2

8 1 0
                                    



Alana asyik membaca novelnya lalu Terre menarik tangannya.
"Temenin gue ke kantin yuk laper"
"Ya songong lu pergi aja sendiri gue lagi asyik nih"
"Gue laper bego"
Alana menghela nafas berat lalu beranjak mengikuti Terre ke kantin. Sepanjang kantin Alana tahu beberapa pasang mata memperhatikannya namun segan untuk sekedar menyapa karena tidak mau berurusan macam-macam dengan Josa terlebih yang cowok.
Terre memesan semangkuk bakso dan Alana mencari tempat duduk. Dia mengamati sekelilingnya dengan malas dan tiba-tiba matanya beradu pandang dengan Josa yang duduk tak jauh darinya. Josa sedang asyik menikmati pembicaraan dengan teman-temannya sambil asyik mengunyah sate ayam. Disampingnya bertengger manis cewek cantik baru menggantikan posisi Salsa. Alana yakin cewek itu adik kelas karena dari gayanya yang diam-diam tidak mau banyak terlibat terlihat segan dengan para kakak kelas basket di depannya.
"Liatin siapa Al?"
"Itu pacar barunya Josa, kasian ya dia"
Terre mengikuti arah mata Alana lalu mengangguk pelan tanda setuju.
"Tessa Armaya. Anak kelas 11IPA3, orangnya pintar polos lagi. Baru kali ini gue liat dia deket sama cowok dan sayangnya sama Josa"
"Gue yakin pasti nanti dia dibully Salsa sama geng barbienya"
Terre tertawa kecil lalu menoleh kearah objek pembicaraan. Tessa terlihat kurang nyaman dikerubungi kakak kelas yang banyak dan ribut itu tapi tidak terlihat dia ingin pergi dari samping Josa. Mungkin dia tahu bahwa sekalinya dia menjauh dia pasti jadi santapan lezat Salsa dan para Barbie yang duduk tidak jauh dari situ dan menatapnya sinis.
"Perasaan kata lu tadi pagi Josa masih sama Salsa deh kok ini udah sama Tessa ya?"
"Lu tau lah Josa orangnya gimana. Seenak jidat mutusin cewek ga sampe sehari udah dapat baru"
Tak lama kemudian Josa datang menghampiri mereka lalu berdiri di samping Alana.
"Suapin bakso dong"
"Gue laper"
"Satu doang ah pelit"
"Yodah nih"
Alana menyuapkan 1 bakso ke Josa dan langsung dilahapnya. Tessa melihat dengan tegang namun tidak berani melihat sinis ke arah Alana dan dia juga tahu posisi utama Alana disini.
"Koleksi baru Jos?"
"Bukan. Dia cuman minta istirahat bareng"
"Kok nekat?"
Terre bertanya sambil mengunyah bakso
"Mana gue tau, dia juga sih udah tau Salsa buas gitu tapi berani ngajakin gue"
"Ya lu aja yang ganjen mau maunya digituin"
Alana meninju pelan bahu Josa.
"Gue masih sama Salsa kok tenang aja gue lagi gak kambuh kok hehe"
Josa tertawa lalu berjalan kembali ke tempatnya. Tessa tersenyum saat melihat Josa kembali dan menggeser duduknya agar lebih dekat. Luar biasa nekat ya aksinya saudara-saudara karena sekarang dia baru saja mengundang laparnya kaum singa. Salsa rasanya ingin mencabik-cabik wajah Tessa dan Alana yakin pasti pulang sekolah Tessa bakalan dihadang.
"Balik yuk Al"
"Yodah yuk"
Alana berdiri lalu kemudian berhenti saat melihat Salsa menyiramkan es teh manis di kepala Tessa. Kejadian yang selalu seperti sinetron dan Alana sudah biasa melihatnya bahkan yang lebih parah pernah gebetannya Josa dilemparin sepatu high-heels sama mantannya yang ga terima diputusin bahkan Alana harus kena korban caci maki mantannya itu. Dan sudah tugas Alana untuk ikut membantu membereskan masalah Josa dengan membawa perempuan pengagumnya itu pergi dari singa betina.
Alana berjalan cepat menarik Tessa dari situ. Mata gadis itu memerah menahan tangisnya. Sebelum pergi Alana melihat Salsa marah-marah entah padanya atau Tessa yang pasti Salsa dipegangi Josa agar dia tidak lari dan melakukan aksi smack downnya pada adik kelas.
