BAB III - Amukan Si Kingkong

Start from the beginning
                                    

Akbar sempat pacaran beberapa bulan sebelum akhirnya mau menikahi wanita itu. Tapi, di menit-menit terakhir menuju akad, dia malah mencacati hari sakralnya itu dengan membuat kesalahan fatal.

"Biadab!" gumam Arkhan, spontan.

Teman-temannya tertawa, Arkhan gagal paham. Sebenarnya, apa yang harus ditertawai dari sikap kurang ajar itu? Jika dia menjadi salah satu keluarga atau teman si mempelai wanita, Arkhan pastikan akan memberikan tinju spesialnya untuk Akbar.

Sambil membaca menu, Gegap menyela, "Bukan biadab, Akbar hanya merasionalkan selera." Ia menyerahkan kembali buku menu setelah menyebut beberapa pesanan pada pelayan.

Zidan menambahkan, "Akbar Fetish pada perut ramping. Calon istrinya nggak bisa nawarin itu."

"Yea, size talks," tambah Raihard dalam tawa tertahan. "Penjunjung tinggi keseimbangan BMI."

Tersenyum simpul, Gegap merevisi, "Bukan size. Saya rasa ada beberapa laki-laki masih bisa menolerir soal 'size'. Hm, mungkin lebih ke..., kesehatan? Kalian tau, kan, obesites memengaruhi kesuburan."

Arkhan bisa menarik kesimpulan dari premis-premis yang disebar teman-temannya. "Sebesar apa?" tanyanya menyuarakan isi kepala.

Ada ledakan tawa tertahan di lingkaran sofa itu. Kecuali Gegap yang menanggapi dengan senyum kecil.

"Under 120-an kilo mungkin." Raihard yang menyahut sambil geleng-geleng kepala.

"Tapi dia cantik. Saya serius. Dua kali lipat lebih manis dari Saviga. Dia juga pintar, kuat, nggak drama hanya satu Indonesia mandang dia sebagai korban. Gara-gara insiden ini, saya follow Instagram-nya." Gegap mengaku.

Arkhan geleng-geleng. Apa hanya dia yang tidak mengikuti perkembangan berita-berita hangat di luar sana Terakhir, Arkhan hanya dikirim video viral curhatan Mpok Alfa Mart.

Selebihnya, dia tidak tau apa yang sedang viral saat ini.

"Gue nggak tau apa-apa. Tapi, gue nggak sependapat sama aksi Akbar. Kalau dia nggak mau, dia bisa tolak dari awal. Bukan mala-" Arkhan tak jadi melanjutkan karena Zidan mendorong kakinya, lewat gerakan dagu, laki-laki itu memberi kode.

Berpaling, Arkhan menemukan seseorang laki-laki tampan sedang berjalan ke arah mereka. Hanya butuh semenit sampai laki-laki itu sampai di meja mereka, basa-basi ala bro dengan semua yang ada di situ.

"Loh." Melihat Arkhan, mata Akbar menyipit. "Ini Arkhanino? Ketua Osis kita?"

Arkhan tersenyum. "Apa kabar, anak Pramuka? Gila! Belasan tahun nggak ketemu, gue kira lo pindah ke Mars."

Mereka saling memberi rangkulan layaknya teman lama yang sudah tidak bertemu lama.

Curi-curi pandang, Arkhan melirik Saviga. Cantik. Tapi, tidak ada faktor 'wow'. Seketika laki-laki itu penasaran dengan wujud si mempelai wanita yang dikhianati Akbar demi Barbie hidup ini.


Seperti apa bentuknya?

Jika gegap sudah bilang cantik, Arkhan tak pernah meragukan pujian itu karena Gegap jenis laki-laki yang jarang memuji perempuan.

Arlhan abaikan sejenak rasa penasarannya dan tenggelam dalam orolan dengan tema menggali kenangan-kenangan masa sekolah.

***

ChemistryWhere stories live. Discover now