"Kado yang mewakili perasaanku padamu,"

Wah,

"Sebelumnya aku ingin meminta izin padamu. Bolehkah aku menunjukkannya padamu?"

Aku terdiam untuk berpikir sejenak. Jangan membuatku penasaran, itu akan berbahaya.

"Ya, tunjukkanlah,"

Usai aku menjawabnya tanganku digenggam kembali olehnya. Beralih ke tengkukku.

'Kalau Haechan memegang tengkukmu, dia pasti akan menciummu,'

Kata-kata yang diucapkan Winwin teringat di otakku. Dia bilang Haechan bercerita hal itu sendiri padanya,

"Benarkah? Aku ingin menunjukkannya padamu?"

Ku takut dia menciumku lebih dari sekedar ciuman biasa.

Tidak mungkin, ya?

Eh tunggu, bisa jadi itu mungkin.

"Kuanggap itu iya,"

Argh, dasar Haechan!

"Mau lama atau sekilas?"

"Se--"

"Kuanggap itu jawaban lama,"

Tangannya melepaskan ikatan di mataku dan wajahnya sangat dekat sekali.

Haechan stan tolongin saya!

Tangannya beralih ke belakang kepalaku.

Ditariknya kepalaku ke arahnya.

Bibirku masih suci!

"Maaf karena lancang. Kau mau melanjutkannya?"

Ah, sial. Dia berbicara di depan bibirku itu pun sudah sedikit menyentuh.

Tidak mendengar aku bersuara dia menjauhkan wajahnya dariku.

"Maaf karena lancang,"

Dia menepuk kedua bahuku, menundukkan kepalanya.

"Lainkali,"

Aku menggantungkan kalimatku dan Haechan mendongakkan kepalanya,

"Tidak perlu meminta izin dariku untuk hal itu. Aku tidak keberatan,"

Cup.

Aku menciumnya sekilas dan dia membulakan matanya,

Bodo amat yang penting sekilas.

Aku berlari ke ruang tengah meninggalkannya yang masih mematung di gazebo. Menyentuh bibirnya,

Rasakan itu.

"Selamat ulang tahun!!"

Ruang tengah dipenuhi dekorasi ulang tahun untukku. Ahh aku mencintai kalian !!

Ayah membawakan kue tart black forest dengan satu cherry di atasnya. Ditambah lilin berangka 99.

Ha?

"Ah maaf nuna, aku tidak menemukan lilin angka 1 dan 6,"

Dasar Mark.

Tunggu, mereka menancapkan sebuah foto di atas kue itu.

"Ini foto yang ku ambil beberapa hari yang lalu ketika aku dan Jeno hyung ingin menghampiri nuna di atap,"

"Jisung menyuruhku untuk memfoto itu dan mencetaknya,"

Jeno memfoto kejadian itu.

Berada di atap ketika menjemur pakaian.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Ada satu potong kue lagi, kamu mau, nak?"

Cukup mah, tadi aku sudah makan 5 potong.

"Buat ayah aja, aku sudah terlalu banyak,"

Haechan menghampiriku dengan potongan kue di tangannya.

Jangan lupakan mulutnya yang kotor itu. Belepotan sekali.

"Ini enak sekali. Siapa yang membayarnya?"

"Entahlah,"

Wajahnya secara tiba-tiba mendekat ke arahku. Menatap sesuatu di wajahku,

"Ada sisa krim di atas bibirmu,"

Aku segera menghapus sisa krim yang dimaksud Haechan, berharap dia tidak menyosor bibirku langsung.

"Ekhm. Permisi nyonya dan tuan muda, maaf mengganggu kemesraan kalian. Waktunya untuk tidur,"

***


Semalam Mark rewel ingin tidur denganku di kamarnya. Katanya 'Nuna cantik. Aku tidak bisa tidur jika belum melihat nuna,'

Beruntungnya dibilang cantik oleh Mark. Percayalah aku lebih beruntung dari fansnya.

Bodo amat si ketahuan Haechan. Lagipula Haechan tidak berani mengusir Mark.

Pernah kejadian Mark duduk di sebelahku dan Haechan datang. Ia menggeser Mark supaya tidak berada di sebelahku, dan ternyata Mark mendoronya sehingga tersungkur. Hidungnya terluka dan mengeluarkan darah.

Ya begitulah.

Dan Haechan berakhir tidur di lantai dan dia demam.

Jika dia demam aku yang harus merawatnya. Siapa lagi yang ingin merawatnya?

"Hana-ya, tolong ambilkan susu,"

"Aku kedinginan, kemarilah temani aku,"

"Hana, rambutku. Aku ingin tidur,"

"Cium dulu,"

"Aku suka bibirmu,"

"Ayolah, sekali saja,"
























Husband [Haechan NCT]✔Where stories live. Discover now