Alana tidak menyalahkan Salsa sebenarnya karena notabenenya Salsa adalah pacar sah Josa dan sudah sepantasnya dia marah karena ada orang yang berani mendekati Josa tapi seharusnya dia juga marah dong sama Josa karena mau membuka pintu untuk orang dekat dengannya. Alana menoleh kearah Tessa yang basah kuyub dengan es teh manis. Alana masuk ke toilet cewek lalu mengamati Tessa. Terre berlari-lari mengejarnya sambil membawa tissue.
Tessa terlihat menahan tangis karena air matanya sudah berada di pelupuk mata. Alana benar. Tessa sebenarnya cantik dan wajahnya terlihat kalem. Lebih cocok untuk Josa yang cenderung eksis dan menggantikan Salsa yang lebih mengarah ke toa berjalan. Alana mengusap pelan kepala adik kelasnya itu.
"Jangan nangis Tes kan lu udah tau resikonya gitu"
"Maaf ka tapi Tessa gamau dikituin juga"
Alana mengerti bagaimanapun juga Tessa tidak perlu dikasari seperti itu.
"Kakak ngerti Tes tapi lu udah Josa orangnya gimana tambah juga Salsa gimana seharusnya lu ngerti kalo itu beresiko banget"
"Tapi Tessa sukanya Ka Josa dan Ka Salsa itu sukanya nge bully orang"
"Yodah baju lu basah tuh kita beli di koperasi ya"
Terre mengulurkan tissue di tangannya lalu Alana membantu mengeringkan sisa Teh di seragam Tessa. Alana dapat merasakan air mata Tessa jatuh satu persatu karena air matanya mengenai salah satu tangannya.
"Maafin Tessa ya ka Tessa tadi sempat sinis ke ka karena kok bisa Ka Alana sedekat itu sama Ka Josa"
Malaikat sesopan dan sebaik ini kasihan sekali kalau hanya dibuang percuma oleh Josa. Seharusnya Josa mencari perempuan macam dia agar jalan hidupnya benar.
Alana menghela nafas lalu tersenyum.
"Udah ga usah dipikirin yuk ke koperasi beli seragam buat lu"
Alana menarik tangan Tessa juga Terre dan berjalan kearah koperasi membeli seragam baru untuk Tessa. Hati Alana ikut merasakan sakit karena Alana tahu rasanya disakiti seperti itu seolah-olah hati dicabik-cabik sedemikian rupa lalu diinjak sampai hancur.
"Makasih ya Ka Alana Ka Terre. Tessa balik dulu, Tessa janji ga bakalan nyusahin kakak lagi dan ga bakal deketin Ka Josa lagi" Tessa tersenyum manis lalu memeluk Alana dan Terre dan berjalan ke kelasnya.
"Kasian sumpah Lan"
"Iya jahat juga ya si Salsa"
Terre tersenyum lalu mengangkat bahu dan menggandeng lengan Alana balik ke kelas. Sesampainya di kelas Alana menangkap sosok Salsa yang menangis di dekat tangga dekat koridor kelas IPA. Salsa yang biasanya terlihat cetar membahana seperti Syahrini kali ini terlihat berantakan dan tidak beda jauh dari pembantu rumah tangga yang kerjanya menangisi hidup saja bukannya kerja untuk cari uang.
Alana ragu untuk mendekatinya namun dia khawatir dengan Salsa jadi dia memutuskan untuk mendekatinya. Alana menyentuh pelan bahu Salsa. Salsa langsung menoleh dan segera ditangkapnya tatapan kebencian sekaligus lemah. Salsa terlihat ingin membunuh Alana tetapi dia terlalu lemah dan sakit untuk melakukannya. Salsa hanya menatapnya kosong.
"Kenapa Sal?"
"Gue sama Josa putus. Puas lu?"
"Kok gue?"
"Karena aksi lu tadi Josa jadi marah ke gue dan bilang kalo lu itu lebih baik dari gue! Dia ngebandingin gue sama lu! Dan lu tau apa dia bilang lu itu jauh lebih baik dari gue! Dan dia mutusin gue karena lu cabe!"
bentakan Salsa seolah sudah menjadi makanan sehari-hari Alana karena sering juga kena begitu dari "koleksi"nya Josa. Alana tersenyum kecil berusaha mencari ketenangan bukan memancing emosi.
"Lu udah tau Josa orangnya gimana kan?"
