Episode 17: Dream and Reality.

Start from the beginning
                                    

"Tenten dan yang lain belum kembali, Naruto-kun?"

Pemuda pirang itu mendengus pelan, memperlihatkan dengan jelas bahwa dia tahu kalau Hinata berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan perempuan bermarga Hyuuga itu menghela nafas lega saat Naruto menjawab pertanyaannya.

"Sebentar lagi juga mereka akan datang."

Hinata bergumam pelan menanggapinya, dan setelah itu keheningan mulai menyelimuti mereka. Hanya suara pengunjung kafe yang terdengar serta lantunan musik jazz. Manik lavender itu memutuskan untuk menatap langit dengan gumpalan putih yang mulai kelabu. Sepertinya sore nanti akan turun hujan, Hinata berharap Sakura dan yang lain tidak akan menahannya terlalu lama.

Dan Hinata juga berharap, teman-temannya akan segera datang agar membebaskan dirinya dari keadaan canggung ini. Gadis itu sama sekali tidak berani melirik pemuda di seberangnya. Dia takut, Hinata takut akan merasakan perasaan aneh yang ia rasakan seperti waktu Naruto pindah ke sekolahnya. Namun rasa penasaran terus mendorong dan mendesaknya untuk mencuri pandang pada siluman rubah itu.

'Mungkin... sebentar saja tidak apa-apa kan?'

Rembulan itu bergerak, dan dari ekor matanya. Hinata dapat melihat dengan jelas sosok pemuda pirang itu. Sosok Naruto yang tengah menatap keluar jendela dimana pejalan kaki yang berlalu lalang sembari menompang dagu.

Bola mata yang indah seperti samudera yang ditimpa bias cahaya mentari. Tatapan teduh namun tajam itu seakan menyimpan sebuah rasa, sejuta hal yang ia coba tutupi. Hinata sama sekali tidak sadar bahwa ia mulai terhanyut, menikmati saat dimana waktu seakan melambat dan membiarkannya memandang sosok indah namun juga sepi itu. Sampai manik biru laut itu tiba-tiba melirik ke arahnya.

Hinata merogoh kantung jaket lavendernya buru-buru. Berharap dia tidak tertangkap basah telah memandangi laki-laki itu. Suara tawa kecil terdengar saat jemari lentik itu hendak menggeser layar ponselnya. Dengan ragu, Hinata mengangkat wajahnya hanya untuk membiarkan wajahnya memanas akibat melihat pemuda pirang itu tertawa kecil.

"Puas memandangku?" seringai tipis hadir di wajah kecoklatan Naruto sebelum berubah menjadi senyum puas begitu Hinata menunduk dengan wajah merah padam. "Sikapmu benar-benar terlihat jelas, Hyuuga-san."

"A-aku tidak mengerti maksudmu, Uzumaki-san!"

"Ho... apa ini yang orang-orang sebut dengan sikap Tsundere?"

"Uh..."

Hinata kesal, gadis itu benar-benar kesal dengan dirinya yang tidak mampu membalas godaan Naruto. Ia kesal karena lagi-lagi membiarkan pemuda pirang itu tertawa dan membuat dadanya berdesir pelan. Ini aneh, sungguh! Bagaimana mungkin hanya dalam waktu singkat, pemuda itu berhasil membuatnya seperti ini.

"Huwa... nona Hyuuga ternyata bisa bersikap manis juga. Tapi jangan sampai kau jatuh cinta padaku, karena itu menyebalkan."

Degh...

Manik lavender itu menatap lurus pada sepasang samudera di depannya. Tatapan dingin seperti waktu mereka pertama kali bertemu. Tatapan dingin yang tidak asing baginya dan membuat hatinya serasa mencelos.

"Apa... karena aku mirip dengan Hinata-mu?"

Untuk beberapa saat manik biru laut itu melebar, hanya sesaat sebelum berubah semakin dingin. Naruto tersenyum kecil, berusaha tidak peduli.

"Kau tahu bahwa kau tidak hanya sekedar mirip, Hinata."

"Tapi aku tidak mengingat sama sekali kehidupan lalu ku."

"Itu lebih baik, jadi jangan ambil pusing masalah itu dan cukup jauhi aku."

Hinata tidak mengerti, sebentar pemuda pirang ini bersikap baik padanya, lalu kemudian berubah dingin dan memberi jarak. Apa dia tengah bermain tarik ulur dalam sebuah hubungan yang dulu pernah Sakura ceritakan padanya? Gadis Hyuuga itu memalingkan wajahnya, lebih baik ia tidak ambil pusing. Toh Hinata sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap siluman rubah itu, hanya perasaan aneh yang kadang mengganjal dan membuat dadanya berdesir.

The Red Fox [NARUHINA]Where stories live. Discover now