1. Awal Mula Penderitaan

10 0 0
                                    

Disinilah kami sekarang, berkumpul diruang makan. Akhir-akhir ini kudengar, sya selalu mengeluh sakit pada bagian perutnya. Tetapi ia belum menceritakan hal tersebut ke paman dan bibi. Entah apa yang ada dipikiran gadis kecil itu.

Setelah selesai makan, ku arahkan pandanganku ke arah sya. Kulihat, dia hanya menyantap sarapannya sedikit. Aku bingung, biasanya dia yang paling lahap menyantap sarapannya, bahkan hingga nambah.

"Sya, kok cuman makan sedikit?" tanya kakak perempuannya yang duduk di bangku SMA

"Anu kak.. itu, aku udah kenyang kok"

Kuarahkan pandanganku kearah gadis bersurai hitam lebat itu. Aku tau, sepupuku ini tidak handal dalam berbohong. Kutatap matanya dengan tajam. Ia melihat kearahku dan membuang muka. Aku tau ada yang gak beres.

Ku lihat dia berjalan kearah paman dan menyuruhnya untuk mengantar kami kesekolah. Pamanpun segera bersiap dan mengantar kami kesekolah.

Pikiranku melayang ke kejadian tadi. Akupun berniat menanyakan hal tersebut setelah pulang sekolah.

Kamipun turun dari mobil dan langsung berpamitan ke paman. Aku mengantar sya ke kelasnya. setelah mengantarnya, akupun beranjak ke kelasku.

Teng.. Teng.. Teng..

Bel berbunyi, Tanda kami harus segera menuju lapangan sekolah untuk segera mengikuti upacara bendera. Akupun dengan segera mengambil topi yang berada di dalam tasku dan berlari menuju lapangan sekolah.

Pandanganku berhenti sejenak di wajah seorang gadis kecil dengan surai hitam lebat. Siapa lagi kalau bukan sepupuku, Sya. Ia terlihat sedang bercakap-cakap dengan kawan barunya. Aku senang akan hal itu.

Tetapi, ada yang berbeda darinya. Wajahnya terlihat pucat. Apa hanya perasaanku saja? Kusingkirkan pemikiran negatifku dan segera menuju barisan kelasku.

Saat ini pak kepala sekolah sedang menyatakan pidatonya yang membosankan. Siswa dan siswi yang lain sudah mulai bosan. Ada yang sedang bercakap-cakap dengan temannya. Ada yang sedang menjaili temannya. Dan sebagainya.

Pandanganku yang tadi sibuk menyimak pidato membosankan dari kepala sekolah, tiba tiba kuarahkan ke arah sepupuku, sya. Wajahnya terlihat pucat sekali. Tiba-tiba dia menjatuhkan dirinya, Tak sadarkan diri. Reflek aku berlari dan meneriaki namanya. Semua pandangan tertuju kearahku yang sedang berusaha menggendongnya.

Tubuhku tidak kuat untuk memangku sya. Para guru yang melihat itu dengan sigap menggendong sya dan membawanya ke uks. Aku berjalan mengikuti mereka dari belakang. Tak sadar cairan asin keluar dari mataku. Aku menangis sejadi-jadinya disampingnya.

Upacara bendera belum selesai, dan ia baru saja sadar. Ia merintih kesakitan dibagian perutnya. Pengurus uks yang saat itu masih berada disana mendengar rintihan sya, kulihat raut wajahnya berubah, terlihat khawatir.

Kulihat dia dengan cepat menyuruh para guru yang samar-samar kudengar kata 'Rumah sakit'. Dan kulihat juga ada salah satu guru yang sedang menelfon.

Aku yang melihat itu hanya kebingungan. Kulihat lagi kearah sya, ia semakin merintih kesakitan. Ia menangis sejadi-jadinya. Aku yang tak paham mengapa dia menangis dan tidak tega melihat dia menangis entah mengapa ikut menangis.

Para guru yang melihat itu mulai khawatir. Dengan segera mereka membawa tubuh sya yang sedang merintih kesakitan pergi keluar uks. Akupun mengikutinya dari belakang. Cairan asin masih terus membanjiri wajahku.

....

