20

10.4K 1.3K 54
                                    


Leon seperti bukan Leon yang kukenal. Namun, tak sepenuhnya begitu, ia tetap menjadi Leon yang tersenyum dan menatap dengan hangat kepada orang lain. Yang berbeda, hanyalah ketika ia bersikap kepadaku. Kemarin, ia mengacuhkanku. Ia terkesan tak ingin berlama-lama jika berada di dekatku.

Rasanya menyesakkan. Sungguh.

Namun aku harus mengerti, mengenai permasalahan ini. Leon pergi dalam waktu lama dari kehidupan kami, ditambah permasalahan dengan Daddy mengenai kewajibannya untuk memimpin Dreamcity. Semua hal itu mungkin membuat kecanggungan yang luar biasa di antara kami.

Dan satu hal lain yang mungkin menjadi faktor utamanya. Ciuman yang pernah diberikannya kepadaku.

Ya. Tak salah lagi, pasti karena hal itu.

Dan yang sekarang harus kulakukan adalah meyakinkan dirinya bahwa masalah mengenai kewajibannya pada Dreamcity benar-benar dapat dialihkan kepadaku. Kemudian Leon akan kembali pulang ke rumah. Lalu setelahnya, aku dapat menanyakan hal yang berputar di kepalaku selama bertahun-tahun.

Leon, apa arti ciuman itu?

Kutatap Daddy yang sedang duduk bersamaku di ruang makan. Kami hanya berdua saja pagi ini, Mommy masih berada di dapur untuk menyiapkan kopi untuk Daddy. Sedangkan Marie sepertinya akan bangun lebih siang dan melewatkan sarapannya karena semalaman ia terjaga untuk menonton sinema.

Entah mengapa tersirat keinginan untuk menceritakan pertemuanku dan Leon kepada Daddy. Wajar saja, mungkin karena aku membutuhkan seseorang yang dapat diajak bicara mengenai persoalan ini. Saat ini hanya Daddy-lah satu-satunya orang yang tepat. Tak mungkin aku bercerita kepada Mommy, itu akan membuatnya kembali murung karena masalah ini. Aku tak ingin hal itu kembali terulang. Aku pun tak mungkin bercerita kepada Marie, ia pasti tak akan memberikan solusi apapun kepadaku. Dan Jean? Ia masih sibuk dengan urusannta di Perancis, aku tak ingin mengganggunya.

"Daddy, aku bertemu dengan Leon." Ucapku.

Sontak Daddy menjauhkan bibirnya yang hampir mencium ujung gelas air putihnya. "Benarkah?"

"Ia mulai bekerja di kantor yang sama denganku sejak kemarin. Ruang kerja kami berdekatan,"

"Bagaimana keadaannya?" Daddy sedikit memelankan suaranya sembari melirikkan matanya ke arah Mommy yang masih berada di dapur. Ia sangat berhati-hati, aku mengerti jika ia tak ingin Mommy mendengarnya lalu kembali bersedih.

"Tubuhnya bertambah besar. Dan ia terlihat sehat," jawabku singkat.

Kuputuskan untuk memberitahukan Daddy mengenai pertemuanku dengan Leon, tak kusiasiakan kesempatan emas ini ketika aku hanya berdua dengannya di ruang makan.

"Apakah ia mengatakan sesuatu padamu?" Tanya Daddy. Ia masih memelankan suaranya.

Aku hanya menatap Daddy sejenak. Ada yang aneh dari pertanyaannya.

"Pertanyaan yang aneh," komentarku. "Kenapa menanyakan hal itu? Bukankah banyak hal lain yang lebih penting untuk dipertanyakan?"

"Aku ini Ayahmu, Jillian. Kau begitu mirip denganku. Bahkan tanpa kau mengatakannya, aku dapat mengetahui jika ada sesuatu yang tak beres." Ucapnya. "Apa Leon mengatakan sesuatu padamu? Atau ada hal lain yang membuatmu sedikit murung?"

"Aku tahu ini salahku, nak. Ia pergi karena diriku." Sambung Daddy. Kini telapak tangannya berada di puncak kepalaku. Ia menghadiahiku sebuah senyuman bersamaan dengan matanya yang sedikit menyipit sehingga memamerkan kerutan yang terdapat di ekor kelopaknya. Sebuah senyuman pahit. "Jika memang terjadi sesuatu, jangan beritahukan mommy-mu untuk sementara waktu. Aku tak ingin ia bersedih kembali."

Aku tahu Daddy masih menghukum dirinya karena masalah Leon. Seperti apa yang dikatakannya satu menit yang lalu, aku memang menjadi sedikit murung semenjak kemarin. Itu karena Leon menghiraukanku dan manjauh diriku selama seharian. Bahkan ia hanya berbicara padaku mengenai persoalan mengenai pekerjaan. Dan sisanya, ia tak memberikanku kesempatan padaku sama sekali.

Aku tak boleh membiarkannya lebih bersedih. Aku tak ingin Daddy seperti itu.

"Umm... Kemarin Leon sempat mengajakku untuk makan siang, tapi aku menolaknya karena aku sudah memiliki janji makan siang dengan rekan kerjaku." Balasku.

Maafkan aku Daddy, aku berbohong kepadamu.

***
TBC.

jil(L)eonOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz