"Oh, Jinyoung. Masih ingat rumah rupanya kau." Ujar pria itu sinis. Ia sama halnya dengan Jinyoung. Pria ini Kang Daniel namanya juga membenci adik iparnya itu. Kenapa? Karena Jinyoung selalu saja membuat perhatian Seongwoo teralihkan padanya. Daniel sangat tak suka, ia hanya ingin Seongwoo perhatian padanya. Bukan orang lain. Katakan lah Daniel egois, posesif atau apapun itu. Yang terpenting bagi Daniel adalah memiliki Seongwoo seutuhnya.

"Ini bukan rumahku. Ini adalah rumahmu. Jadi kenapa aku harus ingat untuk pulang kemari." Ujar Baejin dingin.

Sungguh atmosfer yang sangat mengerikan di sini.

"Kenapa kalian ini? Ayo lebih baik kalian makan. Sebelum makanan ini dingin." Ujar Seongwoo.

Merekapun menyantap makan malam mereka dengan canggung. Ini bukan suasana yang menyenangkan bagi Seongwoo, ia risi. Namun, mau bagaimana lagi. Adik dan suaminya ini tak pernah akur. Sedih rasanya. Sampai sekarang ia tak paham apa penyebab tidak akurnya kedua namja yang sangat ia sayangi itu. Mereka sama-sama pribadi yang tertutuo bahkan padanya.

"Seongwoo, apa Woojin sudah tidur?" Tanya Daniel pelan. Tatapan matanya penuh akan cinta. Namun itu lah yang membuat Seongwoo takut padanya. Cinta yang Daniel berikan padanya berbeda. Ini mengerikan sekaligus membahagiakan. Ada kalanya ia takut bahkan sangat takut pada suaminya. Ada kalanya juga ia sangat bahagia dengan suaminya.

"Sudah, ia kelelahan karena berlarian mengejar kupu-kupu tadi." Ujar Seongwoo pelan.

"Jinyoung mengapa kau melamun dan tidak memakan makananmu?" Tanya Seongwoo pada Jinyoung saat ia melihat Jinyoung yang sama sekali tidak menyentuh makanannya. Hal itu membuat mata Daniel memincing tak suka ke arah Jinyoung. Ia tak suka miliknya perhatian pada orang lain.

"Aniyo, hyung. Aku hanya sedang memikirkan kuliahku yang kacau." Ujar Jinyoung seraya memakan makanannya. Tak mungkin ia jujur kalo ia sedang memikirkan kekasih hatinya Lee Daehwi. Ia tak ingin membuat hyungnya sedih. Ia sangat sayang hyungnya.

Makan malam di kediaman Kang benar-benar suram malam ini.

******

Sarapan pagi ini pun suram seperti saat makan malam, di tambah lagi dengan tidak adanha Seongwoo di antata mereka. Iya, Seongwoo saat ini sedang mengurus Woojin. Sungguh memuakkan saat ini bagi kedua kaum adam tersebut.

"Cih, kau tau bangsat. Aku sangat membencimu." Ujar Baejin dingin.

"Heh, bajingan. Asal kau tau aku lebih membencimu." Ujar Daniel sinis.

Adu deathglare pun terjadi di antara merekan. Kalo tatapan bisa membunuh mungkin sudah mati keduanya saat ini.

"Ini sungguh memuakkan!" Baejin berteriak, lalu pergi meninggalkan ruang makan.

Ia bergegas bergegas pergi dari rumah yang memuakkan itu. Ia sungguh benci pria itu. Setibanya di halte bus ia menunggu sambil memainkan hpnya. Ia sedang mengirim sebuah pesan kepada Guanlin, sahabat baiknya. Tak beberapa lama bus pun datang akhirnya ia pun buru-buru naik. Sepanjang perjalanan hanya di habiskannya untuk melamun. Ia tak sadar bahwa sedari tadi ia di perhatikan oleh seorang namja yang memakai hoodie pink dan masker pink.

Sesampainya di kampus ia pun berlari menuju ke kelasnya. Ia ingin menemui Guanlin sesegera mungkin tadi saat di sms kata Guanlin, Guanlin telah menunggunya di kelas.

"Huh, lelah sekali sumpah." Keluh Baejin ngos-ngosan.

"Hehehe, siapa yang menyuruhmu berlari Bae." Ujar Guanlin sambil cekikikan.

"Kampret emang kamu tuh. Untung kamu teman terbaikku kalo nggak...."
"Kalo nggak apa, Bae?"

"Ah, sudahlah. Nanti pulang kuliah temenin aku jenguk Daehwi lagi ya."
"Oke, Bae. Nanti kita akan temui your sleeping beauty."

Jam kuliahpun di mulai. Baejin tampak serius memperhatikan apa yang di sampaikan oleh pak Minhyun. Sesekali ia mencatat apa yang dirasanya penting dari apa yang di sampaikan oleh pak minhyun.

"Bae, pst... Bae...." bisik guanlin pelan. Kenapa guanlin harus berbisik? Alasannya karena pak Minhyun yang luar biasa tampan ini sangat pemarah.

"Hm?" Guman Baejin pelan.

"Pinjam pulpen dong. Punyaku habis nih." Ujarnya masih berbisik.

Baejin langsung memberikan pulpen pada guanlin. Agar si cungring bisa diam.

********

Saat ini sepasang kawan karib ini sedang berjalan menuju parkiran motor baru mereka ingin tancap gas langsung ke rumah sakit. Tapi tiba-tiba Baejin menerima telepon. Dan ternyata telepon itu dari Eomma nya Daehwi.

'Bae, sekarang kamu ada dimana?' Terdengar suara eommanya Daehwi dari telepon.

"Aku baru mau pergi ke rumah sakit, eomma. Kenapa eomma menelepon ku?" Tanya Baejin pelan.

'Bae, Daehwi sadar.' Ujar Eomma nya Daehwi di sebarang. Terdengar begitu bahagia tentu saja. Anak semata wayangnya akhirnya sadar.

"Benarkah Eomma? Oh tuhan syukurlah. Eomma aku akan segera kesana." Baejin tak bisa menutupi rasa senangnya.

Kekasih hatinya akhirnya sadar. Ia sangat bahagia saat ini.

****TBC*****

Ada yang penasaran nggak kelanjutannya? Ini baru awal. Belum ada romance Jinhwinya. YoonYoon harap readers sekalian mau Vote atau komentar. YoonYoon perlu penyemangat. Buat ngelarin cerita ini dan cerita yang satunya.

De Verborgen WaarheidWhere stories live. Discover now