Belajar menulis

169 18 5
                                    

Jam 06.30 pagi.

Taman kanak-kanak mulai ramai teriakan bocah-bocah kecil yang bermain di halaman. Ada juga yang baru datang dengan mengayuh sepeda kencang-kencang memasuki gerbang sekolah, ada yang bersama orang tua, ada yang jalan kaki, dan ada yang lari-lari balapan cepat sampai duluan.

Di kelas.

Di pojok belakang.

Seorang bocah paling tinggi dengan si anak papa sedang duduk bersebelahan. Nakajima Yuto dan Okamoto Keito, dua bocah itu terlihat asyik membicarakan sesuatu.

"Keito, lihat aku!!" Yuto bergaya ala drummer. Memukul meja dengan pensil sebagai stik drum.

"Kau sedang apa Yuto?" Tanya Keito polos.

"Aku sedang bermain drum."

"Drum apa? Kau kan memegang pensil." Keito menunjuk pensil di tangan Yuto.

"Aku sedang konser Keito dan aku pemain drum."

"Ohh... Sedang konser." Keito mengangguk paham.

"Iya Keito. Ayo!! Ikutlah... Kau jadi pemain gitar." Ajaknya.

"Horeeeee... Aku pemain gitar." Sorak Keito gembira.

"Tapi, mana gitarmu?" Tanya Yuto.

Keito diam. Kepala kecilnya menoleh kanan, menoleh kiri, cari sesuatu sebagai gitar. Kemudian ia lari mengambil sesuatu di pojokan.

"Jreng... Ayo kita mulai Yuto!!" Keito sudah siap dengan sapu ijuk sebagai gitar.

"Un." Yuto mengangguk.

Selanjutnya, silahkan bayangkan sendiri konser musik ala bocah umur 5 tahun.

Masih di pojok belakang.

Takaki Yuya sedang duduk-duduk santai di bangkunya. Bocah itu, mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tak mengatakan apa-apa.

Tepat di samping Yuya, ada Inoo Kei yang duduk bersamanya. Wajahnya kusut, duduk tak tenang. Dia bosan tak melakukan apa-apa dan dicuekin sama Yuya. Kemudian, sebuah buku dan pensil milik Yuya di atas meja menarik perhatian Inoo.

"Yuya, ku ajari menulis yaa..." Bocah jamur itu membuka buku Yuya.

Bocah laki-laki di sampingnya hanya menoleh, melihat Inoo dengan wajah polos.

"Kemarin mama mengajariku menulis. Jadi, aku juga akan mengajari Yuya." Lanjutnya.

Yuya cuma bengong.

"Begini Yuya... Pertama, buka bukumu. Lalu, pegang pensilnya begini. Kemudian, tulis seperti ini." Inoo mencontohkan.

Yuya diam. Duduk tenang sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Yuya, kau mendengarku tidak? Aku sedang mengajarimu." Inoo mendengus sedikit kesal.

Lagi, Yuya hanya menoleh dengan wajah polos. No coment.

"Aku mengajarimu. Kau mengerti tidak?"

Yuya menggeleng.

"AKU SUDAH MENCONTOHKAN. YUYA TIDAK LIHAT YA? YUYA HARUS LIHAT DAN MENDENGARKAN. TIDAK BOLEH BLA... BLA... BLA... BLA... BLA..." Inoo mulai cerewet ngomel-ngomel kayak emak-emak. Yuya cuma diam menatap Inoo polos ngga ngerti apa-apa.

Di bangku depan.

Seorang bocah berpipi chubby, Yamada Ryosuke, sedang duduk manis bersama Chinen. Tangannya membawa kotak bekal penuh strawberry.

"Chii chan, ini tobeli untukmu." Ryosuke menyerahkan kotak itu kepada Chinen.

"Uuwaaaaa... Tobelinya banyak sekali. Terima kasih Lyo chan." Wajah Chinen langsung gembira dapat strawberry banyak.

Little StudentsWhere stories live. Discover now