Perlahan anak kecil itu melangkah mendekat. Hingga wajahnya tertimpa cahaya yang lewat dari celah-celah. Toneri kini dapat melihat dengan jelas sosok anak kecil yang mungkin berumur sekitar dua belas tahun. Rambut hitamnya yang panjang dan lurus di kuncir rendah. Ia memakai kimono biru muda dengan sabuk obi berwarna hitam dan celana panjang hitam. Matanya runcing dengan mutiara kuning terang seperti mata seekor ular.

Toneri dapat merasakan tubuhnya menegang, ia jelas ingat dengan mata kuning itu. serta wajah yang sama sekali tidak asing baginya. Wajah yang selalu ia impikan sejak ingatan kehidupan lampaunya bangkit.

"Kalau kau mati, bagaimana bisa aku memintamu untuk menjadi tangan kananku lagi, Momoshiki-kun."

Mata perak itu bergetar pelan dan setetes air mata jatuh di pipinya, "...Orochimaru-sama..."

...

Lantunan musik jazz mengalun lembut di sebuah ruangan dengan ornamen-ornamen mewah. Banyak tamu yang saling bercakap dan ada pula yang menikmati hidangan yang tersedia. Mereka semua berpakaian rapi dengan setelan dan gaun mewah. Di salah satu panggung kecil berdiri sepasang pengantin dengan senyum bahagia. Mereka menyambut tamu dan terkadang ikut berfoto dengan mereka.

Di salah satu meja bundar, duduk beberapa pemuda dan pemudi. Salah satunya adalah Naruto dan seorang pemuda berambut merah. Siluman rubah itu menoleh, memerhatikan raut wajah sahabat sekaligus tangan kanannya.

Mata hijau Gaara memerhatikan pengantin perempuan yang tak jauh dari tempat mereka. Seorang wanita dengan balutan gaun pengantin indah. Rambut pirang wanita itu digulung hingga memerlihatkan leher jenjangnya. Di sampingnya, laki-laki yang kini telah menjadi Suaminya tengah berbincang dengan kedua teman laki-lakinya.

"Temari-nee-san..." bisiknya pelan.

Gaara tidak pernah membayangkan, akan melihat kembali sosok kakak perempuannya. Tidak hanya itu, di samping wanita itu ia melihat kakak laki-lakinya, Kankuro. Dua orang yang paling ia sayangi, kini berdiri tak jauh darinya, mereka hidup, dan tersenyum bahagia. Hal yang membuat Gaara berusaha untuk menahan tangis haru.

Naruto menepuk pelan pundak sahabatnya, jelas ia tahu bagaimana perasaan Gaara saat ini. Dan ia juga turut merasa bahagia melihat dua orang itu diberi kesempatan untuk terlahir kembali.

"Mungkin sebaiknya kau coba untuk mati, siapa tahu kau terlahir jadi adik mereka."

Gaara mendelik begitu mendengar gurauan konyol temannya. Ia menyikut pelan tulang rusuk Naruto, membuat siluman rubah itu mengaduh.

"Candaanmu sangat payah, Naruto-sama."

Pemuda pirang itu meringis pelan, ia menyandarkan punggungnya sambil tertawa pelan. "Maaf, aku hanya bercanda. Lagi pula kalau kau mati, aku juga yang repot." Kedua mata mereka saling bertemu, "Bagaimanapun, kau itu tangan kanan ku, Rakun-san."

Gaara berdecih pelan namun senyum miring terukir di wajahnya. "Mau bagaimana lagi, karena kau itu teman yang merepotkan."

"Kata-katamu seperti Shikamaru saja."

Tawa kecil hadir di wajah Gaara, ia kembali menatap sepasang pengantin itu dengan tatapan serta senyum tulus. "Mungkin akan menyenangkan jika kelak, aku bisa dekat dengan mereka."

Naruto tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit, "Mau aku kenalkan?"

"Tidak perlu."

"Ugh... jangan menjawab secepat itu, bodoh!"

Perdebatan konyol mereka terhenti saat tiba-tiba musik berubah. Naruto memandang ke atas panggung di mana berdiri seorang wanita cantik dengan pakaian putih dan merah. Di tangan wanita itu tergenggam sebuah kipas ungu muda dengan corak bunga lavender.

The Red Fox [NARUHINA]Where stories live. Discover now