"Tapi gue sayang banget sama dia Al, sayang banget sampe dia sakit flu doang gue rela ga ke sekolah demi jagain dia. Gue beliin jam tangan kesukaan dia pas ulang tahun, gue bantuin dia bikin tugas, gue temenin dia latihan basket tiap hari. Bahkan gue rela ga tidur demi telponan ama dia dan dengerin kalo dia curhat. Gue tau dia sering liatin cewek lain tapi gue ga pernah ada niatan tinggalin dia"

Salsa curhat sambil menangis, pundaknya gemetar menahan tangis. Alana tahu rasa sakit dari cewek-ceweknya Josa, mereka memberikan segalanya demi mendapatkan secuil rasa cintanya.
Ini yang dibenci Alana. Josa seenaknya saja memberikan harapan untuk cewek-cewek itu tanpa tahu apa yang akan terjadi. Begitu mereka sayang dan jatuh pada Josa, seenak jidatnya saja dia berjalan meninggalkan mereka. Termasuk Salsa yang menjalin hubungan agak lebih lama dari mantan-mantannya Josa, tentu saja gadis itu terluka sekali saat ditinggalkan.
Alana memegang kedua pundak Salsa menenangkannya. Salsa masih menangis bahkan saat Alana memeluknya, gadis itu tetap menangis bahkan lebih keras. Alana mengusap-usap punggung Salsa dengan lembut menenangkannya. Salsa termasuk primadona SMA Garuda dan banyak sekali cowok baik yang mengantri untuknya namun pilihannya jatuh pada Josafat Kenneth Salvai. Salsa mendongak memandang Alana. Dia tersenyum simpul lalu melepas pelukannya.
"Makasih Al"
Salsa menghapus air matanya lalu berjalan kembali ke kelasnya. Alana diam di tempatnya memandang gadis yang terluka itu berjalan menjauh. Alana berbalik kembali ke kelasnya.
Pelajaran sejarah kali ini sangatlah membosankan karena Pak Akbar cara mengajarnya terlalu baik dan benar sampai harus pelan-pelan agar semua siswanya dapat mengerti. Padahal siang-siang begini enaknya tidur atau nyantai, hampir saja Alana menyandarkan kepalanya di meja dan tidur enak seperti Terre namun Alana tidak mau ketinggalan pelajaran. Alana berusaha menahan mata agar tetap terbuka dan menyimak. Setengah penghuni kelas sudah ketiduran bahkan ada yang sampai ngorok.
Bel pulang berbunyi Alana langsung membereskan alat tulisnya dan membangunkan Terre yang masih bermimpi indah.
"Ter bangun udah pulang"
"Duh gue masih ngantuk"
"Tinggal kita berdua loh disini"
Terre langsung membuka matanya dan menemukan tinggal dia dan Alana yang masih di kelas. Terre mengucak matanya lalu membereskan buku-bukunya.
Alana berjalan ke parkiran dengan Terre. Terre masuk ke mobilnya dan sebelum pergi dia menurunkan kaca mobilnya dulu
"Lu pulang bareng Josa kan?"
"Iya santai aja"
"Ini udah sore loh Al kok Josa belum ada? Gue temenin lu ya"
"Ga papa Ter kan lu mau buru-buru juga kan. Udah ga papa kok"
Terre terlihat khawatir tapi dia tahu Alana bisa menjaga diri karena cewek itu juga sebenarnya mengikuti MuayThai. Terre melambai lalu mobilnya berjalan meninggalkan sekolah. Tinggal Alana sendirian di parkiran sekolah.
"Lana ayo"
sebuah mobil sedan hitam yang sudah dimodif sedemikian rupa berhenti di depan Alana. Pengemudi itu menurunkan kaca dan tersenyum memamerkan sederet gigi putih dan rapi.
"Tumben lama"
Josa tersenyum lalu turun membukakan pintu untuk Alana.
"Tadi abis nongkrong ama Bryan cs"
Bryan cs adalah teman-temannya Josa yang terdiri dari anak-anak basket dan futsal termasuk Sagara. Bryan cs termasuk geng sohibnya Josa jadi kalau Alana mencari Josa pasti tanyanya ke Bryan cs.
"Jos"
"Hm"
Josa masih fokus dengan kemudinya. Josa terlihat ganteng dan itu membuat jantung Alana berdetak cepat.
"Kenapa Lan"
Josa menoleh ke arahnya sambil sesekali melihat lagi ke depan.