Saat ini aku sedang berada di sebuah ruangan yang serba putih. Kuarahkan pandanganku kearah dimana tubuh sya berada. Dia berada disebuah kasur, dengan tangan yang tidak kuketahui telah diapakan, dan diwajahnya terdapat seperti bentuk masker. Entahlan aku tidak mengerti.

Tiba-tiba pintu terbuka secara kasar. Ku lihat disana ada keluarga besarku. Paman dan bibi melihat kearah anak mereka yang kupikir sedang tertidur menangis. Aku yang melihat itu reflek menangis. Mama dan papaku yang melihatku menangis langsung mendekapku kepelukan mereka berdua. Seluruh orang yang berada di dalam ruangan tersebut berduka.

Seorang pria dengan jas putih berjalan kearah mereka. Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Aku hanya mendengarkan percakapan mereka yang tak kupahami sama sekali.

"Apakah kalian orang tua dari gadis kecil ini?" Tanya pria itu dengan nada serius

"Ya" Jawab paman tak kalah serius

"Apakah kalian memperhatikan ada yang aneh dengan putri kalian selama ini?"

"Aku tidak terlalu memperhatikannya krena terlalu sibuk dengan pekerjaan, aku tidak tau apa yang terjadi pada putriku, biasanya jika ia kesakitan pasti akan bilang kepadaku" kali ini bibi yang berbicara dengan air mata yang membanjiri wajahnya, kulihat paman langsung memeluk bibi.

"Mungkin ini akan menjadi berita buruk bagi kalian semua. Gadis kecil ini mengidam penyakit Maag kronis. Aku turut berduka cita akan hal ini" ucap pria itu dengan raut wajah yang terlihat sedih.

"Aku permisi dulu." Pria itupun melangkahkan kakinya keluar ruangan ini diikuti paman.

Aku bingung. Maag kronis itu apa? Apakah itu berbahaya? Apa yang harus kulakukan agar syaku kembali seperti dulu? Itulah yang ada dipikiranku. Kulihat bibi menangis dipelukan mamahku. seluruh keluarga besar berduka mendengar hal tersebut.

1 Jam kemudian paman masuk dengan raut wajah yang sulit diartikan. Selang beberapa menit kudengar erangan dari arah kasur tempat sya tertidur. Seketika ruangan ini hawanya cerah.

"Sya.. sya dimana?" Tanya sya dengan raut wajah yang polos.

"Sya ada ditempat.. ditempat tidur.. ya tempat tidur" ucap abang sya yang pertama dengan nada bercanda

"sya tau ini kasul, tapi maksud sya ini tuh dimana?" Ucap sya dengan raut wajah kesal. Seketika ruangan ini dipenuhi suara tertawa.

"Ini rumah sakit kan? Oh iya, Maag kronis itu apa?" Akupun mengeluarkan suaraku.

Semua orang melihat kearahku dengan raut wajah yang sulit kuartikan. Sya menatapku dengan wajah yang terkejut bercampur sedih. Aku bingung mengapa ia menunjukkan raut wajah seperti itu. Ia diam. Lalu ia menghela nafas dan memiringkan wajahnya.

"Rumah sakit? Maag kronis? Apa itu?"

Kuarahkan pandangan kearah orang-orang yang berada disini. Mereka menghela nafas serentak. Aku bingung akan hal itu.

"Sudah.. Gak usah kamu pikirin sya sayang. Sebaiknya kamu makan trus minum vitamin yang dikasih dokter trus istirahat" Ucap mamah sambil melihat kearah sya sendu.

Sya mengangguk dan segera melaksanakan apa yang disuruh oleh mamah. Akupun duduk disamping sya. Aku bingung akan semua ini. Tapi aku janji! Aku janji gak akan membiarkan sya seperti ini lagi.

....

Hari demi hari berlalu. Sya diperbolehkan pulang kerumah. Aku senang mendengar hal itu. Dengan segera kubersihkan kamarnya. Kulihat banyak sekali buku-buku yang tak kumengerti berserakkan. Dengan cepat kurapihkan semua sebelum kedatangan sya kerumah.

Ting tong...

Bel rumah berbunyi, Kulihat sya yang sedang dipangku paman memasuki rumah keluarga besar. Akupun berlari kearahnya dan memeluknya. Aku senang dia bisa kembali lagi kerumah. Semoga saja sya tidak menderita dan selalu bahagia.

SyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang