Pertemuan~

38 2 2
                                    

Air hujan mulai membasahi bumi. Berlomba-lomba turun secara perlahan dari langit yang terlihat mulai bahkan sudah gelap. Mencoba memberikan peringatannya kepada para makhluk untuk segera berlindung. Semua orang mulai berlarian dan menepi di tempat yang bisa di jadikan perlindungan. Hujan turun dengan begitu derasnya. Ada yang menepikan mobilnya sejenak di bahu jalan, ada juga yang mulai berlarian ke pinggiran toko, dan ada juga yang berteduh di halte bus, meski bukan untuk naik bus. Semua orang sudah mulai mendapatkan tempat berteduh, tidak terkecuali dengan aku, aku masih tetap berjalan santai di trotoar jalan menggunakan payung.

Kurasa ini tidak terlalu mengkhwatirkan, ya karena aku sudah terbiasa dengan hal ini. Meski aku tahu, payung ini tidak akan mampu menahan air hujan yang turun lebih lama. Karena begitu banyak dan derasnya air ini turun mengenai bumi.

Tidak tahu mengapa, saat ini aku lebih memilih untuk berjalan terus dan tidak ada niat untuk berteduh. Bukankah seharusnya aku berteduh, agar tidak sakit? Melindungi diri di tempat yang lebih hangat agar tidak kedinginan? Di kafe? Atau di mall mungkin? ~kurasa tidak~ memakai jaket ini sudah lebih dari cukup untukku. Bukan tak mau berteduh sebenarnya, aku hanya ingin lekas sampai rumah dan beristirahat. Kegiatan di sekolah hari ini membuat badanku sangat terasa lelah.

Aku terus berjalan sambil terus memegangi tas ranselkku yang aku taruh didepan badan. Ya ini yang aku lakukan untuk melindungi buku-buku kramat~ku agar tidak terkena air hujan. Rumahku masih lumayan jauh. Otakku masih terus bertekad berjalan dan melawan hujan, tapi sepertinya tubuhku menentang program dari otakku ini. Istirahat sebentar mungkin akan lebih baik. Aku melihat halte bus di sebrang jalan menuju rumahku, dan mungkin itu dapat aku jadikan tempat berteduh.

Aku sampai... Halte ini sungguh sepi. Dari banyaknya Bangku yang berjejer tidak ada seorangpun yang menduduki. Sunyi... sangat sunyi... hanya bunyi rintikan derasnya hujan yang mampu kudengar. Mau bagaiamana lagi? Aku lelah, tubuhku sudah lemas, mungkin karena kedinginan. Dan hanya lalu lalang mobil yang berjalan standar yang mampu kulihat. Udaranya sangat dingin dan suasananya sangat sepi. Dan itu sangat membuatku mengantuk. Mendengarkan musik mungkin lebih baik? Menghilangkan rasa ngantuk bisa juga kan?

Aku merogoh tas depan, untuk mencari dimana handphone dan handsate . Dimana kah benda itu? Aku terus mencari, hingga akhirnya aku menemukannya. Dan segera aku mengambil posisi yang nyaman untuk mulai mendengarkan music di handphoneku dan tunggu,,, aku lupa sesuatu. Aku harus menghubungi Ibu agar di tidak menghawatirkanku. Aku mengusap layar handphone ku yang sedikit berembun. Dan mulai mencari kontak dengan bertuliskan Ibu-ku.

TERHUBUNG...

Dan akhirnya diangkat.

" Assallamualaikum bu.. maaf yah sepertinya aku pulang telat. Hujannya deras banget. Dan ini aku lagi neduh di halte depan gang rumah bu. Nanti kalau sudah reda aku langsung ke rumah."

" Waalaikumsalam.. oh kamu di depan gang sayang. Iyah. Apa perlu ibu jemput? Kamu bawa payung kan sayang? Ada ayah di rumah, nanti ibu minta tolong ayah jemput kamu yah?"

" Iya aku bawa bu. Engga usah bu. Nanti aku pulang saja sendiri. Lagi pula ini masih sore ko bu. Baru pukul 4. Jadi tak apa kan aku berteduh di halte sebentar? Aku lelah bu. "

" Yasudah... kamu hati-hati, kalau sudah reda, kamu cepat puulang yah sayang. Jaga diri... jangan hujan-hujanan nanti sakit. Assallamualaikum.. Love you sayang.."

" Iyah ibu... Love you too..."

Telpon berakhir. Aku hanya mampu tersenyum, ibu sangat protectif sekali jka sudah begini. Aku hempaskan tubuhku di sandran tiang halte. Dan aku terduduk kembali. Tanganku siap dengan satu kabel earphone yang mengarah ke daun telingaku. Dan betapa terkejutnya aku, ketika menoleh, ada orang di sampingku... seorang gadis... rambutnya panjang.. menutupi wajah... dia menunduk...

Astaghfirullah apa ini? Ya Allah aku takut... IBU...

Eh, tapi tunggu dia berseragam, roknya berwarna abu-abu, dan kemeja putih. Ahh.. pasti di anak SMA. Sama sepertiku bukan? Jadi kenapa mesti takut. Tapi bagaimana jika dia adalah seorang hantu yang menjelma menjadi gadis SMA. Hadeuh... ~Abaikan

Gadis itu terus menunduk rambutnya yang panjang dan lebat menutupi wajahnya. Aku tak dapat melihat bagaimana wajahnya? Tapi aku yakin pasti diaa sedang dalam masalah. Terbukti, dengan sikapnya dan gerak-gerik gestur tubuhnya yang menunjukkan bahwa dia butuh sandaran.

" Maaf, kamu kenapa?" aku memulai pembicaraan. Gadis itu tetap bungkam. Tak ada jawaban darinya. Yang ku dengar hanya suara nafas berat.

" Maaf, bukan maksud ingin lancang, tapi... aku Cuma mau Tanya aja.. kamu siapa? Dan kamu kenapa disini sendirian... hujan-hujanan pula."

Kali ini ada sedikit jawaban. Yah meski gadis itu hanya menoleh kearahku.. sebentar memang. Tapi setidaknya dia merespon perkataanku. Dan betapa terkejutnya aku. Melihat wajahnya, dia sungguh cantik, sangat cantik.. terdapat lesung pipi yang manis di wajahnya. Tapi.. wajahnya begitu pucat sekarang. Mungkin efek dari kedinginan. Dia menatapku dengan intens. Aku hanya maampu tersipu malu.aku seperti seorang pencuri kue yang tertangkap basah oleh sang pemilik toko.

" Aku Adelia.."

#Bersambung~

Haiii...

Salam kenal. Masih dalam tahap belajar. Jadi, mohon maaf kalau masih banyak typo yang bertebaran dimana-mana.

Vote and Comment sangat dibutuhkan ^^^

@YeniKurniasih

Abu-Abu KelabuWhere stories live. Discover now