"Lu kenapa mutusin Salsa? Tadi dia nangis loh"
"Gue bosen ama dia"
"Lu harus ilangin kebiasaan itu loh. Ga boleh seenaknya gitu, kasian tau ga"
"Iya"
Alana menghela nafas. Susah memang kalau mau berdebat dengan Josa masalah ini karena Josa sudah bosan dengan itu dan memilih mengabaikannya jadi percuma Alana mengingatkan sampai berbusa sekalipun.
Josa asyik dengan kemudinya lalu menoleh kearah Alana yang asyik melihat keluar jendela.
"Kenapa sih?"
Josa mengusap lembut kepala Alana. Josa sudah biasa melakukan itu pada Alana namun baru kali ini Alana merasa grogi bahkan gugup. Josa memainkan rambut ikal Alana lalu mengusap kepalanya lembut, jantung Alana berdetak cepat sekali.
"Gue cuman capek"
"Ohh yaudah nanti sampe rumah istirahat ya nanti gue bawain es krim Vanilla kesukaan lu"
Alana tersenyum. Josa selalu tahu kesukaan Alana. Novel , bintang dan es krim Vanilla. Jika Alana ngambek pasti Josa akan mengajaknya ke balkon rumah atau mengajaknya ke bukit untuk sekedar melihat bintang sambil makan es krim, dan hal itu selalu bisa membuat senyuman Alana kembali.
Alana membuka pintu mobil ketika sudah sampai di depan rumahnya.
"Lan"
"Ya?"
"Lu ga papa kan?"
Alana mengangguk lalu tersenyum.
"Makasih ya Jos, nanti jemput gue jam berapa?"
"Oiya ampir lupa. Nanti gue line deh"
"Oke bye"
Josa melambai lalu pergi meninggalkan Alana. Alana memperhatikan Josa sampai mobilnya menghilang di tikungan. Pemandangan pertama yang dilihat Alana adalah Mbok Inah yang sedang memasak dan suara musik dari kamar Ares. Mama papa belum pulang jadi pasti mereka kembali malam. Alana berjalan ke dapur menuju kulkas mengambil jus jeruk. Mbok Inah yang sedang memasak terkejut melihat anak majikannya itu.
"Ya ampun neng bikin kaget aja"
"Sore mbok"
"Bapak sama ibu belum pulang"
"Iya mbok tau, ohiya Ares mana ?"
"Dari tadi di kamarnya tuh neng"
Alana berjalan ke lantai atas menuju kamar Ares kakaknya sambil membawa 2 gelas jus jeruk. Satu untuknya satu untuk Ares. Hubungannya dengan Ares sangat dekat walaupun kadang Ares suka mengisenginya namun Alana tetap dekat dengan kakaknya itu.
"Ka Ares"
"Masuk aja na"
Ares mempunyai kebiasaan memanggil Alana dengan panggilan Nana karena menurutnya nama Alana terlalu panjang.
"Nih ka"
Alana menyodorkan segelas jus jeruk. Ares yang sedang sibuk mengetik di laptopnya langsung meneguk habis jus itu.
"Makasih Na"
Alana duduk di samping kakaknya sambil memperhatikan. Penampilan Ares hari ini terlihat kurang segar, mungkin karena tuntutan kuliah mengakibatkan Ares kurang tidur. Ares dan Alana hanya terpaut beda 4 tahun sama seperti Josa dan Biel. Ares menggaruk-garuk kepalanya frustasi.
"Kenapa sih ka?"
"Capek banget ngedit video udah gitu harus jadi projek lagi"
Alana tertawa kecil lalu merebahkan diri di tempat tidur. Ares memiliki bakat di seni memilih jurusan seni DKV (Design Komunikasi Visual) yang meliputkan seni design dan edit video.
"Diasikin aja ka"
"Na pinjem lukisan kamu lagi ya"
"Lah aku lukis lagi dong?"
"Hehe iya"
Alana dan Ares sama-sama memiliki bakat seni dan kadang mereka suka melukis di ruang seni mamanya. Agnes mama dari Alana dan Ares menurunkan bakat seninya ke kedua anaknya. Bakat menyanyi, menari, modelling, melukis, bermain alat music menurun pada Alana dan Ares tapi cenderung lebih ke Alana karena Glenn papa mereka cenderung lebih jago dalam bidang otak dan otot dan lebih menurun ke Ares.
