Episode 13: Awal dari Takdir, Bagian 3.

Start from the beginning
                                    

Gadis lavender itu meringis pelan, "Itu karena Naruto-kun sibuk," elak Hinata. Dan dengan seenaknya hatinya mencelos, mendengar alasan yang ia berikan pada Ibunya.

Hikari kembali tertawa geli mendengar jawaban putrinya. "Dengar Hinata, jika laki-laki itu serius denganmu. Sesibuk apapun dia, dia pasti akan datang ke rumah dan mengenalkan dirinya pada kaa-san."

"Lalu... apa kaa-san mau menerima Naruto-kun, jika dia kemari?"

Wanita paruh baya itu bergumam pelan, senyumnya berubah geli saat ia seakan tengah mempertimbangkan jawabannya. "Selama dia serius denganmu, kaa-san tidak masalah. Karena yang terpenting dia harus benar-benar mencintaimu Hinata."

Hikari sama sekali tidak menyadari raut wajah Hinata yang sayu dengan sinar matanya yang meredup. Gadis manis itu memalingkan wajahnya, "Kalau..." ujarnya pelan hampir setengah berbisik, membuat Hikari menatap putrinya.

"...Kalau dia Youkai, apa tidak masalah?"

"Eh?"

Hinata menutup matanya rapat-rapat, mencoba siap dengan apa yang akan wanita itu katakan. karena bagaimanapun Hinata tahu apa jawabannya.

"A-apa yang ka-kau katakan Hinata? Yo-youkai?"

Mendengar nada suara Hikari sudah membuat Hinata tahu, bahwa tebakannya benar. Tanpa sadar gadis manis itu mengulas senyum samar." Iya. Dia, Naruto-kun juga termasuk bangsawan." Manik lavendernya kini beralih menatap lurus mata Hikari. "Karena Naruto-kun, adalah cucu dari penguasa daerah Konoha. Cucu dari siluman rubah ekor sembilan."

Plak!

Rasa nyeri dan panas yang seakan menyengat itu Hinata rasakan. Tangan kirinya menyentuh pipi kirinya yang memanas akibat tamparan keras Hikari. Wanita paruh baya itu menatap tajam putri semata wayangnya itu, wajahnya memerah menahan amarah.

"Kamu bercanda Hinata?"

Gadis lavender itu menunduk, menyembunyikan wajah sendunya. "Aku tidak bercanda, kaa-san."

Kedua tangan Hikari mengepal kuat, darahnya seakan naik dan mendidih. Meluap bersama dengan emosi yang membuncah. "Apa yang kau pikirkan Hinata?! Bagaimana mungkin kamu mencintai youkai?! Monster seperti mereka?!"

"Naruto-kun bukan monster seperti yang lain!" sentak Hinata tidak terima dengan kata-kata Hikari. "Naruto-kun, Haku, dan Kurama-sama bukanlah youkai jahat. Mereka semua baik, bahkan berkat merekalah, desa kita aman dari serangan youkai jahat!"

Wanita paruh baya itu temangu, dengan tatapan tidak percaya. Hikari sama sekali tidak habis pikir, bagaimana bisa putrinya berteman baik bahkan jatuh cinta pada salah satu dari mereka. Tidakkah ia ingat penyebab mengapa mereka bisa dalam situasi sulit seperti ini?

"Naruto-kun tidak sama dengan youkai yang membunuh Tou-san, kaa-san."

Seakan tahu apa yang tengah Hikari pikirkan, Hinata berujar dengan tatapan tegas. Tatapan yang baru kali ini Hikari lihat. Manik lavendernya berkilat, saat kilas balik masa lalu datang begitu saja. Ketika malam dengan rembulan bertengger indah di langit berbintang. Ketukan pintu ditengah malam, dengan rombongan anak buah suaminya berjajar rapi dengan wajah tertunduk. Cahaya obor yang saling berjajar seakan menjadi pengantar jalan langkahnya menuju sesosok jasad tanpa nyawa dengan wajah yang begitu ia kenali. Terbujur kaku dengan noda merah yang menyebar seakan bunga yang tengah mekar di dada kirinya.

"Bagaimana kamu bisa seyakin itu?" Hikari berujar dengan nada yang bergetar, seakan menahan sesuatu di ujung tenggorokannya. "Bisa saja mereka yang mengaturnya, agar telihat seperti itu. Dan ayahmu yang menjadi korban untuk menipumu."

"Kaa-san, kematian Tou-san tidak ada hubungannya dengan mereka—"

"Tentu saja ada!" Hikari memotong cepat bantahan Hinata. Wanita paruh baya itu mundur selangkah dengan tubuh yang bergetar menahan emosi. "Mereka youkai, mereka monster, dan salah satu dari mereka telah membunuh ayahmu!"

The Red Fox [NARUHINA]Where stories live. Discover now