Stay With Me

1.5K 27 2
                                    

"Sat, kita akan terus sama-sama kan?"

Wajah kecil gadis itu menengok, tersenyum lebar. Hamparan rumput di bawah tubuh mereka bergoyang lembut terhempas oleh tiupan angin semilir. Bocah lelaki di sampingnya membalas dalam senyuman nan bisu. Tangan kirinya bergerak mencari, kemudian kedua tangan mereka bertaut. Gadis kecil itu terkikik. Tak lama mengadahkan wajahnya ke langit, hamparan langit biru di atas mereka.

"Aku sayang kamu, Sat."

...

Kelopak matanya mengerjap, menatap kosong ke langit-langit kamar. Rambut hitamnya sudah panjang, menutupi sebagian mata kirinya.

Mimpi itu lagi, batinnya.

Masih terpatri jelas raut wajah bahagia Mentari di ruang terdalam kotak memorinya. Waktu yang selalu mereka habiskan bersama sejak Mentari pindah ke samping rumahnya berlalu begitu cepat. Sudah limabelas tahun terlewati. Kini di usia yang sudah menginjak dua puluh lima tahun,

Satria akan melihat senyum bahagia Mentari lagi di altar. Rasa sesak di dadanya tak terelakkan.

Dering ponselnya membawanya meninggalkan lamunannya. Bermalas-malasan, tangannya meraba-raba ke bawah bantal, hingga menemukan apa yang ia cari. Satu pesan masuk dan satu panggilan tak terjawab dari Mentari. Sial.

Dimana kamu? Katanya mau jemput? :(

Kedua ibu jarinya mengetik cepat di layar smartphone-nya.

Maaf aku baru bangun. Tunggu ya.

Satria melompat dari kasur, bersiap dan segera berangkat menjemput Mentari.

***

Mentari memutar tubuhnya, sekali, kemudian tersenyum lebar. "Gimana?"

Gaun pengantin dengan rok yang lebar dan terlihat begitu penuh, menutupi kaki Mentari yang jenjang. Di bagian pinggang terlihat begitu banyak hiasan permata kecil membentuk belt. Bagian dadanya terlihat seksi dengan potongan atas gaun yang mengikuti lekukan indah seorang wanita.

Wajah Mentari terlihat begitu sumringah, cemerlang.

"Cantik," jawab pria itu sembari duduk di sofa berwarna peach. Wajahnya menyunggingkan senyum yang tak sampai ke matanya.

Wajah cantik yang terbingkai rambut hitam bergelombang mulai kehilangan rona bahagianya dan menunjukkan rasa kesal. Ia membalikkan tubuhnya tiba-tiba dan kembali masuk ke dalam ruang ganti.

Satria tahu dia dalam masalah. Mentari tak mentolerir komentar pendek.

"Kok masuk lagi?" tanya Satria polos. Tak ada jawaban dari dalam.

Dahinya berkerut berfikir keras mencari cara agar Mentari berhenti merajuk. Sebuah bola lampu muncul di atas kepalanya.

"Kalo kamu ga jawab juga, aku masuk nih," sembari menyelipkan kepalanya di antara dua tirai yang tertutup rapat. Matanya memejam begitu erat. Berhasil! Tubuhnya terhempas jauh dari ruang ganti karena dorongan kedua tangan Mentari, seiring dengan terdengarnya pekikan dari dalam.

"Gila kamu, Sat!"
Satria terkekeh senang.

Tak lama Mentari keluar dari balik tirai dalam balutan sundress berwarna putih dengan motif bunga berwarna kemerahan. Wajahnya masih menampakkan kekesalan, namun di matanya terlihat kilatan cahaya bahagia, tampak sekuat tenaga menahan senyumnya.

Satria tahu ia sudah dimaafkan. Ini merupakan fitting kedua mereka di bridal pilihan Mentari. Satria masih mengulang terus adegan Mentari yang sedang berputar dengan memakai gaun pengantin berwarna putih bergaya Cinderella dalam otaknya. Menanamnya dalam-dalam hingga tak akan pernah hilang.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang