Kenar kembali menggeleng. Merasa tidak enak harus membebani Ayu dengan ceritanya tentang mimpi-mimpi yang belakangan ini menghantuinya. Kenar yakin, itu hanya mimpi buruk.

Iya, pasti hanya mimpi buruk.

Kenar bersyukur Sari dan Ratih sudah kembali. Mereka berjalan bersama menuju aula desa sambil bercerita.

Sore ini mereka akan berlatih lagi. Aula sudah di penuhi anak-anak. Kenar tersenyum senang, semangat anak-anak desa kelawangin sangat besar. Mereka menari dan bermain saron serta alat musik tradisional lain dengan gigih.

Menurut ceritanya Ayu, sejak usia dini penduduk desa Kelawangin harus ikut berlatih. Mereka harus memelihara adat dan tradisi di desa mereka.

Kedatangan Kenar, Ayu, Sari dan Juga Ratih membuat suasana semakin riuh.

"Mbah Sarti sepertinya belum datang." ucap Ratih.

"Iya. Kalau begitu kami mulai berlatih saja dulu." ucap Sari dan Ratih.

"Iya." jawab Kenar.

"Lihat, siapa yang datang." bisik Ayu pada Kenar.

Kenar melihat Dierja datang bersama dua orang pria. Yang satu Kenar ingat namanya Satta. Sedang satunya lagi ia tidak tahu.

"Ngapain si jelek itu ikut kemari?" gerutu Ayu.

Kenar terkekeh. "Kenapa?" godanya.

Ayu berdecih tak suka. "Dia itu bukan tipe gue."

"Tapi lo tipenya dia, gimana dong?"

"Ah diam lo." sungut Ayu meninggalkan Kenar. Kenar tertawa mentap punggung Ayu menjauh.

"Sepertinya ada hal lucu." suara di belakangnya membuat Kenar menghentikan tawanya seketika.

"Oh, hai." ucap Kenar kikuk. Dierja malah menertawakan kekikukan Kenar.

"Hai," balas Dierja setelah tawanya mereda.

"Mas Dierja kenapa tertawa?" tanya Kenar sinis.

Dierja menggeleng. "Kamu kenapa tertawa tadi?"

"Gak ada. Cuma lagi guyonan sama Ayu." elak Kenar.

"Apa kabar Kenar?" tanya Satta.

"Aku baik." ucap Kenar tersenyum.

"Perkenalkan temanku, namanya Warman." kata Satta memperkenalkan temannya.

"Kalian mau latihan bermain Saron?" tanya Kenar.

Dierja tertawa. "Mereka bisa, tapi lebih baik ndhak usah." ucap Dierja.

"Ndhak usah ngomong begitu, aku ini lo, rajanya pemain Saron se_kelurahan. Jangan anggap remeh." kata Satta sombong.

Kali ini tidak hanya Dierja tapi Marwan pun ikut tertawa membuat Satta kesal.

"Yo wis, ta buktiin." langkah Satta terhenti ketika tangannya di tahan oleh Warman.

"Ndhak usah. Di sana ada Ayu, kamu ndhak mau menyapanya?" tanya Marwan.

"Maulah. Kita ke sana saja." kata Satta pada akhirnya.

Warman dan Dierja saling melemparkan tatapan kemudian tertawa bersama.

"Ada apa sih?" tanya Kenar heran melihat perbincangan mereka.

"Satta itu ndhak bisa main Saron. Tapi, dia tetep ingin memainkannya. Katanya ingin memikat Ayu." jelas Dierja.

"Kalau dia gak bisa kenapa memaksakan diri?" tanya Kenar.

"Ayu sangat suka menari. Dan Satta berharap dia yang akan memainkan salah satu musik yang mengiringi Ayu saat Ayu menari." jelas Dierja.

"Apa Satta pernah melakukannya? Bermain Saron?"

Dierja mengangguk.

"Lalu?"

"Dulu, Satta pernah memainkan Saron di sini,"

"Lalu?"

"Ayu dan para penari lain berhenti berlatih. Mereka meminta Satta menghentikan aksinya kalau tidak mereka tidak akan berlatih selama seminggu ke depannya." Kenar tertawa mendengar penjelasan Dierja. Kenar bahkan tidak sadar kalau kini ia tengah duduk di samping Dierja.

Mereka sangat dekat. Terlalu dekat hingga membuat seseorang bertanya-tanya melihat kedekatan mereka itu.

***

Dierjanya aku😍

Follow IG Dewie Sofia

Luph u phul 😘

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Where stories live. Discover now