"nanti aku lukis baru deh"
"Duh makasih ya dek Nanaku sayang"
Ares memeluk Alana dan mencium-cium pipinya sampai Alana mendorongnya.
"Geli ka"
Ares hanya tertawa lalu memperhatikan wajah adiknya. Cantik tapi sayangnya belum ada cowok. Beda dengan Ares yang sudah tampan dan mantannya bisa bikin 1 klub sepak bola, padahal Alana lebih cocok dengan Josa.
"Ohiya ka bentar malem ke dinnernya Josa ya katanya Ka Biel udah mau tunangan"
"Oh ya? Nanti kasih tau mama papa biar sekalian"
Alana mengangguk lalu kembali tiduran. Ares kembali fokus dengan tugasnya sampai ponsel Alana berbunyi tanda ada pesan masuk.
Notif line muncul di layar.

ExtraJos Salvai :
Lana nanti jam setengah 8 teng ya, bawa mama Agnes sama papa Glenn juga Ka Ares

Alana tersenyum membacanya lalu mengetik balasan dengan emot tanda jempol ke atas.

"Na kapan jadian sih?"
"maksud kakak?"
"Ya itu kapan jadian ama Josa"
"Yakan kita sahabatan"
"Padahal udah deket banget"
Pertanyaan yang sama. Setiap orang yang kenal mereka pasti bertanya seperti itu karena hubungan Josafat dan Alana yang terlalu dekat padahal hanya sahabat. Alana asyik dengan pikirannya sampai Ares menyikut pelan lengan adiknya.
"Tuh mama papa udah pulang, aku mau mndi dulu"
Alana langsung beranjak sambil membawa gelas bekas jus jeruk tadi dan berjalan ke bawah. Kedua orang tuanya baru sampai dan terlihat lelah.
"Hai ma pa"
Agnes memutar kepalanya melihat anaknya lalu tersenyum.
"Halo sayang gimana sekolahnya tadi?"
"Baik kok ma, papa mana?"
"Lagi diluar kayanya ngambil barang deh"
Tak lama kemudian sosok lelaki dewasa dengan paras gagah masuk sambil menenteng belanjaan.
"Hai pa"
Glenn melihat Alana lalu tersenyum.
"Anak papa ini kaya senang ya, nih buat kamu sama Ares"
Glenn menyodorkan belanjaan berisi baju-baju untuk Alana dan disambut dengan pelukan.
"Ya ampun makasih ma pa"
"Iya sayang sama-sama. Ares lagi di kamar ya?"
"Iya tapi sekarang lagi mandi, ohya tadi Josa bilang katanya kita diundang buat makan malam di rumah bareng keluarganya karena Ka Biel udah tunangan dan ini mau makan-makan di rumah dulu sekalian bicarain rencana acara pertunangan"
Glenn memandang istrinya yang sudah duduk di sofa sambil melepas heelsnya.
"Kamu sama Ares aja bisa? Maaf ya mama papa capek banget hari ini kayanya lagi butuh istirahat"
Alana mengangguk mengerti. Dia tahu orang tuanya capek kerja seharian jadi setidaknya mereka lebih membutuhkan istirahat.
Alana bersiap untuk mandi dan melihat ibunya meminta dibuatkan teh manis hangat sama Mbok Inah. Ares keluar dari kamarnya dengan keadaan rapi dan wangi.
Alana duduk di depan kaca setelah selesai mandi. Perlahan dia menyisir rambut ikalnya. Matanya memandang sendu bayangannya di kaca. Alana memang cantik bahkan lebih cantik dari Salsa si primadona, Shena si yahud dan berbagai barbienya Josa tapi Alana memang lebih tertutup dengan sekitarnya. Kepercayaan dirinya tidak sebesar Ares, Josa, Biel, Terre dan semua yang dikenalnya.
Alana memakai bedak tipis dan mengoleskan lipgloss di bibirnya. Dia mengikat rambut ikalnya lalu mematut dirinya di kaca dan memakai kacamata. Alana memang cantik tapi dia terlalu kutu buku. Kalimat itu sering didengar Alana tapi dia tidak berani untuk berubah karena dia masih merasa tidak percaya diri, kadang Josa yang membantunya untuk sekedar menunjukkan dirinya.
Ponsel Alana berbunyi dan notif line muncul

ExtraJos Salvai :
bukain pintu udah di depan nih

Alana bergegas keluar dan mendapati Josa sudah asyik duduk di sofa sambil mengutak-atik handphonenya. Josa tidak menyadari kedatangan Alana sampai gadis itu memukul kepalanya dengan bantal.
"Josa"
"Hm"
Cowok itu masih asyik dengan handphonenya walaupun sudah dipukul dengan bantal.
"Jadi pergi ga?"
"Ohiya ayo, Ka Ares udah didepan"
Josa langsung berdiri dan pamit pada kedua orang tua Alana, sepanjang perjalanan hanya Ares dan Josa yang ribut mungkin karena pengaruh membicarakan Biel yang jomblo abadi sekarang sudah mau tunangan.
"Lan"
"Ya?"
Alana yang duduk di kursi belakang menjulurkan tubuhnya agar bisa mendengar Josa lebih jelas.
"Salsa minta maaf tadi"
"Ohh baguslah"
"Sekarang gue sama Irina"
Alana langsung menepuk pundak Josa. Bagaimana tidak, Irina adalah kapten cheers di SMA Garuda. Tajir cantik bohay pokoknya paket komplit dan Josa baru saja akan menyakiti hati seseorang lagi.
"Irina tuh yang gue tau dari Terre orangnya mudah banget sakit hati dan lu yakin sama dia?"
"Ga tau"
"Berubahlah Jos"
Josa melirik Alana lewat kaca spion lalu tersenyum.
"Ga kok Lan becanda doang, orang Irina pacaran ama Sagara"
Alana menepuk kepala Josa sampai cowok itu meringis. Mobil mereka berhenti tepat di depan rumah. Disana sudah ramai dengan keluarga Josa yang sudah asyik duduk di meja makan, Alana dan Ares sama sekali tidak merasa gugup atau grogi karena mereka sudah sangat sangat terbiasa dengan keluarga Josa begitupun sebaliknya.
"Yuk"
Josa turun membukakan pintu mobil untuk Alana sedangkan Ares sudah duluan masuk dan memeluk Biel sambil mengucapkan selamat. Alana turun sambil mengikat kembali rambutnya.
"Urai aja napa"
"Berantakan"
"Biarin"
Josa yang tidak sabar langung mengambil ikat rambut yang bertengger manis di rambut Alana. Alana langsung berusaha mengambil ikat rambutnya yang ada pada Josa sambil kejar-kejaran di halaman rumah.
"Josa Lana"
mereka langsung menoleh ke sumber suara. Sosok gadis cantik dengan wajah khas blasteran itu tersenyum manis kearah mereka. Andien. Gadis itu termasuk teman baik mereka, dulunya mereka sering bersama lalu terpisah saat Andien pindah dan menyisakan Alana dan Josa.
"Andiennnnn"
Alana langsung berlari memeluk Andien sahabatnya dulu. Andien tambah cantik sejak pindah ke Amerika dan kembali lagi. Josa tersenyum lalu ikut berlari memeluk Andien.
Andien memeluk mereka lalu menangis terharu saking kangennya.
"Gue kangen kalian tau ga"
"Gue jugaaaaaa"
Alana memeluk Andien lebih erat, Josa tidak berkata apa-apa tapi cuman memeluk mereka berdua.
"Surpriseeee"
Andien tertawa sambil memegang pundak kedua sahabatnya
"Ga nyangka loh"
"Jadi ini yang dimaksud Biel sama surprise ya"
Josa akhirnya bersuara setelah tadi hanya memeluk dan tak berkata apa-apa
"Iya rencananya gue mau dateng pas udah makan-makan tapi ngeliatin lu berdua main diluar gue ga tahan buat ga samperin"
Andien menjawab sambil tertawa.
"Yaudah yuk masuk"
Alana menarik tangan Andien masuk. Sepanjang makan malam Biel dan calon tunangannya Regina terlihat mesra sekali. Ares juga sesekali bercanda dengan Josa atau Biel. Sepanjang acara itu Alana menangkap 2 pasang mata yang saling bertatap-tatapan seolah saling memberikan pesan.
Alana merasa perasaan yang aneh di hatinya seolah rasa sesak menghimpitnya. Selera makan Alana mulai hilang seiring perasaan itu semakin membesar. Tidak mungkin Alana jatuh cinta. Tidak mungkin dia jatuh pada perasaan yang selalu dia hindari. Alana berusaha menghilangkan rasa itu pada hatinya dan mencoba melupakannya walaupun susah. Yap benar-benar susah.

fragmentWhere stories live. Discover now