Hana Point Of View

Dari tahun 2014 aku mulai takut melihat darah. Terkecuali darah menstruasi dan darah serangga kecil.

Termasuk darah luka sayat kecil.


"Dadaku lebih nyaman untuk menutupi matamu daripada kedua tanganmu. Kemarilah,"

Aku tidak berkutik. Mataku masih tertutup.

Sa ae lu chan.

Kedua lenganku ditarik ke arahnya, melepaskan kedua tanganku.

Dia kok wangi parfum?

Sayang sekali, aku lebih suka aroma badannya.


"Televisinya masih menyala,"


Aku mendengar suara dari film itu sudah tidak ada adegan action,

Masih dengan posisi di dada Haechan yang tangannya memeluk kepalaku.


"Biarkan saja televisinya menyala melihat kuta berdua di sini,"


Syaland.

***

Kepergok lagi dengan Renjun yang menyuruh Haechan foto untuk album baru mereka.


"Jaga dirimu lagi sayangku! Mamah, tolong jaga Hana buat Haechan. Aku sayang mamah,"

Haechan mencium pipi kanan mamah dan melambaikan tangan padaku,


Mau dong chan.

Tapi di bibir aja.

Nggak, canda.

Sejak kapan dia bisa berbahasa indonesia?

Sejak Ayah memanggil guru privat bahasa indonesia ke rumah, yang ternyata orang asli Jakarta bekerja di Korea.

Walaupun Haechan berbicara bahasa indonesia berlogat korea.


"Ayah, sebentar. Ponselku tertinggal di kamar,"

Dia langsung ngacir ke lantai atas untuk mengambil ponselnya.

Mulai tadi pagi Haechan memanggil kedua orangtuaku dengan sebutan 'mamah' dan 'ayah'.

Sedangkan Mark Renjun Jeno Chenle Jisung memanggil dengan sebutan 'paman' dan 'mamah'

Mereka seperti bagian dari keluargaku. Termasuk Mark, Renjun, Jeno, Chenle yang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri.

Selalu protektif apa yang aku lakukan sehari-hari. Walaupun masih memanggilku dengan sebutan 'nuna'.

Haechan? Jisung?


Haechan pasangan hidup.

Jisung seperti adik beda 1 bulan :)

"Aku pergi dulu, muah," ujarnya dengan mendaratkan bibirnya di pipiku,

.
.
.
.
.
.

"Mamah tadi nemu toko khas indonesia. Kebetulan ada gado-gado. Mamah beli 8 bungkus sekalian buat anak-anak,"

"Yang nggak mau, kasihin ke Hana aja. Dia suka gado-gado,"

Semuanya bingung, karena mamah bicara bahasa indonesia dengan 6 anak tengil.

"Hyung, kau paham artinya?"

Chenle bertanya dan yang ditanyakan hanya menggelengkan kepalanya,

"Mamah tadi membeli 8 bungkus makanan khas indonesia, namanya gado-gado. Kalau kalian tidak mau memakannya, beri saja ke aku, nanti akan kumasakkan makanan lain,"

Mereka semua mengangguk dan mulai memakannya.

Untunglah,

Renjun Point Of View

Mamah membelikan kami makanan khas indonesia yang bernama 'gado-gado'

Aku pernah mendengarnya sekali, namun tidak pernah mencobanya.

Kukira itu tidak enak, karena bumbunya pedas.

Setelah dicoba beberapa kali, rasanya pun sangat enak.

"Hana, kemarilah,"

Ya Tuhan, dua orang itu selalu lengket. Terkadang Haechan yang memperlakukan nuna dengan manis.

Aku ingat pertama kali kita bertemu dengan keluarganya. Juga ketika bagaimana kisah Haechan menyukai Hana pada pandangan pertama.

Ahh, aku suka sekali menggoda Haechan yang hatinya tumbuh benih-benih cinta pada nuna pada pandangan pertamanya.

Aku dengar dari Taeyong hyung jika Yuta hyung menyukai Hana pada pandangan pertama.

Paman menceritakan jika orangtua Haechan setuju jika ia dijodohkan dengan nuna.

Aku tidak sabar ketika ada anak kecil di rumah ini dan meneriakkan 'ibu, aku rindu ayah Haechanie,'












kuy QnA :v

komen di sini aja😂

Nanti akan dijawab pada chapter selanjutnya.


Salam cinta dari lee donghyuck❤

Husband [Haechan NCT]✔Where stories live. Discover now