Untung saja aku sudah biasa melihat dada nya yang tanpa sehelai benang pun. Jadi aku tidak perlu sampai mimisan.
"Bisa saja dia menyelinap?" Kata Harry yang lebih menjuru ke pertanyaan dari pada pernyataan.
"Tidak ada yang sewangi dirimu di pagi hari. Jadi aku tau kalau itu pasti dirimu." Aku menyentuh pipi kanan Harry dengan tangan kiriku. Kulit nya juga sangat lembut, seperti ku. Hahah.
Ceklek..
Sontak aku dan Harry menengok ke arah pintu saat mendengar pintu nya terbuka.
"Whoaa, apa aku mengganggu sesuatu?" Ah iya, posisiku dan Harry saat ini sedang seperti ini.
"Yes mate, apa kau tidak tau cara mengetuk pintu?" Harry berkata dengan jengkel kepada Niall yang baru saja "mengganggu kita"
"Hahah, sorry, aku kira kalian masih tidur. Maka itu aku ingin bangunkan. Hahah. Sarapan sudah siap. Kalian sebaik nya cepat menyelesaikan urusan kalian. Sorry for interrupting, mate. Hahah." Niall being Niall. Selalu tertawa. Aku juga tidak mengerti dimana lucu nya.
Aku memberi isyarat pada Harry untuk minggir, karena aku ingin bangun.
"Aku mandi duluan ya." Aku menoleh ke Harry yang kembali merebahkan tubuh nya di sampingku.
"Ehem." Harry bergumam sembari mengambil ponsel nya di meja lampu.
-----
"Morning." Aku menyapa semua yang sedang memakan sarapan nya.
"Morning." Jawab mereka hampir berbarengan.
"Where's Harry?" Tanya Louis
Aku mengambil satu potong pizza, "Masih mandi. Sebentar lagi juga keluar."
Pizza for breakfast? Not so bad.
"Boringgg." Teriak Louis.
Memang sih, walaupun di sini ada aku, Liam, Niall, Louis, dan Zayn, tapi diantara kami tidak ada yang berbicara. Niall dan Liam sedang memainkan ponsel nya, sementara Zayn masih menyantap sarapan nya sedangkan Louis, baru saja menyelesaikan makanan nya.
"Bosan ya tidak ada Harry?" Harry yang baru datang langsung menyauti Louis dan duduk di sebelah kananku, dan yang duduk di sebelah kiriku itu Louis. Di depan Louis ada Zayn, di depanku Liam dan di depan Harry ada Niall.
Perasaan, jam 2 pagi tadi Zayn belum tidur, kok jam 8 pagi ini sudah terbangun saja.
"Ada Harry malah tambah bikin bosan." Ujar Louis.
"How about truth or dare?" Saran dari Niall membuatku mengingat yang kejadian a long time ago.
"Niall, apa kau tidak ingat apa yang terjadi saat kita bermain truth or dare dengan Naya, ahaha. Kau mau membuat One direction bubar, Ni." Louis menyeletuk asal. Membuat semua tertawa, termasuk Harry. Tidak, Harry tidak tertawa sih, dia hanya terkekeh.
Kalau di tanya, kalian pasti tau lah siapa yang tertawa nya paling kencang. Niall. Yap.
Aku tidak bisa melihat ke arah Zayn saat ini, karena aku sedang menunduk. Aku ingin melihat ekspresi nya seperti apa. Apa dia bangga atau malah dia malu? Entahlah.
Aku mencubit paha Louis dari bawah. Jengkel lah, bagaimana tidak, dia membuat suasana menjadi canggung secanggung canggung nya canggung.
"Aw, Naya! You hurt me." Louis membuat suara nya seperti ingin menangis.
"Everything went good, Louis. Shut your mouth." Tawa Niall semakin keras saat mendengarku berkata seperti itu.
I can't stand him. Really.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between (One Direction)
Fiksi PenggemarRead to find out:) [Dalam masa perbaikan. Tapi tetap bisa dibaca kok. Cuma sedikit agak lama update nya, hehe.]
Part 24
Mulai dari awal
