." ucap Satta membuat Dierja melotot padanya. Satta dan Warman tertawa.

"Ada yang lucu ya?" Kenar bersama Ratih dan Sari datang bersamaan.

"Eh, kalian sudah selesai latihannya?" tanya Satta.

"Sudah mas." jawab Sari.

"Kalian belum pulang?" tanya Ratih.

"Kami masih mau mengobrol dulu. Sebelum matahari tenggelam." ucap Warman.

"Kalau kalian belum mau pulang, duduk saja dulu bersama kami di sini. Hilangkan lelah sejenak." ucap Satta.

"Terima kasih mas." ucap Ratih dan Sari bersamaan sedang Kenar mengulas senyumnya dan ia terlihat kikuk karena Dierja terus memandanginya.

"Ojo di sawang terus, mengko  perawane uwong kobong." bisik Satta di telinga Dierja.

(Jangan di tatap terus, nanti anak gadis orang terbakar)

Dierja mendelik kesal pada Satta. "Meneng lan ojo ngomong meneh."

(Diam dan jangan bicara lagi)

Satta tertawa. "Ketaman Asmara sejuta rasane." seru Satta sembari bangin dari duduknya dan siap-siap hendak pergi. Warman juga ikut berdiri.

(Jatuh cinta berjuta rasanya)

"Lha kalian mau kemana?" tanya Sari.

"Kami pulang dulu. Hari sudah sangat sore." ucap Satta.

"Aku juga ikut mas, tadi bapak pesan supaya aku cepat bali." ucap Sari semangat.

"Aku juga ikut, mosok iyo aku di tinggal." ucap Ratih.

"Eh, kenapa jadi pada pergi?" tanya Kenar bingung.

"Ya ndhak apa-apa Ken, kami pamit dulu. Kamu di antar sama mas Dierja, Ayu tadi sudah pulang." kata Satta memberitahu Kenar.

"Ayu sudah pulang duluan?" tanya Kenar heran.

"Sudah, ndhak apa-apa. Biar mas Dierja yang antar kamu." ucap Dierja.

"Kami pulang dulu mbk Kenar, besok sore kita ketemu di sini lagi ya. Katanya mbk Kenar belajar." ucap Ratih.

"Iya, baiklah." ucap Kenar.

"Sampai jumpa besok." ucap Satta dan Warman.

"Sampai jumpa besok mas Dierja, mbk Kenar." ucap Ratih dan Sari.

Kenar tersenyum menatap kepergian teman-temannya. Ia semakin gugup karena sekarang mereka hanya berdua.

"Jadi, kamu mau ikut belajar nari juga?" tanya Dierja memecah keheningan.

"Iya mas." ucap Kenar.

"Mmmm, kamu mau belajar sekarang?" tanya Dierja.

"A...apa?"

"Belajar menari?"

"Besok saja, besok Ratih akan mengajariku." tolak Kenar.

Yang benar saja, Dierja mengajarinya menari?

"Kamu meragukan aku?" tanya Dierja.

"Maksudnya?" ucap Kenar.

"Aku juga bisa menari, ndhak cuma memainkan saron." ucap Dierja dengan suara dibuat seolah-olah ia tersinggung.

"Eh, bukan begitu maksud aku mas." ucap Kenar.

"Jadi?"

Kenar menggigit bibir bawahnya menandakan dirinya sedang panik, kedua tangannya ia tautkan di atas pahanya.

Dierja menggeram dalam hati melihat Kenar seperti itu.

"Aku akan menunjukkan beberapa tarian dasarnya saja dulu bagaimana?" tanya Dierja.

"Baiklah." ucap Kenar akhirnya membuat Dierja tersenyum senang.

***

Alohaaaaa.....

Bonussssss yaaaaahhhhh
buat kalian yg udah coment n rajin di IG aku, di sini aku gak tau sapa kalian jd gk ta tag, so boleh lah angkat kaki di sini eh salah ding angkat tangan aja tapi jangan tinggi2 nanti ada yg gak enak 😂😂😂

Luph u phul 😂😂😂😂

IG : Dewie Sofia

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Where stories live. Discover now