Part 5 Pada Saat Ulangan Tengah Semester

Mulai dari awal
                                    

       Sekaligus obat rindu pada cucunya, Galuh mengunjungi, rumah mereka, dia memang selalu merasakan hal itu dengan Eka.

         "Memangnya, kamu ingin punya anak lagi, perempuan atau laki - laki, awalnya memang kami mengharap anak laki - laki dulu kalau anak pertama, karena kamu tahu sendiri di keluarga kita sudah banyak anak perempuannya....", Galuh berkata panjang lebar.

      "Sebenarnya kami ingin sepasang laki - laki dan perempuan", Yanti berkata singkat.

       "Yah mudah - mudahan, kalau Tuhan berikan yang kedua adalah perempuan, tapi pada saat setiap kali diperiksa ke dokter, belum ada tanda - tanda kehamilannya..." , Nano ikut menimpali.

         "Jangan terlalu ngoyo juga ndok....", Galuh sedikit menasehati, pada saat yang bersamaan tiba - tiba saja, Eka keluar membuka pintu kamarnya, dan berdiri diambang pintu.

       "Rupanya ada mbah putri tho...", Eka berkata dengan polos.

        "Oh Eka, kamu sedang apa...", ? Galuh nampak menunjukkan ekpreksi wajahnya, dia sadar kalau ada Eka disana.

        "Baru belajar mbah, besok hari kedua ulangan tengah semester, nginap wae disini, aku masih kangen...", anak itu berkata dengan polos.

        "Inggih mbah juga mau nginap kok...", Galuh mengangguk setuju, apa yang ada dalam pikiran semua saat itu, adalah takut jika Eka, mendengarkan pembicaraan mereka semua, padahal sebenarnya sayup Eka memang mendengarnya, namun dia tetap bersikap bijak, walau  memang itulah yang saat ini sebenarnya sedang Eka inginkan adalah seorang adik.

        Pada hari kedua ulangan tengah semester, mata pelajarannya adalah IPA dan IPS, dsn yang pertama adalah IPA dulu, sebelum masuk ke dalam kelasnya, baru saja Eka sampai di sekolahnya, dia sudah mampir sejenak ke dalam perpustakaan untuk mengembalikan buku yang baru dibacanya dan menengok kearah Bu Wiwid yang menjaga perpustakaan tersebut.

      "Bu nanti terakhir ulangan tengah semester, selesainya saya ingin meminjam lagi, kelihatannya banyak yang baru - baru disini...", ! Dia berkata dengan semangat.

     "Kamu ini senang sekali membaca buku, kelak memang benar - benar memang anak yang cerdas, dan banyak ilmu pengetahuan, bahkan cerita anak disini sudah kamu lahap semua..", Bu Wiwid menegurnya lembut.

     "Yah dan di rak itu, saya melihat ada cerita keong emas, saya hanya minta tolong disimpanin karena saya mau membacanya nanti.....", ! Semangat Eka semakin terdengar menggebu - gebu dari nada suara bicaranya, dan itulah juga sifat salah satu dirinya, selalu bersemangat dalam melakukan apapun yang positif dalam hidup.

      "Inggih", Bu Wiwid terkekeh perlahan, mendengar celoteh anak tersebut, berapa lama kemudian bel terdengar dan Eka berjalan menelusuri lorong sekolah untuk masuk ke dalam kelasnya, dan seorang anak perempuan, dia belum masuk ke dalam kelasnya, pada saat pengawas belum datang, anak itu rambutnya dikepang dua, dan seakan sedang menunggu Eka dia adalah Mawar Puspitasari

      Sahabat perempuan Eka, yang sedang dekat dengannya, perasaan hatinya, seakan berkecamuk ribuan rasa pada saat menunggunya melintasi kelas dirinya, dan pada saat Eka melintas, Mawar langsung mencegatnya.

           "Eka, ada yang ingin aku ceritakan padamu, boleh kan...", ? Eka memang selalu menjadi panutan curahan hati teman - temannya, meskjpun dia sendiri tidak banyak bicara mengungkapkan kisahnya sendiri.

             "Inggih nanti, selesai ulangan tengah semester yang kedua", jawaban Eka membuat Mawar bersemangat, karena dia memberikan perhatian yang sama, namun inilah hal yang kadang membuat anak perempuan kerap menjadi salah kaprah, akan perlakuan Eka, dia memang seseorang yang memperlakukan semua orang temannya adalah sama, tidak ada bedanya tidak terkecuali anak perempuan sekalipun.

        Karena pada dasarnya, Eka adalah sosok yang sangat perhatian kepada teman - temannya, meskjpun dia tidak banyak berkata akan kisah hidupnya sendiri, tapi selalu menjadi pendengar yang baik bagi mereka, dan suka menasehatinya, kadang dalam nasehatnypun dimana temannya karena merasa resah dalam kehidupannya sendiri, seperti mereka ingin terus - menerus menceritakan kisah hidupnya, yang akhirnya membuat Eka marah, karena merasa tidak di dengarkan, tetapi amarahnya justru karena rasa perhatiannya kepada mereka, bagi Eka, jika tidak mau mendengarkan untuk apa bertanya dengan dirinya juga, sesuatu hal yang membuat seseorang itu bangkit dalam hidupnya adalah dirinya sendiri, karena sebagai sesama manusia lainnya hanya saling mengingatkan, dan kemarahan Eka, hanya karena merasa di manfaatkan jika begitu caranya, karena pada dasarnya Eka, memberikan nasehat tanpa meminta balasan apapun, namun apa salahnya jika menghargai orang lain juga perasaannya.

     Namun hal itu bila terjadi dengan sahabat Eka, mereka entah bagaimana, menjadi menyesal dan rasa takut kehilangan dengan Eka itu lebih besar ketimbang teman - teman lainnya, itulah keistimewaan dalam dirinya, sangat dibutuhkan orang lain tetapi dia tetap merendah kepada orang lain, Eka sendiri malah yang mengatakan maaf itu lebih dulu.

         Mawar di dalam kelasnya, dia mengerjakan soal dengan semangat, karena dia sudah punya rencana untuk bertemu dengan Eka, setelah pulang sekolah nanti, dan pada saat itu gadis kecil ini, menunggu Eka di depan pagar sekolah dan pada saat Eka muncul di belakangnya Mawar membalikkan badannya.

         "Eka jujur aku mau cerita tentang Ningsih, dia barusan bilang aku jelek di kelas, aku memang tidak cantik seperti dia, meskipun memang aku pintar...,", Mawar berkata dengam polosnya.

           "Sudah jangan dengarkan apa kata orang, pulang lebih dulu yah...", Eka berpamitan dengan hangat, sambil melambaikan tangan kearahnya dan Mawar membalasnya, dia tersenyum karena membayangkan perilaku Eka yang sangat hangat kepadanya.

EKA Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang