Prolog

9 0 0
                                    

Sewindu berlalu
Masih terngiang banyak pertanyaan
Bayangan itu belum kembali

        "Qiana", mama mengejutkan lamunanku.
        "Eh, iya ma", dengan cepat aku menghapus air mataku yang mengalir.
        "Kamu kenapa sayang?", tanya mama dengan tatapan sayu. "Mama tau ini berat buat kamu tapi mama dan papa melakukan ini untuk masa depan kamu Qiana", jawab mama sembari menghapus air mata yang masih berlinang dipipiku.
          "Iya ma, aku ngerti kok, aku cuma kebawa suasana aja, lagian jugakan dia laki-laki yang baik", jawabku menghibur mama dan tentunya diriku sendiri.
           "Sepuluh menit lagi tamunya datang, kamu siap-siap ya, mama tau kamu anak perempuan mama yang kuat", ujar mama memelukku erat lalu beranjak pergi keluar.
      Aku masih terdiam, menatap kedepan dengan tatapan kosong. Banyak hal yang mengaung-ngaung tidak karuan di kepalaku sekarang. Hari ini adalah hari pertunanganku dengan seorang laki-laki yang baru aku kenal, Putra Habib Pasya.
      "Qi, lo didalam?", terdengar suara yang sangat familiar ditelingaku dari balik pintu kamar.
      "Iya Syer, gue didalam", jawabku. Syeril membuka pintu kamarku dengan pelan. Berjalan dengan pelan dan memelukku dengan erat.
      "Yang tabah Qi, sorry sampe sekarang gue gak dapat kabar apapun", ujar Syeril. Syeril adalah teman dekatku semenjak aku berada di bangku sekolah menengah pertama.
     "Iya Syer, gue udah coba untuk nerima semuanya kok, lagian mungkin udah ada yang lebih baik disana", jawabku sambil tersenyum tegar.
     "Ihh, udah dong, nanti lo mewek lagi, nyokap lo nyuruh turun tuh", ujar Syeril. "Udah siapkan, senyum dong, katanya udah mencoba", ujarnya lagi.
     Perlahan tapi pasti ku buka pintu kamar. Satu demi satu anak tangga ku turuni dengan Syeril yang setia menemaniku di setiap langkah. Ku mulai menarik senyum ku kearah para tamu yang sudah hadir. Ku menerawang sekeliling, banyak orang yang menatap dengan tatapan penuh kebahagiaan.
      "Qiana, sini sayang", panggil mama. Perlahan aku berjalan mendekati mama dan tamu yang lain.
       "Qiana, kamu mau menerima lamarannya habib?", papa bertanya dengan senyum lebarnya. Senyum yang sangat tidak ingin ku kecewakan. Aku menatap mama, mama membalas dengan senyuman yang seakan berkata " terimalah Qiana". Kedua senyum itu membuatku tidak bisa menolak.
        "Iya, Qiana mau pa", ujarku pelan.
        " Alhamdulillah", serempak tamu berkata.
        "Qiana", panggil mamanya habib untuk mengisyaratkan bahwa mamanya ingin memasangkan cincin. Sebelum akhirnya menentukan tanggal pernikahan, semua memutuskan untuk menyantap makanan yang sudah disiapkan. Aku duduk ditaman bersama syeril. Sudah tidak terlihat kesedihan lagi diwajahku, aku tertawa bersama Syeril saat dia menceritakan hal-hal yang konyol. Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti didepan rumah. Keluarlah seorang laki-laki dengan penampilan rapi bersama beberapa orang. Aku mencoba memperjelas pandanganku.
      "Syer, liat deh, gue bukan mimpi atau mengkhayalkan?", tunjukku dengan wajah terkejut. Aku melihat Syeril yang juga ikut terkejut.
      "Dia kembali Syer".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Destruction TearsWhere stories live. Discover now