Episode 2: Mereka yang berada dalam kegelapan.

Start from the beginning
                                    

Sakura menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga lalu menyapa Sasuke semanis mungkin. "Ha-hai Sasuke-kun, kebetulan sekali bisa bertemu di luar sekolah."

Remaja laki-laki dengan rambut hitam itu hanya membalasnya dengan gumaman. Tanpa mempedulikan Sakura, dia tetap sibuk pada kertas tugas di tangannya. Kiba, remaja laki-laki dengan rambut coklat panjang itu mencibir kesal.

"Hei! aku yang menyapa kenapa diacuhkan?"

"karena kau tidak dianggap Kiba," celetuk Shikamaru, remaja dengan rambut hitam yang ia ikat satu.

Kiba mendengus sebal lalu memukul lengan Shikamaru hingga membuatnya meringis pelan. Hinata dan Tenten yang sudah menghampiri mereka segera menyapa Kiba dan yang lain. Sakura yang merasa sangat senang karena bisa bertemu dengan laki-laki yang ia sukai, meminta Tenten dan Hinata untuk duduk bersama dengan anak laki-laki.

Hinata yang tidak bisa menolak sementara Tenten yang risih melihat tatapan memohon Sakura akhirnya hanya menurut. Siang hari itu Hinata habiskan untuk menikmati sepiring donat dengan canda tawa bersama teman-temannya. Saat lembayung senja datang, mereka berenam berpisah di persimpangan jalan.

Hinata dan Tenten berjalan beriringan menuju rumah mereka yang memang bersebelahan. Saat melewati taman bermain, mata lavender itu melirik tanpa dipinta. Ingatan tentang pemuda itu kembali hadir dan membuat langkahnya terhenti.

Angin berhembus pelan, memainkan rambut biru gelapnya. Ada niat untuk melangkahkan kakinya menuju taman serta harapan jika dapat bertemu dengan pemuda misterius itu lagi. Setelah agak lama terdiam, akhirnya Hinata memilih untuk memasuki taman bermain itu.

Pewaris klan Hyuuga itu membulatkan matanya, saat mendapati sosok yang ia pikirkan tengah duduk di atas ayunan.

Remaja dengan jaket hitam itu berayun pelan, biru safir miliknya fokus menatap tanah. Batin Hinata bergelut, antara menyapa pemuda itu atau hanya memperhatikannya saja.

Tangan gadis itu mengepal lalu menarik nafas panjang. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk menyapa pemuda itu.

"A-ano!"

Biru safir itu segera menoleh dan bertemu dengan mata lavender milik Hinata.

Keheningan menyelimuti mereka berdua sampai suara Hinata yang sedikit meninggi terdengar. "A-apa kau sering kemari?"

Remaja pirang itu tak lekas menjawab, dia seperti biasa mengamati Hinata dengan mata biru jernihnya. Hinata sudah menunduk malu dengan dua jari telunjuk saling bermain.

"Begitulah." Jawaban singkat dari pemuda misterius itu mampu membuat Hinata mendongak dengan perasaan senang di dadanya. "Aku sering kemari untuk menenangkan pikiran."

"Apa... ka-kamu belum terbiasa dengan kota ini?" Hinata bertanya dengan hati-hati. Ia takut jika membuat pemuda itu tidak nyaman dengan pertanyaannya.

Bagaimanapun untuk seseorang yang baru saja pindah ketempat baru, terkadang membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

Namun diluar dugaan, pemuda itu justru tertawa kecil. Remaja pirang dengan tiga garis halus itu menggelengkan kepalanya sebelum kembali menatap Hinata. "Aku sudah sangat terbiasa dengan kota ini."

Pemilik rambut pirang itu beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Hinata. Langkah demi langkah pemuda itu ambil hingga sampai di depan Hinata. Senyum miring hadir di wajah tampan si remaja pirang.

"Kenapa kau bertanya? Apa kau khawatir?"

"Eh? I-itu..."

Melihat wajah Hinata yang merah serta gugup membuat remaja pirang itu tertawa kecil. Dengan raut geli pemilik mata biru itu bertanya, "Neh~ Jangan-jangan kau... jatuh cinta padaku?"

The Red Fox [NARUHINA]Where stories live. Discover now